33. Kamu Pacarku

629 59 35
                                    

Saat ini Bariqi dan Elya tengah berada di kamar Bariqi. Suasana sangat canggung setelah Bariqi mengutarakan perasaannya pada Elya. Bariqi seorang pria dengan gengsi tinggi, kini menyatakan cintanya pada gadis yang selalu ditindasnya.

Pun dengan Elya yang tampak canggung, gadis itu memainkan ujung kaos yang dipakainya sampai lusuh. Dia menjawab 'iya, artinya dirinya menerima cinta Bariqi. Namun, setelah ungkapan cinta itu, Bariqi tidak berbicara apa-apa lagi membuat Elya bingung.

Di benak Elya timbul pertanyaan, sebenarnya Bariqi serius suka padanya atau tidak. Elya menatap Bariqi, bertepatan dengan pria itu yang menatapnya. Elya segera berpaling, enggan menatap.

Hubungan macam apa ini? Saat mereka menjadi asisten dan koki utama, mereka sering bertengkar dan berbicara sesukanya. Namun, saat hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, kini keduanya malah canggung satu sama lain.

"Eum, itu," kata Bariqi menggaruk tengkuknya.

"A ... apa?" tanya Elya yang kini duduk di ranjang.

Bariqi mendekati Elya, pria itu duduk tepat di samping gadis yang disukainya. Bariqi memeluk tubuh Elya dari samping, "Elya," bisik Bariqi.

"Hem?" tanya Elya hanya dengan deheman.

Tangan Bariqi terulur memegang dua tangan Elya dan menuntunnya untuk memeluk perutnya. Meski sedikit canggung, tetapi Elya tidak enak bila menarik tangannya, gadis itu pun memeluk tubuh kekasih barunya dengan erat.

"Kita sekarang sepasang kekasih," bisik Bariqi.

"Lalu, apa yang kita lakukan?" tanya Elya.

"Menurutmu apa yang dilakukan orang saat berpacaran?" tanya Bariqi balik.

"Mana aku tahu? Kamu kan yang sering gonta-ganti pacar. Dalam satu minggu kamu ganti pacar berkali-kali," kata Elya merajuk.

Dengan spontan Elya melepaskan pelukannya pada perut kekasihnya. Bariqi tersentak, "Ada apa, Elya?" tanya Bariqi.

"Jangan-jangan kamu menjadikanku pelampiasan saja? Sekarang ini kita pacaran, besok kamu putusin aku. Dasar buaya darat!" maki Elya mendorong tubuh Bariqi.

"Enak saja, aku nggak kayak gitu. Aku gak pacaran sama banyak cewek, tapi hanya ingin lihat kamu cemburu," elak Bariqi membuat Elya terdiam.

"Aku sudah bilang, kan. Ini dipake!" titah Bariqi menusuk-nusuk kening Elya, "Kamu pikir aku bandit apa sampai gonta-ganti cewek? Aku hanya berteman sama mereka buat mancing kamu. Ternyata kamu gak pernah cemburu meski aku sama cewek lain," tambah Bariqi mendengus.

"Siapa bilang? Aku cemburu sama kamu. Apalagi pas kamu sama Cici, aku kesal banget sampai pengen hantam kepala dia. Tapi kamu sama sekali nggak peka," sungut Elya memalingkan wajahnya dari Bariqi.

Bariqi tersenyum mendengar pernyataan Elya, pria itu memeluk tubuh Elya dengan erat.

"Kamu juga pernah muji dia. Apalagi dia bawain kamu lapis Surabaya," tambah Elya merajuk.

"Aku tidak akan dekat dengan perempuan mana pun lagi selain kamu," kata Bariqi menepuk-nepuk puncak kepala Elya.

"Bohong," cibir Elya.

"Kamu bisa pegang ucapanku, Elya! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku akan bersikap lembut, tidak marah-marah lagi dan akan jadi orang yang paling mencintaimu," ujar Bariqi jujur. Pria itu menangkup wajah Elya dan mengarahkan padanya.

"Kamu percaya, kan?" tanya Bariqi lagi.

"Sebenarnya aku tidak pernah pacaran sebelumnya. Aku juga tidak pernah mau saat ada orang yang mendekatiku, aku takut sakit hati," cicit Elya.

"Aku akan jadi orang pertama dan terakhir yang jadi pacarmu. Kamu jangan khawatir, aku tidak akan menyakitimu," bisik Bariqi.

Elya merasa ini sebuah lelucon. Orang yang sering menyakitinya, sekarang mengatakan padanya untuk tidak khawatir karena dia tidak akan menyakitinya. Namun, saat Elya menatap wajah Bariqi, Elya percaya pada pria itu.

