"Apa kau sudah tenang?"
Anastasius memberikan sapu tangan miliknya pada Jennette yang masih terisak sesekali.
Kini mereka sudah kembali ke dalam rumah.
Setelah heboh menangis keras layaknya anak kecil, kini wanita yang sudah beranak dua tersebut sudah mulai tenang dan mengerti keadaan.
Kemudian dia memandang sosok Anastasius yang berada di sampingnya.
"Ayah... Bukan kah kau sudah mati waktu itu? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kau dihukum mati."
Anastasius sudah memprediksi pertanyaan ini.
Dia sudah menduga, Jennette akan melontarkan pertanyaan ini ketika mereka berdua bertemu kembali.
Anastasius pun sudah siap untuk menjawabnya, hal yang sudah lama ia persiakan selama mereka berpisah.
"... Aku memang sudah mati... Tapi kau ingat kekuatan Aerthanis bukan? Pria gila itu yang menyelamatkanku."
"Kenapa?"
Anastasius menggelengkan kepalanya, dia sendiri juga tidak tahu mengapa kekuatan pendahulunya yang gila itu menyelamatkan nyawanya.
Bahkan dengan kekuatan sihir itu, dia bisa dinyatakan mati.
Ilusi yang menunjukkan sosok Anastasius sudah menghembuskan nafas terakhir kalinya menipu semua orang, bahkan putri kandungnya sendiri.
"Aku tidak tahu. Entah dia menyesal dengan perbuatannya, atau dia hanya iseng untuk melihat seperti apa penderitaanku melanjutkan hidup di dunia ini. Sejak dulu, orang itu memang sudah gila. Tidak ada orang waras yang mengerti jalan pikirannya."
Jelas Anastasius, ia sama sekali tidak berbohong. Tidak ada satu kalimat kebohongan pun yang tersirat di setiap kalimatnya.
Dan Jennette mengetahui hal tersebut.
Mungkin karena ia tumbuh di lingkungan penuh tipu muslihat, dia sangat peka terhadap kebohongan.
Hanya saja, dia memilih menutup mata dan bertingkah seolah-olah tidak mengetahui apa pun untuk menjaga dirinya sendiri.
Yang mendorongnya jatuh ke dalam jurang penderitaan.
Itu salahnya.
Salah Jennette yang berpikir dia akan terus hidup bahagia layaknya Tuan Putri yang pernah ia baca dalam buku cerita.
"Lalu apa alasan Ayah tiba-tiba menunjukkan diri seperti ini?"
Jennette sudah mulai tahu kemana arah pembicaraan ini mengarah.
Kemungkinan besar Anastasius berencana untuk melakukan kudeta terhadap Kaisar sekarang.
Membalaskan dendam yang sudah terpendam sejak lama.
Namun Jennette juga berharap, hal itu tidak terjadi, karena ia sudah tidak ingin terlibat dengan yang namanya balas dendam atau pun hubungan politik.
Yang Jennette inginkan hanya lah kehidupan tenang dan nyaman.
Membesarkan kedua anaknya dan berharap kebahagiaan akan menyertai mereka.
Apakah itu sangat sulit bagi wanita yang selama ini sudah mengalami banyak penderitaan?
"... Aku mengumpulkan banyak orang yang merasa tertindas dengan pemerintahan Claude. Dan seperti yang kau pikirkan, Jennette. Aku berusaha untuk melakukan balas dendam."
Raut wajah Jennette berubah menjadi sedih.
Dia sudah menduga hal ini akan terjadi, namun harapan yang kecil itu membuatnya kecewa.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Just In This Dimension]
Fiksi PenggemarSetelah Kaisar Obelia, Claude berhasil mendapatkan kembali ingatannya, dia dan dan putrinya, Tuan Putri Athanasia segera bertindak untuk melawan pemberontak. Kaisar Kejam terdahulu, Anastasius, dieksekusi hukuman mati untuk menebus segala kesalahan...