3. Berbuat Ulah

1.1K 92 3
                                    

Bariqi kembali ke dapur dengan napas yang terus memburu. Pria itu masih mengingat jelas bagaimana marahnya ia saat mendengar Elya berkencan. Namun, siapa sangka kalau Elya berkencan dengan kasur. Bariqi berdiri di pembatas dapur panas dan dapur dingin, pria itu meneguk air mineral. Satu botol air mineral tandas dalam sekejap, pria itu kembali mengambil air dan meneguknya lagi. Wajah Bariqi memerah dan pipinya terasa panas.

Plak!

Plak!

Bariqi memukul-mukul pipinya sendiri, "Kenapa aku heboh sekali," gerutu Bariqi.

Napas Bariqi masih naik-turun, pria itu melempar botolnya ke meja dengan asal. Bariqi berkacak pinggang, pria itu salah tingkah dan bingung dengan apa yang akan dia lakukan. Hanya mendengar kata 'kencan', sudah membuatnya menggila!

Chef Vino mencuri pandang ke arah Bariqi, pria seumuran Elya itu tampak penasaran dengan apa yang terjadi. Bibir Vino sudah terbuka, pria itu bersiap bertanya. Bertepatan dengan itu, Bariqi juga menatap Vino.

"Ada apa?!" pekik Bariqi.

"Eh itu, tadi bagaimana keadaan Elya?" tanya Vino.

"Kenapa kamu nanyain dia? Dan kenapa kamu tidak memberitahuku kalau Didi yang dimaksud itu kasur?" sentak Bariqi, membuat para koki mendongak menatap pria itu. Sedangkan yang ditatap balik menatap mereka.

"Lah, Chef tidak tahu?" tanya Chef Edo.

"Tidak," jawab Bariqi sambil menggaruk pipinya.

"Didi itu nama kasur, Elya cinta sama Didi," kata Vino.

"Dasar si bodoh itu. Apa gunanya mencintai kasur," maki Bariqi mengambil botolnya lagi yang tadi sempat ia lempar.

"Kalian semua juga salah, kenapa tadi tidak memberitahu soal Didi. Kalian hanya bilang kalau Elya kencan," oceh Bariqi lagi.

"Buat apa Chef bertanya soal Elya? Chef tidak lagi jatuh cinta sama Elya, kan?" timpal Edo.

"Uhuk uhuk ...."

Bariqi terbatuk-batuk mendengar ucapan Chef Edo, pria itu menatap sinis chef yang lebih tua darinya. "Aku jatuh cinta sama Elya? Chef Edo bercanda, ya? Di hotel ini sembilan puluh persen wanitanya cantik semua, yang tidak cantik hanya Elya. Di dunia ini banyak wanita cantik, bisa gila kalau aku jatuh cinta sama dia!" ujar Bariqi menggebu-gebu.

"Kalau tidak jatuh cinta, ya tidak perlu heboh dan salah tingkah," balas Chef Edo. Di antara yang lain, yang paling berani dengan Bariqi hanya Chef Edo.

"Siapa yang salah tingkah? Aku biasa saja!"

"Ya, ya ... baiklah, kalau biasa," jawab Chef Edo.

Bariqi segera menarik apron yang ada di bawah meja, pria itu kembali bekerja meski tidak fokus. Fokusnya hanya pada Elya, gadis yang sejak pertama kali ia lihat sudah mengusik dirinya. Sebenarnya Elya hanya diam, hanya saja Bariqi yang terlalu terbawa perasaan dengan gadis itu.

***

Pukul 7 malam, Bariqi sudah mandi, dan duduk dengan manis di atas motor bebek miliknya. Bariqi menata rambutnya di depan spion, pria itu juga membawa parfum di tangannya dan menyemprotkan ke tubuhnya. Pria dua puluh tujuh tahun itu mencium harum tubuhnya sendiri. Dirasa belum harum, Bariqi kembali menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Mulai dari dada, ketiak, sampai resleting celananya.

Bariqi membuang parfumnya dengan asal saat dirasa isinya sudah habis, pria itu kembali melihat dirinya di kaca spion, melihat penampilan sendiri apakah sudah menarik atau belum. Bariqi menegakkan tubuhnya, pria itu memutar kunci motor dan bergegas menjalankan keluar dari pekarangan rumahnya.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang