40. Panggilan Pacar

366 36 11
                                    

Malam ini Bariqi dan Elya asik memakan makanan mereka. Baik Bariqi maupun Elya sudah mandi, mereka memang bucin akut, kini baju yang mereka pakai juga baju couple. Mungkin ini definisi kesabaran yang membuahkan hasil. Dulu sebelum Bariqi resmi menjadi pacar Elya, pria itu banyak membeli baju-baju couple, dan sekarang baju itu terpakai juga.

"Kamu mau nyoba ini?" tanya Bariqi menunjuk bebek penyet.

Elya mengangguk, lantas Bariqi langsung menyuapinya. Pun dengan Elya yang balik menyuapi Bariqi. Soal makan, dari dulu sampai sekarang Elya tidak pernah canggung. Cewek itu menghabiskan banyak makanan yang tadi dia beli.

Hari ini fokus Bariqi kepada Elya. Dia hanya membuka hp saat mengunggah foto-fotonya, selebihnya hp dia mode diam. Mau terjadi keributan di dapur, Bariqi juga tidak peduli.

Tiba-tiba Bariqi tersenyum penuh kepuasan. Elya yang sedang mengemut tulang bebek pun menatap bingung ke arah kekasihnya.

"Kenapa kamu tersenyum begitu?" tanya Elya.

Bariqi semakin lebar tersenyum. "Aku bisa pastikan bahwa kita menjadi bahan perbincangan di dapur. Aku bahagia karena bisa menampar Vino dengan kenyataan bahwa kita sudah pacaran," oceh Bariqi dengan senyum yang tidak kunjung surut.

Elya membulatkan matanya mendengar ucapan Bariqi. Dengan spontan cewek itu memukul paha kekasihnya.

"Kamu kenapa sih masih ngusik Vino? Vino juga gak peduli kali kalau kita pacaran. Awas saja pas balik kerja, kamu masih musuhin Vino. Aku gak mau bicara sama kamu," ancam Elya.

"Aku ini pacarmu, loh. Kok kamu belain Vino?" tanya Bariqi bingung.

"Karena Vino temanku," jawab Elya.

Bariqi mencebikkan bibirnya. Cowok itu merajuk kepada Elya karena Elya lebih membela Vino. Namun, Elya sama sekali tidak peka. Gadis itu tidak merasa berdosa sama sekali malah asik melanjutkan makan. Padahal Elya sudah punya penyetan puyuh, tetapi Elya malah merampas bebek Bariqi.

"Punya cewek gak peka, harus stok kesabaran lebih banyak lagi," gerutu Bariqi menjitak pelan kepala Elya.

Setelah makan, Bariqi membereskan bungkus-bungkus makanan itu. Sedangkan Elya, gadis itu sudah telentang di ranjang.

"Ah enaknya rebahan di sini," ucap Elya senang.

"Elya, kamu yang perempuan loh. Harusnya setelah makan buang sampah ke tempatnya, sisa-sisa makanan dibersihkan. Kamu selesai makan malah kabur," oceh Bariqi.

Elya mengedikkan bahunya kecil, "Sejak dulu cita-citaku punya suami yang pintar memasak, pintar beres-beres, multifungsi, biar kalau aku males, pekerjaan diambil alih suami," kata Elya terkikik geli.

"Belum menikah saja kamu sudah berencana menindasku," ejek Bariqi.

Elya tergelak mendengar penuturan Bariqi. Memang begitu cita-cita Elya. Menikah dengan laki-laki multifungsi biar dia tidak repot.

"Gabungin jadi satu ranjangnya," ujar Bariqi.

"Enggak mau," jawab Elya.

"Udah bener ranjang kita satu-satu. Ngapain juga digabungin?" tambah cewek itu.

"Ranjang segini terlalu sempit. Gabungin saja biar anget," kata Bariqi mendorong ranjang Elya kencang hingga Elya berteriak.

Tanpa kesulitan yang berarti, Bariqi menyatukan ranjang Elya dengan ranjangnya.

"Gak mau, nanti kamu mesum. Tabiat kamu kan memang mesum. Aku gak mau dimesumin sebelum dihalalin," oceh Elya menyilangkan tangannya di dada.

"Mesumin apa, sih? Siapa juga yang mau mesum sama kamu. Pikiran kamu tuh terlalu kotor, bawaannya negatif thinking mulu," tegur Bariqi.

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang