Bab 20. Perang Dingin

3.2K 143 2
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Alesha mengusap-usapkan tangan yang berkeringat ke celananya. Sesekali dia meremas celana yang tak bersalah itu untuk menutupi rasa gugupnya. Wanita yang mengenakan setelan berwarna merah muda dengan atasan tanpa lengan itu menarik napas berkali-kali sambil menunggu keputusan dari Dewi. Dia sudah memberikan jawaban untuk tetap bertahan di perusahaan hingga masa kontrak kerjanya habis.

Beribu kali pun dia berpikir, wanita itu tidak akan sanggup membayar penalti sesuai yang tertulis dalam kontrak kerja. Kecuali, dia meminta bantuan kepada ayahnya dan itu bukanlah ide yang bagus karena pasti sang ayah akan mendesaknya untuk menerima perjodohan. Tentu saja wanita itu tidak akan sudi menikah dengan Reza.

Dewi berdeham sambil membetulkan posisi duduknya. "Kamu yakin mau lanjut di sini sampek masa kontrak kerja abis?"

Alesha menelan ludah kasar. Masih sambil menunduk karena malu, dia mengangguk pelan. "Iya, Bu. Saya nggak sanggup kalo harus bayar penalti sebesar itu. Jadi, lebih baik saya bertahan semampu saya."

Sebenarnya wanita yang tengah berbadan dua itu juga tidak tega membuat peraturan mengekang seperti itu. Namun, semua itu dia lakukan demi kebaikan perusahaannya. Juga memberi pelajaran bagi pimpinan yang terlalu egois dan menggilai kesempurnaan itu.

"Baik kalo gitu. Saya anggap kejadian pagi ini tidak pernah terjadi. Kamu bisa kembali kerja seperti biasa. Dan satu lagi, tolong sedikit sabar menghadapi Pak Bagas. Dia memang sangat teliti dalam pekerjaannya. Jadi, harap maklum kalo dia sering ngomel saat menemukan kesalahan sekecil apa pun itu. Saya harap kamu bisa ngerti dan bekerja dengan nyaman."

"I-iya, Bu. Saya akan coba semampu saya untuk menghadapi Pak Bagas. Tapi, kira-kira kalo saya langsung kembali kerja hari ini, apa Pak Bagas masih marah?"

Dewi sebisa mungkin menahan tawanya. "Saya nggak bisa jamin hal itu. Tapi, lebih baik kamu bekerja seperti biasa aja. Dan selesaikan masalah kalian kemarin. Sebagai info, rapat yang harus dilakukan kemarin itu udah dibatalkan. Jadi, tolong selesaikan rapat kali ini dengan baik. Semoga dengan itu Pak Bagas nggak marah lagi."

"Baik, Bu."

Alesha menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Dia meremas kedua tangan yang masih berada di atas pangkuannya sambil terus menyemangati diri dalam hati. Dia tidak boleh kalah dari Bagas dan harus bisa menunjukkan kemampuannya dalam bekerja.

"Kamu bisa kembali ke mejamu sekarang. Dan semoga berhasil. Semangat!"

Alesha tersenyum lalu berdiri. Dia mengangkat tangan sambil mengepal mengikuti yang dilakukan Dewi untuk menyemangatinya. Kemudian, wanita itu keluar dari ruangan kepala HRD. Dia berinisiatif mampir ke pantri untuk membuatkan Bagas kopi sebelum kembali ke mejanya.

Untung saja, dia ke kantor tetap mengenakan pakaian kerja. Sebenarnya, dia sempat berpikir akan mengenakan kaus polos dengan jin karena setelah menyerahkan surat pengunduran diri dia akan langsung ke toko Aqila. Namun, diurungkannya niat itu dan dia mengambil setelan seperti yang dikenakannya saat ini. Ternyata, dia harus kembali bekerja dengan bos galak dan gila kesempurnaan seperti Bagas.

"Gue, sih, yakin banget sekretaris baru itu bakal ngundurin diri setelah dipermalukan di depan umum sama Pak Bagas, kemarin."

Baru saja Alesha memasuki pantri, dia sudah disuguhi oleh dua wanita yang sedang bergosip ria. Sialnya, justru namanya yang menjadi bahan gosip saat ini. Dia menaikkan dagu dan berjalan dengan penuh percaya diri melewati dua wanita yang seketika berubah melotot saat memandanginya. Alesha tidak akan membiarkan siapa pun menginjak-injaknya di kantor ini. Bagas selaku bosnya saja berani dia lawan, apalagi hanya karyawan rendahan seperti mereka.

His Secretary [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang