Pukul 15:30, Niko menuruni tangga menuju lantai dasar. Sebenarnya ia sudah bisa pulang sejak pukul 14:00 tadi, namun karena Bu Rita ia menjadi pulang lebih telat. Saat akan keluar dari pintu sekolah, ia tak sengaja melihat Mira yang juga sedang berjalan menuju arah pintu keluar.
Mereka berdua berpapasan beberapa detik sebelum pada akhirnya Niko sedikit memalingkan wajahnya. Mira sebagai murid yang berestasi selalu menjadi harapan bagi sekolah, karena saat ini jarang ada murid sepertinya. Padahal dulunya ada seseorang yang mirip dengannya namun ia sudah meninggal karena tragedi lapangan olah raga.
"Kebetulan sekali.."
Mira sedikit tersenyum. "Yah.. aku juga tidak tau.. ngomong-ngomong pasti Bu Rita menyulitkanmu lagi?"
"Huu.. aku senang kau bisa menebaknya.."
"Tapi jarang rasa melihat Bu Rita akrab dengan murid" Mira berjalan ke arah pintu.
"Se-serius? Wah.. ini sangat gawat.."
Mereka berdua berjalan bersama, karena Niko harus berbelanja ia hanya akan mengantar Mira sampai toko terdekat saja. Sore itu langit terlihat oranye kebiru-biruan dan awan berwarna sedikit pink di langit. Dedaunan pohon tampak berguguran dan bersiap menghadai musim penghujan.
di perjalanan itu mereka terlihat masih membahas soal ramalan, hanya 3 halaman tersisa sebelum mencapai halaman 60. Saat ini Niko merasa sedikit senang karena memiliki seseorang yang bisa memahami perkataannya dengan mudah, walaupun dulu ia juga sudah memiliki orang seperti itu.
Mira membuka bukunya dan membaca ramalan di dalam, Mira sedikit menoleh ke arah Niko yang juga membuka buku ramalannya. Saat melewati pemakaman kota, langkah Niko terhenti dan hal itu membuat Mira heran.
"Niko.."
"Maaf.. tidak ada apa-apa.." Niko kembali melanjutkan perjalanannya.
Mira masih berdiam diri dan memandangi pemakan kota itu. "Pasti dia sangat berarti untukmu.."
"Ha? kau bilang sesuatu?"
"Ah tidak-tidak.." pipi Mira memerah dan langsung berjalan sambil menunduk.
Saat sampai di depan toko, mereka berpisah di sana. Niko menyuruhnya untuk berhati-hati saat perjalan ke rumah, Mira pun tersenyum kecil dan melambaikan tanganya. Setelah Mira pergi, Niko langsung masuk ke toko dan membeli bahan makanan yang ia butuhkan.
***
Pukul 18:43, Niko terlihat memotong wortel dan kentang di dapur rumahnya. Ocha mengayunkan kakinya di meja makan sembari menunggu Niko menyelsaikan masakannya, ia sedikit heran dengan tingkah kakaknya yang tiba-tiba ingin memasak sesuatu sebagai menu makan malam.
"Hey.. kak, jangan lupa lihat apinya.."
"Berisik!"
"Aku hanya memberitahu!" Ocha terlihat kesal dan memalingkan wajahnya. "Fuu.. dasar orang dewasa.."
Beberapa saat kemudian Niko menyelsaikan masakannya dan langsung menghidangkan masakannya di meja makan. Ocha memandangi masakan buatan Niko, ia lantas langsung menoleh ke arahnya. Hal itu membuat Niko heran.
"Apa yang kau lihat? Sudah cepat makan!"
"Meragukan.."
Niko melebarkan matanya. "Aku bilang makan.. sekarang!"
"Tch.. kenapa jadi pemaksaan seperti ini!
Ocha dengan ragu memakan masakan Niko, ia mulai memasukan sendok ke mulutnya dan mengunyah makanan tersebut. Niko yang penasaran terus menanyakan soal rasa masakannya, Ocha sedikit mengangguk dan hal itu membuat Niko tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai (Complete)
Science Fiction-ORIGINAL STORY- Sinopsis : Niko Dheiman, siswa SMA berusia 16 tahun pada 2019 ini secara tidak sengaja menemukan buku yang membawanya pada kejadian supranatural disekitarnya. Buku itu meramalkan sebuah peristiwa yang akan datang, dan menuntun dir...