Selama ini yang selalu menunjang semua kebutuhannya adalah Bariqi. Elya tidak mengelak kalau tidak ada Bariqi, mungkin dia akan sangat kesulitan. Saat di mess tidak ada bahan makanan, Bariqi selalu mengirimkan untuknya. Kalau mau ke mana pun Bariqi juga mengantarnya.

"Tunggu di sini!" pinta Bariqi.

Elya mengangguk, Bariqi menuju ke sebuah laci. Pria itu mengambil sebuah kotak berwarna silver. Bariqi mendekati Elya lagi.

"Aku sudah lama membeli ini. Saat aku ingin memasangkan untukmu, aku sadar kalau tidak ada hubungan apa-apa di antara kita. Sekarang kita sudah pacaran, aku ingin kamu memakai ini," ucap Bariqi membuka kotak silver yang lumayan besar.

Dua jam tangan berwarna hitam ada di sana. Elya tercengang melihat jam tangan yang dulu dia juga pernah memilikinya. Namun, jam tangannya harus dijual karena untuk mengganti uang Bariqi.

Elya yang semula antusias pun kini tidak lagi menampilkan kebahagiaannya. Bariqi mengerutkan dahinya, "Kamu tidak senang?" tanya Bariqi.

"Aku takut kalau kamu minta ganti u-"

Ucapan Elya terhenti saat Bariqi menutup bibirnya menggunakan telapak tangannya. Bariqi sudah tahu apa yang akan Elya katakan.

"Elya, dengarkan aku! Aku tidak akan meminta apapun yang sudah aku berikan sama kamu. Saat aku mengatakan waktu lalu, aku sedang dilanda emosi karena kamu bersama pria lain. Tinggalkan hal-hal yang lalu, sekarang sudah waktunya kita menjalani hidup kita ke depan," jelas Bariqi memberi pengertian kekasihnya.

Elya menatap Bariqi, pun Bariqi yang melepaskan bekapan bibirnya, "Percaya sama aku. Aku akan menjadi kekasih terhebat buatmu," tambah Bariqi lagi.

Elya mengangguk, Bariqi mengambil satu jam tangan dan melingkarkan di pergelangan tangan Elya. Pun dengan Elya yang memasangkan jam tangan untuk Bariqi.

Elya tertawa kecil melihat jam yang melingkar di tangannya. Dia sangat menginginkan jam itu sejak dulu, dan kini Bariqi memberinya. Sebuah tangan memegang tangan Elya dengan lembut, Bariqi lah pelakunya. Pria itu mendekatkan punggung tangan Eya ke bibirnya. Sebuah ciuman lembut Bariqi berikan pada sang kekasih.

"Sekarang kamu pacarku," ucap Bariqi.

"Kamu juga pacarku. Jangan deketi cewek lain kalau kamu sudah sama aku!" jawab Elya sekaligus memperingatkan Bariqi.

"Bagaimana aku bisa mendekati cewek lain kalau poros duniaku hanya kamu," kata Bariqi mengedipkan sebelah matanya, Elya tersipu malu karena kekasihnya itu.

"Eh, aku mau nonton drama bagus," ucap Elya mencari keberadaan hpnya.

"Drama apa?" tanya Bariqi.

"Drama china, jam segini sudah update episode baru. Aku tidak akan melewatkannya," kata Elya mengambil hpnya di dalam tas kecil yang ada di nakas.

Bariqi duduk bersandar di ranjang, pria itu mengisyaratkan Elya untuk duduk di sampingnya. Elya pun menurut, gadis itu duduk tepat di samping Bariqi. Bariqi membawa kepala Elya bersandar di pundaknya.

Elya menurut, gadis itu sibuk login ke aplikasi nonton drama. Setelah masuk dan memilih drama yang akan ditonton, Elya segera memutarnya.

"Biar aku bawa hpnya, nanti kamu capek," ucap Bariqi mengambil alih hp Elya. Elya tidak protes. Kini Bariqi memegang hp Elya dan ikut menonton drama bersama kekasihnya.

Memang kalau sudah cinta, semuanya akan berubah drastis. Dulu saja Bariqi selalu menyuruh Elya melakukan pekerjaan berat. Membawakan ini dan itu, menyuruh begini dan begitu sampai kupas udang saja Bariqi menyuruh Elya. Namun, kali ini semua berbanding terbalik. Bariqi tidak membiarkan Elya kelelahan sekadar memegang hp. Cinta memang membuat otak Bariqi sedikit tidak berguna.





*** 

Masih ada yang baca?  

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang