Chapter 19 : Darling in the school

55 20 51
                                    

Senin 29 Agustus, cuaca tampak berawan dan akan segera turun hujan. Terlihat Jovian sedang menasehati Niko di tangga sekolah, menyuruhnya untuk segera menyatakan perasaan kepada Kouko. Niko tampak sangat ragu melakukan hal tersebut, sesekali ia menghembuskan nafas ke poni rambutnya.

Gerimis mulai tiba, menerjang jendela sekolah. tampak murid-murid mulai berlarian menuju tempat berlindung, wajah-wajah lesu terlihat di setiap jendela kelas. Para panitia festival tampak sibuk menutupi panggung yang telah mereka bangun sebelumnya.

Jovian memegang pipinya, ia tampak sangat bosan tidak bisa keluar dari gedung sekolah. "Haa.. kenapa malah hujan.."

"Tidak heran karena belakangan ini sering terjadi hujan"

"Niko.. 4 hari lagi ramalannya akan terjadi kan?"

Niko menyandarkan tubuhnya di dinding. "Sepertinya begitu.."

Jovian membuka buku ramalan itu dan membacakan ramalan tersebut. "1 September, temanmu menderita karena kesedihan"

"Ahh.. jangan dibaca lagi, itu membuatku bingung.."

Hujan turun dengan lebat, mengguyur seluruh kota. Tampak kain penutup panggung bekibar-kibar terkena angin, angin membawa air masuk kedalam gedung sekolah. membuat kepanikan ringan di sana.

Pukul 12:00, perlahan hujan mulai redah. Cahaya matahari masih tampak samar-samar, perlahan murid keluar dari dalam gedung sekolah. Genangan air tampak sangat banyak di jalanan sekolah, air masih berjatuhan dari dedaunan di pohon yang di terjang hujan.

"Niko.. mau keluar?"

Niko berdiri dan mengangguk. "Boleh.."

Setelah keluar dari gedung sekolah, Jovian terus-terusan menasehatinya agar segera menembak Kouko. Namun hal itu tidak mudah baginya, karena sebelumnya Niko tidak pernah menyatakan perasaannya pada siapapun.

"Cukup Jovi! Kau bisa membuatku gila.. ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.."

"Huu.. kau ini, bagaimana jika ramalan itu benar terjadi?"

Niko sedikit tersedak setelah mendengar perkataan Jovian. "It-itu.. aku juga takut.."

"Semua orang bisa mencintai tanpa memiliki, tapi apa kau mau seperti itu terus?"

"Uhm.. baiklah aku butuh sedikit dorongan"

Jovian tersenyum lebar, ia mendorong bokong Niko dengan kakinya. "Kalau begitu sana cepat!!"

***

Sepulang sekolah, Niko tampak menunggu Kouko di gerbang sekolah. sesekali ia melihat jam di ponselnya, ia tak melihat Kouko di tengah-tengah grombolan murid yang berjalan melewatinya. Tidak seperti biasanya Kouko pulang telat, ia pun memutuskan untuk tetap munggunya di sana.

Saat sedang menunggu, ia di kagetkan dengan cengkraman tangan tangan seseorang di bahunya. Hal itu membuatnya langsung berbalik arah, ia melihat senyuman kecil Kouko yang sangat imut. Wajahnya terlihat cukup cerah karena terkena paparan sinar matahari.

Niko pun tersenyum saat itu juga, ia mengajak Kouko untuk membeli roti melon di toko roti. Hal itu membuat Kouko sangat senang dan tidak sabar menantikannya. Kouko meraih tangan Niko dan mengayunkannya.

"Ayoo.. Niko.." Kouko sedikit merengek.

"Tu-tunggu.. kenapa kau sangat bersemangat?"

"Ro.. ti.. me.. lon.."

Niko tersenyum dan langsung mengajaknya pergi ke toko roti tersebut. "Iya.. iya, ayoo.."

Jalanan kota tampak sepi, hanya sedikit kendaraan yang lalu lalang di sana. Air masih metes dari pepohonan yang habis di guyur hujan, beberapa daun juga terlihat mengambang di atas genangan air.

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang