[7]

837 133 31
                                        

Sudah beberapa hari semenjak Athanasia dan Ijekiel menginspeksi desa.

Dan sudah beberapa hari pula Jennette berusaha untuk menghindari mereka, namun tetap saja seakan takdir mengikat, mereka selalu di pertemukan secara tidak sengaja.

Seperti sekarang ini.

"Jennette!"

Athanasia berlari memanggil nama Jennette yang berusaha pergi meninggalkannya.

Dia baru saja selesai mengajar dan akan kembali ke rumahnya sebelum berpapasan dengan Athanasia di jalanan desa.

"Jennette!"

Athanasia kembali memanggil namanya, namun telinga Jennette pura-pura tuli seraya melangkahkan kakinya lebih cepat.

"Tunggu! Kenapa kau menghindariku terus?!"

Jennette tidak mengubris perkataannya.

Bahkan dia tidak berbalik untuk sekedar memandang Athanasia yang terlihat kelelahan akibat mengejarnya.

Biarlah.

Jennette menjadi seorang penjahat sekarang.

Namun ia harus melakukannya demi kedamaian hati yang tengah terguncang.

Blam

Jennette menutup pintu dengan cukup keras, kemudian terduduk karena kelelahan menghampiri dirinya.

"Haaahh..."

Helaan nafas panjang keluar dari bibir Jennette, dia terlihat sangat lesu seperti sehabis berperang melawan hewan buas.

"Wajahmu jelek sekali."

Dan ketika masih dalam keterpurukannya, muncul lagi orang gila yang mengusik ketenangan jiwanya.

"Tuan Penyihir, ini rumah saya."

"Lalu?"

"Tidak kan anda pernah diajari oleh seseorang bahwa masuk tanpa izin merupakan sebuah kejahatan?"

"Aku orang paling sakti di Obelia. Siapa yang berani menghakimiku?"

Ohh...

Tidak.

Pemuda di hadapannya ini adalah orang paling sombong dan paling seenaknya.

Dia mempunyai status sangat tinggi sehingga membuat tidak ada orang berani menghakiminya.

Bahkan Kaisar Obelia sendiri, Claude, masih menjaga kata-katanya ketika berhadapan dengan Sang Penyihir Agung.

"Sudahlah. Saya lelah. Jangan menganggu saya beberapa waktu ini."

Jennette bangkit dan berjalan, namun baru saja beberapa langkah ia pergi, tubuhnya sudah goyah dan hampir menyentuh lantai sebelum ada tangan yang menahannya.

"Hahh.... Hahh...."

Deru nafas Jennette berpacu cukup cepat, wajahnya memerah seraya tubuhnya terasa sangat berat.

Dia tidak tahu mengapa hal ini terjadi.

Namun yang pastinya, Jennette terlihat sangat menderita seakan tengah tersiksa.

"Chimera, kau sakit."

Jennette tahu itu.

Sejujurnya beberapa lama ini ia sudah menyadari keadaanya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Terkadang dia merasa mual tidak karuan saat di pagi hari.

Atau terkadang dia juga tidak selera nafsu makan meski hidangan favoritnya sudah disediakan.

[Just In This Dimension]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang