38. Kencan yang Indah

373 36 10
                                    

Seharian ini Elya dan Bariqi menghabiskan waktunya di Surabaya. Setelah puas menyanyi berdua dengan suara yang seperti ayam kecekik kandang, mereka menuju Kanjeran Park untuk mencoba berbagai wahana. Bariqi harus rela pusing saat Elya menariknya kesana kesini untuk mencoba wahana.

Bariqi pasrah, pacaran dengan anak kecil adalah keputusannya, dan sudah seharusnya dia menerima konsekuensinya. Setelah puas di Kanjeran Park, kini di jam lima sore, Bariqi dan Elya sudah berada di atas perahu di bawah jembatan Suramadu, jembatan yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura.

"Aku takut di sini," adu Elya saat perahu kecil yang dia tumpangi sedikit oleng.

"Ada aku, gak usah takut," kata Bariqi memeluk pundak Elya.

"Meski ada kamu, kalau perahu ini oleng, kita sama-sama kejebur," rajuk Elya.

"Makanya tenang, gak usah banyak gerak!" tegur Bariqi.

Elya diam, matanya menatap sekitarnya yang juga banyak pasangan muda menaiki perahu di hari yang mulai petang.

"Kenapa kita di sini?" tanya Elya pelan.

"Melihat sunset," jawab Bariqi.

Perahu mereka mulai berjalan dengan lambat menyusuri sungai. Sepanjang perahu itu jalan, Elya meremas tangan Bariqi yang membuat Bariqi tergelak. Tadi naik berbagai wahana tidak takut, sekarang di atas air kekasihnya ketakutan.

"Itu yang aku rasakan tadi saat kamu menarikku ke berbagai wahana. Sekarang rasain," bisik Bariqi. Elya cemberut, gadis itu terus memegang tangan Bariqi. Kalau Elya jatuh dari perahu, dia akan langsung menarik Bariqi agar ikut sekalian.

Bariqi tersenyum, pandangan pria itu beralih ke arah barat, di mana matahari sudah mulai terbenam. Semburat jingga itu menyorot ke arah Bariqi dan Elya. Dengan sigap Bariqi menutup kepala Elya agar tidak terkena sorot langsung sinar matahari itu.

"Wah, bagusnya!" pekik Elya menarik tangan Bariqi. Elya mencelupkan tangannya ke air laut, gadis itu berteriak kegirangan karena melihat keindahan sinar matahari yang menyorot ke arah mereka dan air laut.

Air laut itu terlihat indah, Elya mengambil hpnya, gadis itu memotret pemandangan yang sangat indah. Bariqi mengambil alih hp Elya, pria itu mengarahkan kamera depan dan mengambil foto selfi dirinya dan Elya.

Elya tersenyum seraya mengangkat tiga jari di tangan kanan dan kirinya, membentuk kumis kucing di pipinya. Bariqi pun tersenyum menatap kamera. Banyak foto selfi yang mereka ambil.

"Kamu cantik," puji Bariqi melihat hasil foto mereka.

Sudah tiga tahun mereka saling kenal, ini kali pertamanya Bariqi memuji Elya cantik. Biasanya Bariqi akan menghujat Elya, yang hitam lah, yang pendek lah, dan hujatan lainnya.

"Tumben muji cantik. Biasanya foto apapun yang aku unggah, kamu selalu komentar jelek," kata Elya.

"Mulai ... mulai ...." ujar Bariqi dengan jengah saat Elya terus membahas masa lalu.

Elya terkekeh, gadis itu menyandarkan tubuhnya ke dada Bariqi. Saat penat dengan pekerjaan, memang yang paling dibutuhkan adalah sandaran pacar. Elya bahagia sekarang, di mana dia melihat keindahan matahari terbenam dengan pacar bersamanya. Elya merasa tidak pernah beruntung dalam hal apapun, tetapi kali ini Elya merasakan keberuntungan saat Bariqi memperlakukannya dengan baik.

Dulu, liburan adalah hal yang mustahil untuk Elya. Sejak kecil pun dia tidak pernah tahu indahnya dunia karena keluarganya tidak pernah mengajaknya jalan-jalan. Saat bersama Bariqi saja Elya tahu berbagai kota, itu pun tidak pernah senang karena Bariqi mengajak dirinya hanya untuk jadi asisten pribadi yang ternistakan.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang