Seorang Gadis tengah mengocok shaker koktail di depan para pelanggannya. Elya sudah menguasai teknik shak setelah beberapa lama berada di bar. Perempuan itu dalam sekejap menjadi perempuan idola. Bahkan ada pelanggan yang terang-terangan setiap hari datang dan mengatakan kagum dengan Elya.
Kalau lagi gabut, Elya akan balik menggoda para pelanggannya. Tapi itu hanya manis di bibir, kalau perasaannya hanya untuk Bariqi. Kendati demikian, Bariqi tidak bisa jenak dan ingin Elya berada di dapur saja.
Bagi Bariqi, di bar terlalu banyak buaya yang siap memangsa Elya. Namun, Bariqi tidak sadar kalau dirinya juga buaya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Elya masih belum selesai dengan pekerjaannya. Elya pulang jam delapan sesuai jam kerja yang baru.
Saat asik atraksi di depan para tamu, seorang pria tampan mendatangi Elya. Pandangan Elya mengarah tepat ke Bariqi, kalau dilihat-lihat orang yang sudah melamarnya itu sangat tampan.
"Elya, seorang gadis dua puluh tahun, yang cantik, manis dan pintar mengocok," puji Bariqi yang terdengar ambigu di kalimat belakangnya.
Elya mengerlingkan matanya kepada Bariqi. Sontak kelakuan Bariqi dan Eya membuat pelanggan menatap ke arah mereka.
"Mau minum apa?" tanya Elya kepada Bariqi.
"Apa saja yang manis, enak dan memabukkan," jawab Bariqi.
"Kalau gitu minum saja aku!" pinta Elya.
Bariqi tergelak mendengar ucapan Elya. Pria itu mengambil duduk tepat di depan Elya sembari menunggu Elya menyelesaikan pekerjaannya. Bariqi menahan dirinya untuk tidak menatap tajam orang-orang yang berusaha mendekati Elya. Kalau dia menatap tajam, sudah pasti pelanggannya pada kabur. Bisa-bisa ayah Bariqi mengamuk karena Bariqi membuat rugi.
Elya mengambil sebotol air putih dan meletakkan di meja Bariqi, "Ini buat kamu," ucap Elya.
"Lah, kenapa hanya air mineral? Aku kan pengen yang manis, enak dan memabukkan," kata Bariqi tidak terima.
"Air putih kalau diminum di depanku rasanya juga manis," ucap Elya.
"Elya, gak mau minum ini. Mau yang lain!" rengek Bariqi.
"Kamu harus menerapkan hidup sehat. Kamu sudah kebanyakan kopi dan kebanyakan wine. Sekarang air putih saja," tegas Elya.
Bariqi cemberut, pria itu membuka tutup botolnya dan meneguk air mineralnya. Elya seperti ibunya saja yang selalu melarangnya meminum minuman beralkohol.
"Kamu kan sebentar lagi mau jadi suami. Aku gak mau kebiasaan buruk kamu, kamu bawa saat menikah. Yang ada aku sengsara punya suami pemabuk," oceh Elya.
Bariqi mengangguk, saking cintanya dia dengan Elya, apapun yang Elya minta juga dia turuti.
Setelah menunggu beberapa waktu, tepat di jam delapan, Elya menyelesaikan pekerjannya. Elya keluar dari bar bersama Bariqi. Elya menggelendot manja di lengan Bariqi, "Capek banget," keluh Elya dengan manja.
"Mau dipijatin?" tanya Bariqi.
"Kalau kamu yang mijat, nanti ujungnya jadi pijat plus-plus," jawab Elya setengah ketus.
"Kamu kan duta modus," tambah gadis itu.
"Itu namanya bukan modus, tapi mencari kesempatan dengan baik," jawab Bariqi yang membuat Elya meninju perut pria itu sedikit kencang.
"Elya, hobi banget tinju perut," rengek Bariqi.
"Uluh-uluh, orang yang galak seperti singa, kini manja banget, ditinju perut sebentar sudah merengek," goda Elya.
Bariqi tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk tubuh Elya dengan erat. Pria itu mengajak Elya untuk segera keluar dari kawasan hotel.
"Elya, kapan orang tuamu menyuruhku datang?" tanya Bariqi.
"Gak sabar banget pengen cepet nikah sama aku," cibir Elya."Memangnya kamu mau menanti lama? Harusnya kamu bersyukur aku dengan cepat memberimu kepastian," oceh Bariqi.
"Iya iya, dua minggu dari ini Ayah menyuruh kamu datang," jawab Elya yang membuat Bariqi membulatkan matanya.
"Beneran?" tanya Bariqi membulatkan matanya.
"Ya, beneran," jawab Elya.
"Aku sudah diterima di keluargamu?" tanya Bariqi yang masih tidak percaya.
Elya mengangguk, perempuan itu menghentikan langkahnya. Elya menarik kedua tangan Bariqi dan menatap kekasihnya dengan lekat.
"Mas, ada banyak hal yang aku korbankan untuk menikah denganmu. Ayahku, ibuku, juga tidak pernah mengatakan apa kesulitan yang sebenarnya yang mereka alami. Tapi, sekarang Ayah dan Ibu sudah merestui kita. Sekarang aku sadar, seburuk-buruknya orang tua, mereka tetap menyayangi anaknya. Ayah dan Ibu bilang, tidak ada hal lain yang mereke inginkan kecuali melihatku bahagia sama kamu. Aku tidak menuntut kamu membuatku bahagia, aku hanya ingin saat kita sudah bersama lagi, kamu nggak akan meninggalkanku," oceh Elya bertubi-tubi.
Bariqi ganti menggenggam tangan Elya, "Sudah berapa kali aku bilang bahwa aku tidak akan meninggalkanmu? Cukup sekali saja kamu pergi dariku, aku tidak akan membiarkanmu pergi, pun dengan sebaliknya. Bagaimana caraku meyakinkan kamu bahwa aku benar-benar cinta sama kamu, Elya?" tanya Bariqi bertubi-tubi.
"Kamu sudah cukup meyakinkanku," jawab Elya.
Bariqi mengusap puncak kepala Elya dengan sayang. Setelahnya mereka segera menuju ke tempat parkir untuk mengambil kendaraan Bariqi. Bukannya langsung pulang, Bariqi dan Elya berkeliling kota Batu sambil bercerita.
Lagu dari George Benson turut Bariqi putar untuk menemani perjalanan mereka. Sepasang kekasih itu menyanyi bersama dengan senang. Rasa capek Elya kini hilang sudah setelah bersama Bariqi.
"Elya, kamu mau makan apa?" tanya Bariqi.
"Nggak usah, aku makan nanti saja. Kamu harus banyak menabung untuk pernikahan kita," jawab Elya.
"Kalau hanya beli nasi goreng sepuluh ribu, aku ada uang," kata Bariqi.
Elya tersenyum, cewek itu mengusap lengan Bariqi, "Ya, aku tahu. Tapi aku ingin kamu juga menabung, aku juga nabung. Kita sama-sama mengumpulkan uang untuk rencana ke depannya," jelas Elya.
"Tapi, kenapa aku gak rela mendengar kamu bilang begitu, Elya. Melihat kamu yang kerja sampai malam, melihat keringat kamu, aku gak tega sama kamu. Elya, jangan pikirkan tentang biaya apapun, ada aku yang akan memenuhi semuanya," oceh Bariqi.
"Mas, dengan kamu bilang begitu, kamu seperti meremehkanku. Selagi aku bisa berdiri tegak, masih sehat, aku akan kerja," ujar Elya.
"Lagi pula kamu berlebihan, Mas. Di luar sana banyak kok pasangan suami istri yang sama-sama kerja, kita malah belum menikah tapi kamu seolah tidak memperbolehkanku kerja," tambah Elya.
"Itu karena aku terlalu mencintai kamu," jawab Bariqi.
"Terkadang aku berpikir, di mana lagi aku bisa mendapatkan laki-laki sebaik kamu dan bisa menyayangiku sedalam kamu," cicit Elya.
"Tidak akan ada. Mau kamu mencari sampai ke ujung dunia, kamu gak akan menemukan pria yang menyayangimu setulus aku," jawab Bariqi dengan bangga.
Elya menarik gemas pipi Bariqi membuat bariqi mengaduh kesakitan. Sepasang kekasih itu melanjutkan nyanyian mereka meski suaranya tidak bagus-bagus amat. Bariqi dan Elya menjelajah kota Batu yang dingin di malam hari. Hanya hal sederhana, tetapi sudah membuat kedua orang itu senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galanga Chef
RomanceBariqi Galanga, seorang executive chef yang sangat galak. Dalam satu bulan, pria itu bisa berganti asisten delapan belas kali. Saking galaknya, banyak orang yang angkat tangan dengan pria itu. Hingga, Bariqi tertarik dengan seorang gadis yang bekerj...