28. Terlalu Brutal

843 53 11
                                    

Bariqi menghentikan motornya tepat di parkiran Jatimpark 3. Di sana Dewa sudah menunggu mereka dengan wajah yang cengengesan menatap temannya. Setelah motor benar-benar berhenti, Elya langsung melompat turun. Tanpa basa-basi, Elya melepas helmnya dan memukulkan ke tubuh Dewa.

"Dasar kurangajar, dasar tidak tahu diri. Kamu yang mengajakku ke sini, tapi kamu malah meninggalkanku," teriak Elya sembari memukul tubuh Dewa bertubi-tubi.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

"Akhhh sakit, Elya," pekik Dewa menghindar dari serangan Elya. Namun, Elya tidak kunjung menghentikan aksinya, gadis itu terus memukuli tubuh Dewa.

"Siapa yang suruh kamu kurangajar begini, hah? Mana tanggung jawabmu sebagai laki-laki?" teriak Elya.

Bariqi menarik tubuh Elya menjauh dari Dewa, "Dilihatin orang, jangan marah-marah!" tegur Bariqi.

"Kamu juga, setiap lihat kamu bawaannya emosi mulu," sentak Elya melepas tangan Bariqi.

"Elya ... Elya, tenang dulu. Aku minta maaf, sebagai gantinya aku traktir sepuasnya," ucap Dewa.

"Ya harus kamu traktir, kamu yang membawaku ke sini," jawab Elya.

Elya meletakkan helm ke motor dengan kesal. Gadis itu segera pergi meninggalkan kedua orang itu.

"Elya, tunggu!" Dewa mengejar Elya. Namun, Bariqi menahan tangannya.
"Kamu di belakang!" titah Bariqi menghardik Dewa. Bariqi segera berjalan beriringan dengan Elya, meninggalkan Dewa di belakang yang ternistakan.

Karena tidak mau ditinggal, Dewa pun mengejar keduanya dan berdiri di sebelah kanan Elya, sedang Bariqi di sebelah kiri.

Melihat Dewa yang berdekatan dengan Elya, Bariqi mendorong tubuh pria itu dari belakang, "Agak jauhan. Jangan mepet-mepet!" titah Bariqi.

"Apaan sih. Kamu juga mepet-mepet, agak jauh sana!" Dewa tidak terima, pria itu balik mendorong Bariqi agar tidak mendekati Elya.

Bariqi mau menyenggol tetapi tidak mau disenggol, tadi dia yang mendorong Dewa lebih dahulu, tetapi saat Dewa balik mendorongnya, ia tidak terima. Kini terjadi aksi saling dorong antara Dewa dan Bariqi. Dua pria dewasa itu bagai anak kecil yang tidak mau mengalah satu sama lain.
Elya menghentikan langkahnya, perempuan itu sangat pusing melihat pertengkaran Bariqi dan Dewa. Elya merasa menjadi ibu yang membawa dua anak.

"Kalian kalau mau duel, sekalian di parkiran sana yang lebih luas. Satu bawa batu bata, yang satu bawa helm!" teriak Elya kencang. Bariqi dan Dewa pun langsung terdiam.

"Masih mau duel?" tanya Elya.

"Enggak," jawab keduanya.

"Kalau gak mau ya sudah diem, yang akur. Dewa, mana dompet kamu?" Dewa segera mengambil dompetnya, gadis itu membawanya ke tiket masuk.

"Eh Elya, Bariqi biar bayar sendiri. Enak saja minta dibayarin," ucap Dewa.

"Aku yang bayar semuanya," ujar Bariqi menarik dompet Dewa dari tangan Elya dan mengembalikan pada sang pemilik. Bariqi mengeluarkan tiga lembar uang merah dari dompetnya dan memberikannya ke loket. Mereka mendapat gelang kertas untuk masuk wahana.

"Biar aku pakaikan," ucap Bariqi menarik tangan Elya dan melingkarkan gelang di tangan gadis itu.

Dewa menatap sewot pada Bariqi dan Elya, sekarang ia bagai obat nyamuk yang mengikuti orang pacaran. Bariqi memang mengganggu acara mainnya bersama Elya. Sekarang Dewa menyesal sudah membantu pria itu, yang dibantu sama sekali tidak tahu terimakasih. Ketiga orang itu kini menuju ke rumah hantu sesuai rencana.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang