Bagian 19

1.3K 201 4
                                    

"Kamu akan pulang larut lagi?" Jihoon bertanya tepat sebelum Yoshi melewati pintu rumahnya. Yoshi hanya mengangguk singkat sesaat. Kemudian berbalik menatap Jihoon yang masih berdiri di belakangnya.

"Jangan menungguku. Tapi aku tidak akan pulang selarut kemarin."

Jihoon mengangguk. Tak lagi bertanya dan tetap di sana sampai mobil yang dikendarai Jaemin itu melaju keluar dari pekarangan luas rumah Yoshi.

Kesibukannya dimulai dari sana, sejak keluar dari gerbang besar rumahnya, Yoshi sudah keluarkan iPad-nya untuk membuka lembar kerja yang nantinya harus dibahas di dalam rapat bersama kliennya. Pening di kepalanya tak lagi dihiraukannya karena masih ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk diperhatikan ketimbang sedikit pening yang hanya akan lewat.

"Tuan, saya rasa anda harus beristirahat sebentar sebelum melanjutkan ke pertemuan berikutnya." Jaemin berujar memberi saran begitu mereka keluar dari ruang rapat yang terasa pengap walaupun pendingin ruangan juga tak ada hentinya menyala.

"Aku bisa istirahat nanti." Yoshi menjawab tak acuh. Masuk ke dalam lift menuju lantai dasar untuk segera berangkat temui kliennya yang lain. Sementara Jaemin yang masih mengikutinya itu masih melanjutkan ocehannya mengingatkan bosnya itu tentang masalah kesehatan yang begitu penting untuk diperhatikan.

Sedangkan Giselle yang sejak awal mengikuti kedua pria berjas itu hanya merapatkan bibir dan sesekali menggeleng tak habis pikir lihat usaha keras Jaemin dalam memperhatikan Yoshi, sang atasan. Giselle tak akan ikut campur. Ia tak mau kena marah oleh Yoshi nantinya karena jengkel dengan suara berisik Jaemin.

"Tuan—

"Diamlah. Apa kau kugaji untuk jadi cerewet seperti ini?!" Yoshi akhirnya meledak juga emosinya mendengar ocehan Jaemin yang ada habisnya. "Aku akan pergi dengan Giselle. Kau sebaiknya tutup mulutmu itu."

Jaemin bungkam. Giselle terkekeh kecil melihat Jaemin yang langsung menciut begitu Yoshi sudah utarakan kekesalannya. Tangannya menepuk bahu Jaemin pelan sebelum kemudian mengikuti Yoshi masuk ke dalam mobil. Jaemin ditinggal seorang diri di basement itu. Menatap kosong mobil mewah Yoshi yang sudah melaju meninggalkannya sendiri.

Kali ini Yoshi menyetir mobilnya sendiri membelah jalanan kota yang macet dan membuatnya harus ikut terjebak di anatar barisan kendaraan bermotor yang keluarkan banyak polusi udara itu. Sejak ia pergi pagi tadi ia benar belum masukkan apa pun ke dalam perutnya yang sudah menjerit kelaparan. Sekarang hari sudah sore dan ia akan semakin lama berada di luar sini jika lalu lintas tak juga membaik secepatnya.

Giselle tak banyak bicara seperti Jaemin yang bisa jadi dua kali lebih cerewet dari ibunya jika sedang mood bicara. Sebagai sekretaris, Giselle jarang bepergian dengan Yoshi untuk urusan pekerjaan di luar kantor namun ia baru akan pergi jika Yoshi sudah malas atau bosan pergi dengan Jaemin. Dan tak akan bertanya kemana mereka akan pergi dan hanya menurut jalankan tugasnya.

"Kau mau ikut masuk?"

Giselle menoleh pada Yoshi yang tengah melepas sabuk pengamannya setelah akhirnya mereka keluar dari kemacetan dan sampai di tempat yang ingin Yoshi tuju. Giselle balik menoleh ke arah belakang Yoshi, menatap sebuah klub malam di ujung parkiran sana.

"Tidak. Tapi untuk apa pergi kemari? Bukankah kita seharusnya menemui klien di restoran Vrasa?" Giselle bertanya karena mereka tidak seharusnya ada di sini, setidaknya tidak sekarang.

"Ada seseorang yang mulutnya harus dibungkam. Kalau begitu tetaplah di sini."

Klub malam itu masih belum seramai biasanya. Beberapa pekerja di sana bahkan baru tiba bersamaan dengan Yoshi masuk ke dalamnya. Ia hanya berniat mampir dan langsung pergi lagi setelah urusannya selesai. Tungkainya melangkah dengan tenang dan percaya diri, tak sadari adanya ancaman yang datang dari belakangnya yang sejak tibanya ia tadi sudah mengincar dengan mata merah.

Subjektif [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang