Tengah malam di mana rumahnya yang memang biasa sepi itu kini bertambah sunyi dan mencekam karena banyak lampunya yang dimatikan. Yoshi sama sekali tak terganggu berjalan menaiki anak tangga di tengah kegelapan rumahnya. Tangannya dengan gerakan perlahan membuka pintu kamar Jihoon yang tidak dikunci. Lampu di dalam kamarnya menyala. Buat bola matanya terkejut dengan bias tiba-tiba dari cahaya lampu.
Yoshi menekan saklar lampu mematikan nyalanya lampu. Ia diam beberapa saat, dan sadari Jihoon yang mulai bergerak gelisah dalam tidurnya karena rasakan cahaya yang tak lagi sinari mimpinya. Yoshi kembali menekan saklar dan pada akhirnya tetap membiarkan lampunya menyala. Dihampirinya ranjang berukuran besar itu dan kemudian berjongkok di lantai, menatap wajah lelap Jihoon dengan seksama.
Tangannya bergerak, tanpa sadar mengusap rambut poni Jihoon yang sedikit lepek karena keringat. Kini diraihnya remot AC dan turunkan suhunya agar Jihoon tak lagi rasakan panas.
"Harusnya kamu pergi aja waktu aku usir kamu tadi. Kamu gak tahu hal macam apa yang harus kamu hadapi nanti, karena aku juga gak akan tahu..." Yoshi berbisik pelan di dekat telinga Jihoon. Matanya terpejam, lantas jatuhkan kepalanya untuk bersandar pada kening Jihoon.
"Aku takut akan gagal untuk jaga kamu... Aku mohon... Kalaupun kamu gak bisa balas perasaanku dengan tulus, setidaknya jangan pernah ucapkan bahwa kamu tidak mencintaiku. Karena kamu sendiri yang memilih tetap berada di sini."
Ibu jarinya kembali mengusap lembut. Matanya tak alihkan dari menatap wajah damai sang tercinta. Bibirnya kembali bisikkan kalimat pengingat yang tak akan juga Jihoon dengar, kemudian bubuhkan satu kecupan ringan namun lama pada kening Jihoon.
"Selamat malam, dan mimpi indah."
-- ♡ --
"Selamat pagi~"
Yoshi tersentak. Terkejut begitu ia membuka pintu dan dapati sosok Jihoon yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya seraya tersenyum cerah menantinya untuk keluar hanya untuk ucapkan selamat pagi. Terbukti dari Jihoon yang langsung melenggang pergi begitu usai ucapkan sapaan paginya. Tinggalkan Yoshi yang hanya bisa ulas senyum tipis melihat sisi lain dari Jihoon yang justru buat jantungnya makin gila menggendang diri di dalam dadanya.
Jihoon pergi ke dapur. Membuka lemari dapur dan temukan seluruh sudut lemari yang sudah di penuhi oleh teh camomile yang biasa sulit baginya untuk nikmati karena harganya itu kini tersedia dengan stok tak terbatas. Jihoon tersenyum. Mengambil satu bungkus dari dalam lemari untuk kemudian menyeduhnya menjadi secangkir teh hangat yang akan ia hidangkan untuk Yoshi.
Yoshi duduk di kursi meja makan seperti biasa dan menunggu kopinya untuk disajikan seperti biasa pula. Namun hari ini ia justru mendapatkan hal yang lain. Bukannya secangkir kopi hitam yang disajikan, namun justru secangkir teh hangat yang kini diletakkan di hadapannya. Yoshi menoleh, menatap Jihoon dengan tatapan tajam. Nafasnya dihela dengan kesal.
"Apa maksudnya ini? Kamu benar-benar berniat meremehkanku atau bagaimana? Aku tidak minum teh." Yoshi menyentak tak suka.
Jika sebelumnya Jihoon akan ketakutan dan langsung ambil kembali teh buatannya, maka kali ini ia bereaksi lain. Jihoon justru ikut duduk di kursi samping Yoshi dengan tenang tanpa rasa takut. "Ini tidak manis kok. Ini juga bagus untuk kesehatan ketimbang kopi hitam yang biasa kamu minum. Coba saja dulu." Katanya kemudian meyakinkan.
"Apa kamu berniat membodohiku?" Tanya Yoshi lagi kembali menatap Jihoon penuh ancaman.
Namun sepertinya seluruh rasa takut Jihoon pada Yoshi telah lenyap seluruhnya sejak mengetahui mengenai perasaan pemuda yang lebih tua darinya itu. "Aku suka teh ini. Aku hanya ingin kamu juga mencobanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Subjektif [ yoshihoon ]
FanficB O Y S L O V E [ COMPLETED ] Pertama kalinya menghadapi dunia, tetapi semesta kerap pertemukannya dengan duri beracun yang begitu ingin matikan langkahnya. Jika hidup dengan label kepemilikan orang lain adalah jalan terbaik, maka di sanalah ia akan...