31. Lebih Sayang Menantu

635 55 9
                                    

"Bariqi!" teriak Putri dengan nyaring.

Bariqi yang berada di kamar pun segera menatap seluruh kamarnya, memastikan kalau tidak ada sesuatu yang aneh di kamarnya yang akan ditempati Elya. Setelah memastikan semua aman, Bariqi segera keluar.

Bariqi membuka pintunya, pria itu mendapati Elya dan ibunya yang berdiri tepat di depan pintu. Wajah Elya masih terlihat pucat.

"Sudah bisa masuk, Bu," ucap Bariqi.

"Hari ini kamar kamu milik Elya, awas kalau kamu nyari kesempatan masuk," ancam Putri menatap tajam anaknya.

"Aku bukan orang mesum kali," cicit Bariqi mempersilahkan Elya masuk.

Elya bagai tidak punya muka saat berhadapan dengan Bariqi. Baru kemarin Elya berbicara dengan lantang kalau dia tidak akan bertemu Bariqi. Namun, sekarang Elya numpang di rumah Bariqi, lebih tepatnya berada di kamar pria itu.

Putri mendesak Elya untuk masuk. Elya menatap seluruh interior kamar mantan rekan kerjanya. Bau khas pria itu terasa menusuk di hidung Elya.

"Elya, kamu tidur di sini, ya. Tadi dokter menyuruh kamu untuk istirahat cukup. Tidak usah pikirkan apa-apa lagi. Pokoknya kamu harus nyaman di sini," jelas Putri.

"Bu, tapi saya kan bukan siapa-siapa. Kalau nanti Bu Putri ditanya Pak RT bagaimana?" tanya Elya.

"Ayahnya Bariqi sudah mengurus ijin sama Pak RT, pasti gak masalah. Kamu mau makan apa biar ibu masakin?" Bu Putri sangat baik pada Elya, perempuan paruh baya itu berusaha membuat Elya nyaman.

Bariqi yang berdiri sembari bersandar di tembok pun hanya menatap interaksi antara ibunya dan Elya. Tiba-tiba terbesit ide jahat di otak Bariqi. Kalau dirinya mendekap Elya di sini, lalu dia meminta teman-temannya untuk membawa masa, pasti saat itu juga Bariqi dan Elya akan dinikahkan.

"Hahahah ...." Bariqi tertawa seorang diri membayangkan pikiran konyolnya.

Otak Bariqi memang licik, kalau Elya tidak bisa bertahan di sana secara baik-baik, mungkin jalan pemaksaan lebih baik. Semakin dipikirkan, semakin Bariqi terbahak-bahak.

Elya dan Bu Putri menatap aneh ke arah Bariqi. Bahkan Elya sampai membeo melihat Bariqi yang selalu berwajah kaku, tetapi sekarang malah tertawa seorang diri.

"Bariqi!" panggil Putri berteriak.

"Ah iya, Sah," jawab Bariqi tidak kalah berteriak.

Putri mengerutkan dahinya mendengar jawaban sang anak, "Sah apa? Apanya yang sah?" tanya ibu satu anak itu.

Bariqi gelagapan, pria itu berdehem untuk menetralkan ekspresinya. Bariqi merutuki dirinya yang sudah bodoh membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Bukan apa-apa, Bu. Lupakan saja," ucap Bariqi.

"Bariqi, pinjami Elya baju!" titah Putri.

"Biar aku ambilkan," kata Bariqi.

Bariqi segera menuju lemarinya, pria itu memilihkan baju untuk gadis yang saat ini terbaring di ranjangnya. Entah kenapa Bariqi senang dengan Elya yang keracunan. Bariqi mencabut ucapannya yang akan memecat koki di restoran baru ayahnya. Karena jasa koki itu, Elya keracunan dan menginap di rumahnya.

Bariqi menarik dua kaos berwarna putih karena letaknya di paling atas, yang satu terlihat kecil dan yang satunya terlihat besar.

"Nah, yang itu saja," ucap Putri menunjuk kaos yang dibawa anaknya.

Buru-buru Bariqi menyembunyikan dua kaos itu ke belakang tubuhnya, "Tidak, jangan yang ini!" elak Bariqi.

"Itu bagus, gak terlalu besar buat Elya." Putri berdiri, perempuan itu menarik kaos yang disembunyikan Bariqi.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang