Siang itu Jaemin sibuk membuat minuman di dapur luas rumah Yoshi seorang diri. Sejak semalam ia bekerja tanpa henti di ruang kerja Yoshi. Bisnya itu membuatnya harus selesaikan banyak pengajuan berkas perjanjian. Tangannya lelah menorehkan tinta dan matanya lelah membaca semalaman sampai tak tidur. Beruntung suang ini Yoshi masih berbaik hati dan memberinya sedikit waktu istirahat.
Jaemin menguap lebar rasakan kantuk yang belum sepenuhnya hilang. Gurat kelelahan jelas terlihat kotori wajah tampannya. Sesaat Jaemin melamun, sampai pundaknya ditepuk pelan dari belakang. Ia tak terkejut dan segera berbalik untuk dapati Jihoon yang tadi menepuk pundaknya.
"Astaga... Kamu tidak tidur ya?" Jihoon melotot melihat seberapa hitam kantung mata Jaemin saat ini. Ia lalu melirik ke atas meja konter, dilihatnya segelas kopi yang Jaemin buat untuk dirinya sendiri. "Kalian masih belum akan selesai?"
Jaemin menggeleng lemah. Semingguan ini adalah musim berbuahnya kontrak kerja dan ada begitu banyak kontrak yang harus dipilah-pilah sebelum kemudian ditandai sebagai yang terbaik.
"Saya rasa bahkan sampai nanti malam juga tidak akan selesai." Lemah Jaemin berujar demikian. Seperti orang putus asa. "Untung tuan Yoshi masih memberi saya waktu istirahat. Sudahlah saya sudah terbiasa dengan pekerjaan ini. Kamu ada apa?"
Jihoon tersentak, hampir ia lupa apa tujuannya datang kemari untuk diam-diam bicara dengan Jaemin. Jihoon lebih dulu memperhatikan sekitarnya, memastikan bahwa tidak ada Yoshi yang akan mendengar percakapannya dengan Jaemin.
"Itu, aku ingin bertanya sesuatu tentang tuan Yoshi. Apa boleh?" Suaranya berbisik pada Jaemin seraya matanya dengan waspada perhatikan sekeliling.
"Tentang apa? Selama saya masih bisa mengatakannya, maka saya akan menjawab rasa penasaranmu." Sedang Jaemin justru dengan tak acuh bicara dengan suara lantang.
"Anu, eum... Apa tuan Yoshi benar memiliki seseorang yang sedang dia sukai? Giselle memberitahuku soal itu, apa aku boleh tahu siapa?" Kembali suaranya berbisik penasaran pada Jaemin.
Jaemin tak langsung menjawab. Ia lebih dulu mencerna pertanyaan Jihoon seraya mulai menyesap kopinya. "Tuan Yoshi ya. Ada, seorang bartender di sebuah klub malam."
Jihoon menatap Jaemin terkejut. Sebelah tangannya menutup mulutnya tak percaya. "Bartender? Itu berarti..." Otaknya berusaha mencerna dengan baik fakta ini. Ia tak menyangka jika orang yang disukai Yoshi adalah seorang bartender dan bukan seseorang dari kalangan atas sepertinya. Ia pikir Yoshi pasti menyukai seseorang yang berada di bidang yang sama dengannya, setidaknya seperti Lia.
"Yah, dia memang bukan dari kalangan atas seperti tuan Yoshi, tapi saya rasa tuan Yoshi bahkan sudah tertarik padanya sejak pertama mereka bertemu." Jaemin menjelaskan. "Dia juga manis..." Tambahnya kemudian seraya bayangkan wajah si bartender yang sering tersenyum manis pada banyak orang.
"Manis? Hm, memang sih, tuan Yoshi pasti hanya akan menyukai yang wajahnya sempurna." Jihoon mengangguk-angguk mengerti. Ia ikut membayangkan wajah orang yang disukai Yoshi itu seperti apa kiranya.
"Kamu menyukainya?"
"Huh?" Jihoon melongo, tak mengerti dengan maksud pertanyaan ambigu Jaemin itu. "Menyukai apa?"
"Tuan Yoshi."
"Hah?! Enggak." Jihoon dengan cepat menggeleng menyangkal dugaan Jaemin tersebut. Lagi pula ia juga cukup sadar diri agar tidak menyukai orang seperti Yoshi yang tingkatnya berada jauh di atasnya.
"Kenapa enggak? Padahal tidak ada yang melarang." Jaemin terkekeh kecil melihat kegugupan Jihoon barusan. "Lagi pula tuan Yoshi juga tidak akan pernah bisa bersama dengan bartender itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Subjektif [ yoshihoon ]
FanfictionB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Pertama kalinya menghadapi dunia, tetapi semesta kerap pertemukannya dengan duri beracun yang begitu ingin matikan langkahnya. Jika hidup dengan label kepemilikan orang lain adalah jalan terbaik, maka di sanalah ia akan...