Bab 25. Petunjuk Baru

2.6K 127 1
                                    

▪︎ Happy reading
︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya

~~~

Bagas membuka kotak bekal yang tadi diberikan oleh sekretarisnya itu. Dia sudah berada di parkiran kafe tempatnya akan bertemu dengan seseorang. Rasanya sudah lama sekali dia tidak memakan masakan rumah seperti isi dalam kotak bekal itu. Dia menyendok sesuap capcai ke dalam mulutnya lalu menyendoknya lagi dan lagi hingga kotak bekal tersebut bersih tak bersisa.

Pria itu mengakui jika masakan Alesha sangat lezat. Begitu pula dengan roti lapis yang pernah dimakannya. Dia berpikir untuk mempekerjakan wanita itu sebagai asisten pribadinya saja. Jadi, dia bisa memerintahnya untuk memasak setiap hari. Lumayan, hitung-hitung untuk menghemat uang makan.

Bagas membereskan kotak bekal lalu mengambil botol air mineral yang selalu tersedia di mobil. Dia meminumnya hingga tersisa setengah botol. Setelah merapikan penampilannya, pria itu turun dari mobil dan masuk ke kafe.

Baru saja Bagas duduk di salah satu meja kosong yang berada di tengah ruangan, seorang pria menghampirinya.

"Maaf. Saya sedikit terlambat."

"Oh, enggak masalah. Saya juga baru aja masuk. Mari silakan duduk. Mau pesan apa?"

Bagas menyalami Glen lalu memanggil seorang pelayan untuk menyebutkan pesanan mereka. Setelah pelayaan wanita itu pergi, mereka mulai fokus pada tujuan untuk bertemu.

"Jadi, Anda sudah dapet info apa?" Bagas memulai percakapan.

"Sori, Gas. Kayaknya kita ngobrol santai aja, kali, ya. Kesannya formal banget selama kita ketemu beberapa kali."

Bagas tertawa. "Kalo dirasa-rasain juga aneh. Padahal kita seumuran. Oke. Lo udah dapet info apa aja?"

"Nah, gini lebih enak didenger." Glen mengeluarkan amplop cokelat berisi informasi yang sudah dia kumpulkan selama kurang lebih satu minggu terakhir. "Semua info yang gue dapet ada di dalem situ. Lo bisa baca dulu. Kalo ada yang janggal bisa tanya langsung sama gue."

Bagas menerima amplop yang disodorkan Glen lalu membukanya. Dia mengangkat berkas yang tebalnya hampir sama dengan laporan skripsi itu. "Segini banyak info yang lo dapet selama seminggu? Nggak salah gue udah kenal sama lo."

Glen menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sebenernya, karena gue nggak ada proyek lain selain sama lo ini. Jadi, gue manfaatin waktu yang gue punya buat cari info sebanyak-banyaknya."

Bagas mengangguk-angguk sambil mulai membuka lembar demi lembar berkas di tangannya dan membaca dengan saksama. Kegiatannya itu terjeda saat pelayan mengantar pesanan mereka. Pria itu menyeruput secangkir robusta tubruk lalu melanjutkan kegiatannya lagi membaca berkas tersebut. Sementara, Glen menikmati minumannya sambil memainkan ponsel hingga Bagas mengajaknya diskusi.

"Jadi, dua perusahaan pupuk terbesar di negara kita ini milik dua sahabat yang dulunya sempat menjadi satu?"

Glen meletakkan ponselnya di meja saat Bagas mulai bertanya. "Ya. Seperti yang tertulis di situ. Awalanya dua perusahaan itu jadi satu. Terus sekitar tahun 2006 mereka memisahkan diri dengan menjalankan perusahaan masing-masing."

"Kenapa mereka pilih pisah?"

"Sepertinya ada hubungannya dengan kasus bokap lo. Karena setelah bokap lo meninggal, mereka mulai pakek manajemen masing-masing abis itu dua tahun kemudian mereka bener-bener pisah. Dan ini ...." Glen menunjukkan berita mengenai gudang dan kapal yang terbakar.

"Ini kejadian yang menimpa PT. Wijaya Utama beberapa waktu lalu?"

"Iya, bener banget. Dan kejadiannya hampir sama kayak waktu bokap lo difitnah udah menggelapkan uang perusahaan dulu. Gue yakin ini di sengaja. Dan lo tau, pelakunya adalah mantan karyawan perusahaan itu yang dulu ikut difitnah bareng bokap lo."

His Secretary [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang