Malam ini kota Batu diguyur hujan deras, Bariqi duduk termenung di balkon kamarnya. Di tangannya menimang-nimang hpnya, pikiran Bariqi berkecamuk. Sejak bertemu dengan Elya tadi, pikiran Bariqi tidak bisa tenang. Bariqi menatap ranjangnya, di sana ada uang tiga juta lebih yang Elya berikan padanya. Selama ini Bariqi tahu keadaan perekonomian Elya yang sulit, tetapi kini Elya memberinya uang yang tidak sedikit.
“Bariqi,” panggil Putri membuka kamar anaknya.
“Bariqi, ibu goreng pisang, nih dimakan!” ujar Putri membawa pisang goreng yang masih mengepul asapnya.
“Eh, tumben gajian pakai uang cash,” tambah Putri saat melihat uang di ranjang anaknya.
“Ini uang dari Elya,” jawab Bariqi. Putri meletakkan pisang goreng di meja, setelahnya perempuan itu menatap Bariqi bingung.
“Kenapa Elya kasih kamu uang?” tanyanya. Bariqi menggelengkan kepalanya.
“Bariqi, Elya punya hutang sama kamu?”
“Tidak, Bu. Beberapa kali aku membelikan dia bahan makanan, sekarang Elya mengembalikan uangnya padaku,” jawab Bariqi.
Putri menghampiri anaknya, perempuan itu berdiri tepat di hadapan tubuh jangkung anaknya. Tangan Putri mengelus rambut Bariqi yang acak-acakan. “Tadi ibu bertemu dengan Elya, ibu pikir dia membeli perhiasan, ternyata dia menjual perhiasannya. Tapi siapa sangka kalau uangnya malah diberikan padamu. Apa yang kamu lakukan sampai dia mengembalikan uang yang sudah kamu beri?” tanya Putri dengan lembut.
Bariqi menepis tangan ibunya, pria itu menuju ke ranjang dan mengerubuni dirinya dengan selimut.
”Bariqi, kamu sudah berbuat keterlaluan ya sama Elya?” tanya Putri yang masih mendesak anaknya.
“Enggak, Bu. Aku gak pernah berbuat apa-apa sama Elya,” sangkal Bariqi.
“Kalau kamu tidak berbuat macam-macam, kenapa dia sampai mengembalikan uang kamu. Bahkan dia sampai menjual perhiasaannya untuk mengembalikan uangmu.”
Bariqi menutup telinganya dengan bantal, tidak ingin mendengar ucapan Ibunya. Semakin Bariqi mendengar kenyatannya, semakin pula Bariqi merasa bersalah dengan Elya. Ingatan tadi saat melihat Elya berada di kedai bakso, membuat Bariqi sakit hati. Dia yang sudah melukai Elya dengan ucapannya, tetapi ia pula yang sakit hati akan ucapannya sendiri. Bariqi sangat peduli dengan Elya, tetapi setiap kali bertemu Elya, bibirnya tidak bisa terkendali.
“Bariqi, dengerin ibu, sekarang balikin uang Elya!” titah Putri. Bariqi tidak menjawab, pria itu mencoba menulikan pendengarannya dari ocehan sang ibu.
“Bariqi, kembalikan uang Elya!” titah Putri lagi.
“Iya besok bakal aku kembaliin,” jawab Bariqi pada akhirnya.
“Ibu keluarlah!” titah Bariqi lagi.“Janji minta maaf sama Elya?”
“Ibu kenapa sih, aku yang anak ibu, bukan Elya.”
“Ya Ibu suka sama Elya. Dari pada kamu sama cewek-cewek yang dandanannya kayak rainbow cake, lebih baik kamu sama Elya. Sudah kelihatan kalau dia anak yang baik, lucu, dan sopan sama orang. Contoh dong ayah kamu, dapatin cewek kayak ibu. Like father like son, harusnya kamu bisa dapetin Elya. Karena Elya ini seperti ibu banget saat muda,” oceh Putri.
“Sudahlah, Bu. Ibu keluar dulu, biar aku yang pikirkan sendiri,” jawab Bariqi frustasi. Siapa yang tidak mau berbaikan dengan Elya, siapa yang tidak mau hubungan baik dengan Elya. Bariqi ingin, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
Di sisi lain, di Kota Batu daerah Pakisaji, seorang remaja tengah asik membawa satu botol minuman beralkohol seraya meliuk-liukkan tubuhnya bersama teman-temannya yang lain. Rafa sudah mabuk berat bersama teman-temannya, suara musik yang diputar kencang sangat riuh dan memekakkan telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galanga Chef
RomanceBariqi Galanga, seorang executive chef yang sangat galak. Dalam satu bulan, pria itu bisa berganti asisten delapan belas kali. Saking galaknya, banyak orang yang angkat tangan dengan pria itu. Hingga, Bariqi tertarik dengan seorang gadis yang bekerj...