45. Lamaran Romantis

482 36 9
                                    

Elya menatap sinis ke arah Bariqi, saat ini Bariqi dan Elya tengah kencan di sebuah cafe yang ada di tengah kota. Cafe dengan penuh lampion yang sangat indah dan estetik untuk digunakan berfoto. Namun, Elya masih saja sinis perkara tadi saat Bariqi bersama Sera.

“Situ boleh cemburu sama aku, tapi aku nggak boleh cemburu sama situ,” cibir Elya sambil mencebik-cebikan bibirnya.

“Huh, dasar laki-laki semaunya sendiri. Kalau cemburu saja aku kayak mau dibanting di tempat, tapi aku sendiri yang cemburu malah gak boleh. Curang banget jadi cowok,” cibir Elya lagi.

Sudah setengah jam mereka nongkrong di cafe, tetapi Elya tidak kunjung berhenti nyinyir. Kejadian tadi sore, tetapi masih diungkit sampai sekarang.

“Rasanya mau ganti cowok saja. Cowok yang lebih … hmppp-”

Ucapan Elya terhenti saat Bariqi menjejalkan kentang ke bibir Elya. Mata Elya melotot, perempuan itu menggebrak meja dengan kencang.

“Hishh … apa-apaan kamu ini!” pekik Elya setelah menelan kentangnya.

“Dari pada kamu terus ribut, lebih baik makan,” jawab Bariqi.

“Kamu tuh yang mulai ribut. Kamu boleh cemburu sama aku, tapi aku nggak boleh cemburu sama kamu. Itu namanya nggak adil,” ketus Elya.

Tanpa Elya sadari, air mata jatuh dari sudut mata gadis itu. Elya mengusapnya kasar, bocah dua puluh tahun itu kesal dengan dirinya sendiri yang sejak sore merasa sakit hati. Elya tidak ingin melihat Bariqi dengan perempuan mana pun. Elya hanya ingin Bariqi untuknya seorang.

“Iya aku minta maaf. Aku nggak akan biarin Sera atau cewek mana pun nyentuh aku. Sudah dong marahnya, masak kita kencan tapi kamu ngomel,” ujar Bariqi melembutkan suaranya.

Bariqi menarik tangan Elya, pria itu menggantikan Elya untuk menghapus air mata kekasihnya.

“Jangan nangis begini, aku sedih liatnya,” ucap Bariqi lagi.

Elya memukul tangan Bariqi kencang agar tidak mengusap pipinya. Ibaratnya kalau orang jawa menyebut, Bariqi dan Elya adalah botol ketemu tutup, sudah cocok satu sama lain.

Elya dan Bariqi sama-sama keras kepala, tetapi Bariqi rela meredakan egonya demi Elya dan Elya yang menjadi lemah karena terlalu dimanjakan oleh Bariqi.

“Kamu jangan dekat-dekat lagi dengan Sera. Aku juga nggak dekat-dekat lagi dengan Vino,” kata Elya.

“Aku janji,” jawab Bariqi.

Bariqi mengambil sesuatu di saku kemejanya, pria itu mengeluarkan kotak beludru berwarna merah. Bariqi meletakkan kotak itu di meja.

“Elya, menikahlah denganku!” pinta Bariqi.

Elya tercekat, sudah dua kali Bariqi mengajaknya menikah. Kini Bariqi membawa sebuah kotak yang Elya tebak isinya cincin. Elya menatap Bariqi dengan lekat, biasanya kalau orang mengajak menikah, maka dirinya akan berkata sangat manis agar orang yang diajak menikah akan menerimanya. Namun, itu tidak berlaku untuk Bariqi. Bariqi malah menatapnya tajam.

“Aku tidak ingin ada penolakan darimu, Elya!” tandas Bariqi.

“Mas, kamu melamarku atau mengajakku tawuran? Kenapa nggak ada adegan romantisnya?” tanya Elya.

“Ini sudah romantis,” jawab Bariqi.

Bariqi membuka kotak beludrunya, menunjukkan dua cincin yang sangat indah. Elya ingin mengambil cincin itu saking sukanya dengan desain yang indah. Namun, Bariqi langsung mengambil cincin itu.

“Terima dulu lamaranku!” titah Bariqi.

“Lamar aku secara romantis dulu!” pinta Elya.

“Ini sudah romantis, Elya. Aku sudah bilang, kan, maukah kamu menikah denganku?”

Galanga ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang