30. Salah Mengira

559 54 6
                                    


"Bu, bisa datang ke sini? Saat ini aku bawa Elya ke rumah sakit, Elya gak berhenti muntah."

Satu kalimat dari bibir Bariqi via sambungan telfon membuat Putri tidak bisa berpikir jernih. Perempuan itu sudah kalangkabut seorang diri. Memaksa suaminya untuk mengantarnya.

"Mas, cepetan ganti celananya sana. Kita ke rumah sakit sekarang. Kamu dengar sendiri kan kalu Elya muntah-muntah, ini anak kamu pasti sudah menghamili dia," oceh Putri dengan bertubi-tubi. Perempuan paruh baya itu memaksa suaminya yang hanya memakai celana pendek untuk cepat berganti.

"Kamu jangan aneh-aneh. Elya saja sama Bariqi sering bertengkar, masak Elya hamil anak Bariqi," ujar Prasetyo.

"Kamu kayak gak tahu anak kamu saja, bisa jadi Bariqi memaksa."

"Iya juga. Awas saja kalau Elya benar-benar hamil, aku hajar Bariqi sampai tidak berbentuk. Ayo ke rumah sakit!" Prasetyo segera berganti celana dan segera ke rumah sakit menyusul Bariqi.

Ucapan Bariqi sudah membuat orang tuanya panik, takut-takut kalau Bariqi benar-benar menghamili anak orang.

Di sisi lain, saat ini Elya sudah dipindahkan di ruang rawat. Bariqi meminta ruang rawat Vip agar Elya lebih nyaman. Saat ini dokter masih di dalam, sedangkan ia dan Dewa menunggu di luar sambil menanti ibu Bariqi.

"Berapa nomor rekening kamu? Biar aku ganti uang administrasi Elya," ucap Dewa.

"Kamu pikir aku gak bisa bayar biaya administrasi Elya? Kamu pikir aku miskin?" sentak Bariqi membuat Dewa terkejut.

"Hei, aku hanya ingin membayar biaya sahabat ku. Makanya punya kuping tuh dikorek tiap dua hari sekali biar gak salah denger. Di mana kalimatku yang nyebut kamu miskin?" Pekik Dewa yang tidak bisa mengontrol nada suaranya. Ia jadi lupa kalau saat ini di rumah sakit yang tidak boleh mengeluarkan suara keras.

"Gak usah diganti, biar aku aja," kata Bariqi akhirnya.

"Kalau Elya bener-bener suka sama kamu, aku pasti bawa dia ke ustadz untuk dirukyah. Selera Elya tuh laki-laki kalem dan perhatian, bukan kayak kamu. Udah gampang marah, budeg lagi," maki Dewa. Mendengar ucapan Dewa membuat Bariqi tidak terima, pria itu bersiap memulai adu bacot. Namun, terhenti saat melihat ibu dan ayahnya berlari menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Ibu," panggil Bariqi segera berdiri.

"Duduk!" titah Prasetya menunjuk anaknya.

"Apa-"

"Duduk!" titah Prasetya lagi sedikit mendorong anaknya sampai anaknya benar-benar duduk.

"Jelaskan sama ayah, itu anak siapa?"

Bariqi membeo mendengar pertanyaan ayahnya, anak apa? Di sini tidak ada anak kecil sama sekali.

"Jujur, Bariqi. Apa itu anak kamu?" tanya Putri menatap tajam anaknya.

"Anak apa sih, Bu? Anak siapa?"

"Itu yang ada di perut Elya. Elya muntah-muntah, apa lagi kalau nggak hamil?" sentak Putri.

Bariqi tercekat mendengar ucapan ibunya. Pikirannya berubah menjadi negatif, pria itu langsung berdiri dan menarik krah baju Dewa hingga tubuh Dewa tertarik.

"Kamu sahabatnya Elya, kan? Katakan siapa yang dekat dengan Elya!" titah Bariqi.

"Ada apa ini?" tanya Dewa bingung. Dewa melepas paksa tangan Bariqi yang mencengkram lehernya.

"Kamu pasti tahu siapa yang sudah menghamili Elya. Sekarang dia muntah-muntah, meski aku suka sama dia, aku gak pernah nyentuh dia sedikit pun," ujar Bariqi.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang