Bagian 21

1.3K 205 4
                                    

Siang itu Jihoon tengah bersiap untuk pergi menemui Jeongwoo. Setelah kepergian ayahnya, hampir setiap hari Jihoon sempatkan diri menemui Jeongwoo untuk memastikan bahwa adik kecilnya itu tidak terlalu larut dalam kesedihan. Tapi ini sudah siang, sudah lewat jam makan siang namun Jaemin belum juga tampak barang hidungnya. Jihoon tak bisa pergi jika Jaemin tidak datang untuk mengantarnya. Jihoon masih menunggu di ruang tamu rumah Yoshi. Berulang kali mengecek detik jam yang diletakkan di tengah ruangan. Nafasnya kembali dihela dengan gusar menanti kedatangan Jaemin yang harusnya sekarang sudah sampai di sini.

"Jihoon!"

Jihoon menoleh seketika. Lega akhirnya melihat Jaemin datang dengan terburu. Namun kelegaannya itu tak bertahan lama kala dilihatnya wajah cemas Jaemin. "Ada apa? Kenapa lari-larian begitu?" Khawatir jadi ikut sergapi perasaannya.

"Yoshi—anu, maksudku, tuan Yoshi, dia masuk rumah sakit."

Detik itu juga hatinya bergetar ketakutan. Ia segera meminta Jaemin untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Yoshi dirawat, tinggalkan sejenak tujuannya menemui Jeongwoo. Ia memang khawatirkan Jeongwoo yang akhir-akhir ini masih sering terlihat termenung sendirian sejak ayahnya meninggal, tapi mendengar Yoshi yang masuk ke rumah sakit membuatnya benar-benar tak bisa menunda untuk memastikan keadaannya saat ini.

Perjalanannya menuju rumah sakit hanya diselimuti cemas yang membuat hatinya tak bisa berhenti gelisah. Ketika akhirnya tiba, di dalam ruang inap VIP itu ia justru dapati Yoshi yang sudah duduk di atas ranjang dengan laptop di depannya dan sebelah tangannya yang masih diinfus, juga ada Giselle yang terlihat duduk di sisi lain ranjang. Tanpa mengetuk lebih dulu Jihoon masuk ke dalam diikuti Jaemin di belakangnya.

"Oh, Jihoon?"

Giselle yang pertama sadari kedatangan Jihoon dan langsung menyapa dengan ramah, yang akhirnya buat Yoshi ikut menoleh dengan wajah terkejut melihat Jihoon yang berdiri di ambang pintu. Keningnya mengernyit, diam-diam pertanyakan mengapa Jihoon bisa sampai di sini namun pertanyaannya itu juga segera terjawab ketika melihat Jaemin di belakang Jihoon. Yakin pasti ia bahwa Jaemin lah yang sudah memberitahu Jihoon dan mengajaknya datang kemari.

"Kenapa kamu di sini?"

Jihoon mendekat, berdiri di samping ranjang Yoshi. Pertanyaan Yoshi itu ia abaikan dan justru salah fokus pada Giselle yang ternyata duduk di kursi roda. "Giselle kenapa di kursi roda..." Ragu sebenarnya ia bertanya demikian karena takut akan menyinggung, namun Giselle yang ditanya justru hanya tertawa kecil mendengar pertanyaannya.

"Tulang kakiku retak, keduanya. Haahh, yah akhirnya aku terpaksa menggunakan kursi roda karena tak mungkin menggunakan kruk. Orang tuaku juga memintaku menggunakan kursi roda saja." Giselle terkekeh di akhir kalimatnya, merasa lucu dengan nasib baiknya yang justru membuatnya tak bisa berbuat banyak.

Jihoon beralih menatap Yoshi tiba-tiba, buat yang ditatap balas menatapnya dengan wajah angkuh, mengabaikan kecemasan Jihoon akan kondisinya saat ini. Giselle di seberangnya sana sudah isyaratkan pada Jaemin untuk segera membantunya mendorong kursi rodanya untuk pergi dari sana. Jaemin buru-buru hampiri Giselle dan mendorong kursi rodanya diam-diam tanpa berpamitan.

"Aku baik-baik saja, oke? Jangan dengarkan apa pun yang Jaemin katakan padamu." Ucap Yoshi tiba-tiba bahkan sebelum Jihoon sempat suarakan kekhawatirannya.

"Tapi anda pingsan!" Jaemin yang belum sepenuhnya keluar dari ruang inap Yoshi itu menyahuti sesuka hati. Tak terima dengar atasannya itu katakan bahwa dia tak sakit ketika kenyataannya justru lain.

Giselle di depannya segera menegur. Meminta agar Jaemin tak lagi ikut campur dan cepat berjalan kembalikan ia ke ruang inapnya sendiri, karena kebetulan memang Giselle juga dirawat di rumah sakit ini sejak kecelakaannya kemarin yang akibatkan kedua kakinya terluka parah.

Subjektif [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang