Chapter 24 : Another

35 13 39
                                    


Sore harinya udara menjadi sedikit sejuk, musim penghujan akan segera tiba. Daun-daun mulai berjatuhan dijalanan kota, tersapu oleh angin dan terbang kembali ke angkasa. Niko berjalan dengan lesu, membawa roti melon ke pemakaman kota.

Ia berdiri di depan makam Kouko sembari membawakan roti melon kesukaannya. Walaupun Niko membawanya, Kouko tetap tidak bisa memakannya lagi. Niko jongkok di depan makam Kouko, ia membuka bungkus roti melon tersebut dan menggigit salah satu sisinya.

"Hey, Honey.. apa tidurmu nyenyak?"

Tidak ada jawaban.

"Kau tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja"

Angin berhembus kencang, membuat rambut Niko terlambai-lambai.

"Honey, aku membawa roti melon. Mungkin aku tidak bisa membaginya padamu, sebagai gantinya akan aku habiskan" Niko tersenyum, memandangi makam Kouko yang setiap saat penuh dengan kelopak bunga.

Berat rasanya ditinggal seseorang yang sudah sangat melekat baginya, bahkan seseorang yang sudah masuk dalam recana masa depannya. Jangan pernah sia-siakan masa-masa itu, jika ada tombol untuk kembali maka sejak awal Niko akan mencarinya sampai dapat.

"Huu.. kau tau, mungkin perlahan aku bisa menerima kepergianmu. Walau rasanya tidak akan sama, saat kau masih ada.."

Niko sedikit murung, ia menggenggam erat roti melon yang ada ditangannya. "Aku.. aku.. aku.. aku sangat menyesal. Mungkin jika kau tau soal buku ramalan itu, kau tidak akan seperti ini.."

"..Kau bisa beristirahat dan itu sangat bagus, tapi tidak untuk selamanya" Niko perlahan meneteskan air matanya, ia selalu mengeluarkannya saat berada di makam Kouko. "Honey, aku sudah membaca bukumu. Aku senang bisa membacanya, tapi aku berharap kita membacanya bersama dan aku juga kita menuliskan kisah kita di buku itu.."

Jovian dan Olivia melihat Niko dari kejauhan, mereka sejak tadi mencarinya di seluruh area sekolah. Tidak ada tempat lain selain makam Kouko yang akan ia jadikan pelarian, mereka berdua tidak terlalu mengenal Kouko seperti Niko. Namun dari tindakan Niko padanya sudah jelas jika Kouko benar-benar orang yang baik.

Mereka berdua berjalan mendekat ke arah Niko, mereka merasakan aura kehilangan yang sangat kuat. Setiap langkah yang Jovian injak, ia selalu merasa bersalah. Olivia dengan ragu menepuk pundak Niko, tubuh Niko sangat hangat dan sedikit bergetar.

"Niko.."

Niko menoleh, melihat Jovian dan Olivia di belakangnya. "Ah.. kalian rupanya"

"Ehm.. setiap hari kau datang menemui Kouko kan?"

"Ehm.. sepertinya begitu"

"Niko.. kami sangat mengkhawatirkanmu.." wajah Olivia sedikit masam, ia benar-benar merasakan apa yang sedang Niko rasakan.

Jovian ikut jongkok di sebelahnya, walau kondisinya belum pas tapi harus segera ia beritahu. "Niko, ada 2 orang lagi yang menemukan buku ramalan itu"

Angin bertiup kencang, membuat rompi mereka bertiga berkibar-kibar. Daun-daun dan kelopak bunga berterbangan disapu oleh angin. Jovian memalingkan wajahnya, ia berfikir jika kecanggungan akan terjadi lagi.

Niko sedikit menoleh ke arah Jovian, wajahnya sangat bingung. "2 orang?"

"Ya.. aku tau, belum saatnya aku bicarakan ini padamu.."

"Niko, yang Jovi katakan benar"

"Aku.. aku tidak tau" Niko menundukan kepalanya, ia masih belum bisa terlibat dalam urusan itu lagi.

Jovian tersenyum, menepuk pundak Niko. "Aku tau, tidak usah terburu-buru.."

"Ehm.. kami akan menunggumu, Niko"

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang