“Udah kenyang banget aku,” ucap Dewa mengusap perutnya yang terasa penuh. Pria itu memakan kepiting besar seorang diri, sedangkan Elya memilih makan kerang hijau.
“Aku ke kamar mandi dulu, jangan kabur!” ucap Dewa lagi.
“Iya iya, cepet sana!” titah Elya.
“Setelah ini kita ke Jatimpark 3, empet lama-lama di sini,” tambah gadis itu sedikit mengencangkan suaranya agar Bariqi mendengar. Tentu saja Bariqi merasa tersindir dengan ucapan Elya.
Dewa menatap Elya dan Bariqi bersamaan, ia yakin seratus persen kalau antara Elya dan pria itu mempunyai hubungan. Dewa menggeleng pelan dan bergegas ke kamar mandi.
Bariqi menatap teman-temannya, pria itu mengambil dompet dari saku celananya, menarik satu lembar uang seratus ribu dan memberikan pada Luis. “Luis, kalian pulang sendiri, ya. Naik angkutan umum jam segini ada arah ke barat. Nih uangnya,” ucap Bariqi memberikan uang pada Luis.
“Chef mau ke mana?” tanya Sera.
“Masih ada urusan,” jawab Bariqi. Bariqi bergegas berdiri dan pergi dari sana. Luis dan teman-temannya menatap bingung ke arah Bariqi.
“Elya, kamu ke sini untuk balik bekerja, kan?” tanya Vino segera mendekati Elya mumpung tidak ada Bariqi. Kalau ada Bariqi, bisa-bisa pria itu kembali marah.
“Enggak. Aku ke sini untuk main sama temanku,” jawab Elya.
“Oh itu yang namanya Elya?” tanya Sera.
“Iya, aku, kenapa?” tanya Elya dengan sewot.
“Eh bukan begitu maksudku, Dek. Aku hanya tanya, soalnya Chef Bariqi sering nyebut nama kamu,” ujar Sera menggeleng pelan takut Elya salah paham.
Elya masih menatap sewot Sera, tidak suka saat dipanggil ‘Dek, terkesan dia anak kecil saja.
“Aku hanya ingin tahu siapa Elya, soalnya Chef Bariqi selalu salah memanggil namaku. Ternyata kamu toh yang dulu jadi asistennya,” ucap Sera lagi.
Elya diam, gadis itu tengah berpikir keras kenapa Bariqi memanggil-manggil namanya. Padahal sudah jelas kalau Elya tidak ada di sana. Sudut bibir Elya terangkat, gadis itu ingin tersenyum, tetapi ia menahannya agar teman-temannya tidak melihat.
Bariqi menyusul Dewa ke kamar mandi. Tatkala Dewa keluar kamar mandi, Bariqi langsung mendorongnya hingga Dewa kembali masuk. Bariqi menutup pintu kamar mandi dengan kencang, tangan kanannya mendorong tubuh Dewa dan menghimpitnya di tembok.“Eh eh … apa-apaan ini, hah?” pekik Dewa tidak terima. Pria itu berusaha mendorong tubuh Bariqi, tetapi Bariqi kembali mendorongnya.
“Apa-apaan ini? Kamu siapa berani-berainya mendorong orang sembarangan,” tambah Dewa lagi.
“Ada hubungan apa kamu sama Elya?” tanya Bariqi tanpa basa-basi.“Aku? Elya sahabatku. Apa urusannya denganmu.”
“Aku bertanya serius.”
“Aku menjawab duarius,” sentak Dewa.
“Kamu siapanya Elya, hah? Gak ada angin gak ada hujan bertingkah begini. Jangan bilang kalau kamu pacarnya Elya. Karena aku dan Elya bersahabat baik, apa-apa dia menceritakan padaku. Dan dia tidak pernah menceritakan siapa laki-laki yang dia suka. Kalau kamu ngaku pacarmya, aku tidak akan percaya,” oceh Dewa lagi.
Bariqi menatap Dewa dari atas sampai bawah dengan pandangan menilai. Pria itu pun melepaskan tangannya dari dada Dewa, Bariqi juga sedikit menjauhkan tubuhnya.
“Aku cowok yang suka sama dia. Saat ini dia sedang marah denganku,” aku Bariqi jujur.
“Terus urusannya denganku apa? Mau dia marah sama kamu, itu urusanmu sendiri, salah siapa buat dia marah,” omel Dewa merapikan kembali bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galanga Chef
RomanceBariqi Galanga, seorang executive chef yang sangat galak. Dalam satu bulan, pria itu bisa berganti asisten delapan belas kali. Saking galaknya, banyak orang yang angkat tangan dengan pria itu. Hingga, Bariqi tertarik dengan seorang gadis yang bekerj...