[4]

735 121 9
                                    

"..."

Jennette memandang datar benda yang ada di hadapannya.

Di atas meja surat kembali hadir di kediamannya.

Ini sudah yang kesekian kalinya semenjak Tuan Putri mengiriminya surat, dan sejak itu lah Jennette merasa gundah gulana.

"Apa aku sebaiknya membalas surat ini?"

Guman Jennette pada dirinya sendiri.

Ia masih enggan menuliskan surat untuk sepupunya itu. Hatinya masih terlalu berat dan juga letih untuk menjalin kembali hubungan diantara mereka.

Sreekk

Jennette kembali merobek surat tersebut tanpa membacanya dan langsung melemparkannya ke tong sampah.

Hidupnya sudah mulai terasa lebih baik semenjak ia memutuskan untuk melupakan masa lalu, namun surat yang surat yang hadir di atas mejanya itu selalu membuatnya kembali teringat kenangan buruk.

"Kak Jennette! Kak Jennette! Apa Kakak ada di rumah?"

Secara tiba-tiba telinga Jennette mendengar suara anak kecil dari luar, ketika pintu dibuka manik Emerald miliknya melihat sosok seorang anak kecil yang membawa sebuah keranjang kosong.

"Ada apa, Mio? Apa kau memerlukan sesuatu?"

Mio, gadis cilik itu mengangguk dan menunjukkan keranjang kosong, lalu dengan senyuman lebar mengembang di wajahnya, ia kembali berkata dengan nada ceria.

"Kak Jennette, petik buah yuk!"

"Eh?"

Ajakan itu terlalu mendadak untuknya, namun karena ia tidak mempunyai rencana apa pun, alhasil kini ia berdiri di tengah kebun buah yang saat ini sedang panen.

"Terima kasih sudah datang membantu, Jennette. Dasar anak ini, sudah ku bilang jangan menganggu hari liburmu, tapi dia bersikeras mengajakmu untuk melakukan hal ini."

"Hahaha... Tidak apa-apa kok. Lagi pula ini menjadi pengalaman menyenangkan untukku."

Selama memanen buah di bawah teriknya sinar matahari, mereka mulai berbincang-bincang dengan seru, banyak hal yang mereka bahas seperti, bagaimana sikap anak-anak ketika belajar di bawah pengajarannya, atau bidang pekerjaan seperti apa yang sebaiknya, Mio, anak wanita muda itu lakukan ketika ia sudah lulus dari sekolah dasar.

Sampai Nyonya Hilton mulai masuk ke topik yang agak sensitive, seperti membuka topik kapan Jennette akan mulai menjalin hubungan dengan seseorang dan menanyakan kira-kira kapan tanggal pernikahan digelar.

Tentu Jennette merasa canggung ketika ditanya, pertanyaan sensitif seperti itu, dan karena saat ini ia tidak berpikiran ke arah sana, tidak ada jawaban yang bisa ia ujarkan.

Bohong memang jika Jennette mengatakan ia tidak perduli akan hal-hal romantis seperti itu, namun saat ini dia terlalu sibuk untuk membenahi kehidupannya agar menjadi lebih baik.

"Jennette, kau kan cantik, pintar dan juga baik. Apa kau tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan dengan seseorang?"

Jennette terdiam beberapa saat, pertanyaan itu mengusik ketenangannya. Namun ia harus menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang tidak diinginkan.

Oleh sebab itu helaan nafas panjang keluar dari bibirnya sebelum ia kembali menjawab.

"Ahh... Untuk saat ini aku masih ingin fokus pada diriku sendiri. Masalah cinta atau pun menikah, sepertinya bisa ditunda dulu."

Nyonya Hilton bukan lah orang yang ingin ikut campur dengan kehidupan pribadi milik Jennette, namun melihat seorang gadis muda yang usianya sudah memasuki umur 20 tahun lebih dan belum mempunyai pasangan membuatnya sedikit khawatir.

[Just In This Dimension]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang