Chapter 2 : Percaya.

67 23 59
                                    


Pukul 12:20, perpustakaan tampak sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 12:20, perpustakaan tampak sunyi. Kipas angin masih saja berusaha menyejukkan apa yang bisa di sejukan, kain jendela berkibar-kibar dengan megah. Kouko memberikan pandangan tajam, bingung melihat apa yang Niko lakukan dimejanya.

Niko sedikit meliriknya, terlihat cemas saat Kouko terus memandanginya. "Apa yang kau lihat?"

"Kamu.." Kouko menjawabnya dengan polos, Niko memalingkan wajahnya menyembunyikan pipinya yang memerah.

"It..itu..itu ehm.. ehm, Stay professional" Niko menenangkan dirinya, harus tetap bersikap professional didepan juniornya.

Kouko menundukan kepalanya, heran melihat yang Niko tulis. "Aku mau menulis.."

"Ah.. silahkan, tinggal beberapa baris lagi" Niko menyerahkan kertas tersebut kepada Kouko.

"Paham.." Kouko langsung menulis, tampak sangat fokus seperti mengabaikan sekitar.

Perpustakaan sangat sepi, suatu kewajaran karena masih diawal semester. Niko beranjak dari kursinya, membereskan beberapa buku di rak. Jaring laba-laba dan debu tidak lewat dari pandangannya, Kouko meliriknya tampak heran.

Niko memasukan beberapa buku kedalam rak, menyusun setiap abjad agar mudah dicari. Suara rak didepannya membuatnya bingung, ia bergegas mengeceknya. Kaget melihat Kouko beranjak dari kursinya, tangan kecilnya mencoba meletakkan buku diatas rak yang lebih tinggi dari tubuhnya.

Sebelum hal aneh terjadi, ia membantunya meletakkan buku diatas rak tersebut. dengan tatapan kosong dan tanpa ekspresi Kouko pergi meninggalkannya, tampak heran dan terus meliriknya. Niko kembali menuju meja tugasnya, membuka buku tersebut dan membaca kalimat didalamnya.

"Niko.." Kouko menghampirinya secara tiba-tiba, membuat Niko kaget.

"Aaaahhh.. kau ini" Niko memegang dadanya, kaget melihat Kouko didepannya.

"Niko, aku haus" Kouko menatapnya dengan tatapan kosong, sesekali memegangi lehernya.

Niko menghela nafas panjang, menunjuk kearah luar. "Disana ada vending machine, kau bisa membeli minuman disana"

Kouko melirik keluar pintu, mengangguk dan mulai berjalan keluar. "Ehm.. terima kasih"

Beberapa saat kemudian, Kouko tampak belum kembali membuat Niko cemas. "Sudah 15 menit, kenapa dia belum kembali"

Niko bergegas keluar, mencari keberadaan Kouko. Kouko tampak berdiam diri didepan vending machine tersebut, ia menoleh ke arah Niko dengan tatapan kosongnya. Kouko kembali melihat vending machine tersebut, ia tak tau cara menggunakannya.

"Apa kau tau cara menggunakannya?" tanya Niko heran.

Kouko menggelengkan kepalanya, sudah jelas jika ia tidak tau cara menggunakannya. "Ehem.."

"Huu, mahkluk bumi dari bagian mana kau ini" Niko berjalan kearahnya, mengajarkannya cara memakai vending machine.

Mereka berdua kembali keperpustakaan, Kouko membawa 2 minuman yang satunya ia berikan kepada Niko. Kebingungan dan heran kenapa ia malakukannya, tanpa ingin menyakiti perasaannya ia menerima minuman tersebut. sudah saatnya perpustakaan tutup, Kouko langsung mengemasi barangnya dan segera keluar dari perpustakaan.

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang