KEBENARAN YANG TERUNGKAP

32 6 0
                                    

Dokter Darius kembali masuk ke dalam ruang pemeriksaan setelah sebelumnya sempat memeriksa keadaan Keira yang baru saja bangun dari pingsannya.

Setelah memeriksa kondisi Keira, Dokter Darius sempat menanyakan beberapa pertanyaan kepada Keira mengenai kondisi fisiknya dan gadis itu mengeluhkan bagian kepalanya yang terasa nyeri, dan karena itulah Dokter Darius langsung keluar untuk menghubungi rumah sakit agar langsung menyiapkan kamar pasien untuknya disana.

"Aku sudah mengabari pihak rumah sakit, kita langsung berangkat sekarang saja." Ucap Dokter Darius kepada Jhonatan dan Vania.

"Tapi gimana caranya kita keluar? Takutnya anak-anak panti ngeliat keadaan Keira dan mereka pasti bakalan histeris dan ketakutan." Tutur Vania yang terlihat mencemaskan anak-anak panti asuhan jika mengetahui apa yang terjadi pada Keira.

"TOK TOK TOK!"

Suara ketukan pintu membuat mereka yang ada disana mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Tak lama masuklah Ibu Talia selaku pemilik panti asuhan tersebut dan berjalan menghampiri Vania yang masih terduduk di tepi ranjang tempat - dimana Keira masih berbaring.

"Bu Vania, Pak Jhonatan, kalian nggak perlu cemas soal anak-anak disini. Mereka semua sudah masuk melewati pintu belakang dan sekarang sedang bersama Ibu pengurus panti lainnya. Jadi kalian bisa langsung keluar lewat pintu depan." Ucapnya dengan mimik wajah yang terlihat cukup khawatir dengan kondisi Keira.

"Bu Talia, Saya benar-benar minta maaf. Padahal kami sudah berjanji akan makan malam bersama anak-anak disini tapi sekarang kami harus ingkar janji. Saya harus membawa Keira ke rumah sakit. Tolong sampaikan permintaan maaf kami semua pada anak-anak ya Bu." Vania menjawab dengan nada penuh penyesalannya.

"Bu Vania dan keluarga nggak perlu merasa bersalah, yang terpenting sekarang semoga Nak Keira bisa cepat pulih. Soal anak-anak panti akan Saya jelaskan nanti pada mereka. Saya dan pengurus beserta anak-anak akan terus mendoakan supaya Nak Keira bisa sehat kembali." Ucapnya dengan senyum penuh harapan.

"Terimakasih Bu atas pengertiannya dan oh iya, acara makan malam yang di sediakan oleh restoran Saya tetap berlanjut. Nanti beberapa chef dan karyawan akan membantu menyiapkan makanan untuk anak-anak disini. Kalo begitu Saya pamit ke rumah sakit dulu."

Ibu Talia yang merespon dengan senyuman dan mengusap pelan pundak Vania.

Setelahnya mereka semua melangkah keluar dari dalam gedung panti asuhan dengan perlahan. Keira yang sempat ingin di gendong oleh Ayahnya itu memilih menolak, Ia beralasan kalau dirinya masih sanggup untuk berjalan asal di papah oleh Papa dan Mamanya.

Jason yang sedari awal sudah menunggu sang adik dari dalam mobil kini Ia turun dan membuka pintu mobil tersebut agar bisa langsung dimasuki oleh Keira dan kedua orang tuanya.

Jason yang semula berniat untuk semobil dengan Keira untuk mengantarkannya ke rumah sakit, justru mendadak membatalkan niatnya begitu melihat ekspresi Keira yang tampak tak nyaman dekat dengannya. Dan kini disana tinggal Jason dan juga Rendra yang juga terpaksa membatalkan keinginannya untuk berbicara langsung dengan Keira.

Rendra yang melihat Jason berdiri seorang diri di depan gerbang pintu masuk gedung panti asuhan itu kini berjalan mendekati sahabatnya itu.

"Jason, Keira ... Dia kenapa tiba-tiba di bawa ke rumah sakit? Apa Dia terluka atau .. ada apa ini sebenernya? Mulai dari Keira pingsan setelah ngedenger pembicaraan kita lalu sekarang Dia di bawa ke rumah sakit? Jason, Aku ..."

"Saya belum bisa cerita sepenuhnya tentang kondisi Keira, tapi sekarang Dia memang harus ke rumah sakit. Saat sadar tadi, Dia mengeluh pusing di bagian kepalanya. Untuk itu Dokter Darius menyuruh Papa dan Mama membawa Keira ke rumah sakit. Rendra, sekarang Saya harus nyusul mereka kesana. Kamu bawa mobil kan, jadi tolong antarkan Saya ya."

Friends With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang