Bagian 17

1.2K 213 16
                                    

Flashback...

     

"Menurutmu bagaimana?"

Angin kembali menerpa terbangkan rambut pendeknya yang tak lagi serapi pagi tadi. Rindangnya pepohonan di taman sekolahnya yang telah sepi itu menyejukkan udara yang berhembus melewati helaian rambutnya. Jihoon duduk berdua di bangku taman itu bersama Junkyu, teman sekamarnya di asrama sekaligus satu-satunya teman yang ia miliki di sekolah khusus laki-laki ini.

"Bagaimana apanya?" Junkyu mengernyit ketika akhirnya menatap Jihoon yang terus coba hindari kontak mata dengannya. "Soal perasaan kamu itu? Katakan saja padanya kalau kamu menyukainya dalam artian khusus. Dia pasti bisa mengerti walaupun itu memang terdengar aneh dan menyimpang."

Jihoon dibuat terdiam. Matanya fokus menatap ujung sepatunya yang kotor. Pikirannya berkecamuk, bingung dengan perasaannya sendiri yang baginya begitu aneh. Sejak sebulan terakhir ini ia selalu begitu. Jantungnya berdebar tak karuan tiap menatap teman sekamarnya itu, dan bahkan matanya juga tak mau ikuti perintahnya untuk berhenti menatapi Junkyu dengan intens tiap pemuda itu bicara dengannya.

Ia tak berani ungkapkan perasaannya, jadi ia bertanya pada Junkyu dan berdalih bahwa ada orang yang tengah ia sukai dan itu bukan Junkyu. Junkyu duduk di bangku taman itu juga karena ingin mendengarkan curhatan Jihoon tentang perasaannya.

"Jadi kamu menyukainya, tapi takut buat bilang langsung. Katakan saja. Atau bagaimana jika kamu katakan saja padaku siapa yang sedang kamu sukai itu dan aku akan membantumu untuk mendekatinya agar bisa mengungkapkan perasaanmu." Junkyu berujar memberi saran.

"Gak bisa... Aku gak mau dia makin gak suka sama aku kalau aku jujur tentang perasaanku." Jihoon makin menunduk tak berani menatap Junkyu, karena ia lakukan menatap mata bening itu maka akan sulit baginya untuk berbohong.

"Apa dia teman sekelasmu?"

Jihoon menggeleng.

"Jihoon, percuma jika kamu ceritakan seluruh perasaanmu padaku dan tidak jujur pada orang yang kamu sukai itu. Mencintai itu memiliki banyak macam dan banyak versi. Cinta pada sahabat, pada orang tua, pada saudara, dan tentunya pada kekasih. Semuanya sama Ji, yang membedakan hanya pada siapa kamu berikan cinta itu." Junkyu berhenti sejenak untuk menatap Jihoon yang akhirnya mau balas menatapnya.

"Teman sekelasku juga ada yang berpacaran kok, dan gak ada yang menilai itu aneh atau buruk. Kamu gak perlu takut untuk mengungkapkan perasaanmu." Lanjut Junkyu berikan sebuh dorongan lebih besar pada Jihoon.

"Apa aku benar-benar bisa melakukannya?" Jihoon bertanya dengan tatapan kosong menatap Junkyu.

"Aku menjagamu karena aku juga menyayangimu. Itu poinnya."

Jihoon terpaku mendengar ucapan Junkyu barusan. Bibirnya yang kesulitan bicara itu tiba-tiba terasa gatal ingin ungkapan semuanya secara langsung begitu melihat bahwa Junkyu bahkan juga tak keberatan dengan perasaan semacam ini.

"Aku juga... Menyukaimu."

  

Flashback end...

   

Rasanya berbeda. Tatapan matanya terlihat sama namun rasanya berbeda dengan mata yang dulu menatapnya penuh cinta di masa SMA. Ucapannya juga sama, namun rasanya ada yang berbeda. Seperti ada sesuatu yang tersirat dari ucapan Junkyu itu. Ketulusannya, rasanya Jihoon perlu mempertanyakan lagi apakah Junkyu sungguh tulus mengatakannya atau tidak.

Perasaannya sendiri juga sudah berbeda. Debaran itu tak lagi muncul ketika ia menatap mata Junkyu. Jihoon menoleh ke belakang, pada mobil Yoshi yang masih terparkir di sana dan belum juga dilajukan padahal mesinnya sudah dinyalakan.

Subjektif [ yoshihoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang