Bagian 24

1.6K 195 25
                                    

"Jeongwoo!" Kaki-kaki kecilnya yang dibalut sepatu putih itu berlari cepat menuju gerbang depan sekolahnya, berusaha mengejar Jeongwoo yang sudah keluar lebih dulu sebelumnya. Rambut panjangnya yang dikuncir dua sampai melanbai-lanbai ribut menepis wajahnya sendiri. "Jeongwoo, buku gambarnya ketinggalan!" Buku dengan ukuran B5 itu diangkatnya tinggi-tinggi dengan tujuan agar Jeongwoo yang sudah berbalik menoleh padanya itu dapat melihat bukunya yang ketinggalan.

"Oh, makasih Yuna."

Yuna mematung, otomatis berhenti berlari dan tangannya yang berniat serahkan buku gambar Jeongwoo itu menggantung di udara. Matanya besarnya mengerjap beberapa kali, berusaha sadarkan ia bahwa yang barusan bicara itu tadi benar Jeongwoo yang selama ini selalu membisu.

"Yuna?" Jeongwoo kembali memanggil sadarkan Yuna dari keterkejutannya. Ia kemudian mengambil buku gambarnya dari tangan Yuna. "Makasih," ucapnya lagi mengulang.

"Eh, sama-sama." Yuna balas tersenyum, ia kemudian maju berdiri di samping Jeongwoo yang sepertinya sedang menunggu dijemput sama sepertinya yang masih menunggu ibunya datang.

"Jeongwoo nanti pindahnya kemana?"

"Belum tahu."

Yuna merengut. Agak sedih ketahui bahwa Jeongwoo akan pindah ke sekolah lain, dan hari ini tadi Jeongwoo datang untuk sekaligus berpamitan dengan teman-temannya yang lain yang sebenarnya juga tak pedulikan apakah Jeongwoo akan pindah atau tetap tinggal. Seharian tadi Yuna sudah berhasil mengajak Jeongwoo mengobrol dan Jeongwoo juga menanggapinya walau tak banyak, tapi sekarang ia harus berpisah.

"Sedih deh, padahal kita baru aja temenan, tapi Jeongwoo udah mau pergi aja." Sendu suaranya mengudara, namun juga senang karena akhirnya dapat jalin pertemanan dengan Jeongwoo.

"Nanti juga pasti bakal ketemu lagi. Yuna gak usah sedih terus." Jeongwoo berusaha hibur Yuna dengan ucapkan kalimat yang sama dengan yang ia pernah katakan pada Haruto. Mengingat Haruto, karena sekolah mereka yang memang berbeda, sepertinya Jeongwoo akan sulit untuk menemui Haruto lagi untuk saat ini. Mungkin nanti saat ia dewasa.

Sebuah mobil menepi di bibir jalan. Jendelanya diturunkan tunjukkan wajah ceria Minjeong yang langsung menyapa Jeongwoo dengan semangat. "Kak Jeongwoo ayo pergi!" Senyumnya tak kian luntur. Kebahagiaannya terisi full sejak Jeongwoo jadi kakaknya.

"Yuna, aku pergi dulu ya." Jeongwoo segera masuk ke dalam mobil setelah berpamitan. Minjeong langsung duduk di sebelahnya untuk mengajak kakaknya itu bercerita, tentang bagaimana membosankannya homeschooling.

Karina yang memintanya untuk pindah sekolah, pindah ke sekolah yang katanya lebih bagus, dan yang nantinya mungkin akan jadi tempat Minjeong sekolah juga. Jeongwoo tak akan menolak atau memprotes. Ia suka tinggal dengan Karina yang serba kaya dan Minjeong yang cerewet tapi juga sangat perhatian. Tapi ia juga merindukan Jihoon, kakak kandungnya yang ia harap kini hidupnya sudah tak sesulit dulu karena ada Yoshi yang walaupun wajahnya agak tidak bersahabat tapi ia yakin Yoshi akan menjaga kakak yang disayanginya itu dengan baik.

    

-- ♡ --

        

Layar dengan ukuran 11 inchi itu terus digulir naik dan turun beberapa kali. Berbagai macam judul berita terpampang jelas dengan satu topik utama yang sama. Telunjuknya tak lelah membuka satu laman berita kemudian berganti ke laman berita lainnya. Kolom komentar setiap artikel berita ia buka, pula dibacanya satu per satu tanpa terlewat. Jemarinya baru berhenti menggulir layar saat tablet yang pegangnya sejak tadi itu ditarik darinya. Jihoon mendongak, hampir lontarkan protes namun urung ketika melihat Yoshi yang kini berdiri di hadapannya dengan penampilan rapih itu adalah pelaku perampasan tabletnya.

Subjektif [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang