12 September. Beberapa minggu ini matahari tidak bersinar secara penuh, perlahan udara menjadi sejuk pertanda musim penghujan telah tiba. Pagi sampai sore langit terlihat mendung, seperti enggan memberikan kehangatannya.
Para pejalan kaki banyak menggunakan jaket dan membawa payung untuk jaga-jaga jika terjadinya hujan. Pemakaman selalu mendapatkan pengunjung setiap harinya, pengunjung itu selalu berdiri disalah satu makam di sana.
Niko tidak pernah absen untuk datang ke makan Kouko, ia membawa roti melon kesukannya. Hari ini adalah ulang tahun Kouko yang ke 16 tahun, walau ia tidak bisa merayakannya sekarang tapi Niko akan selalu ada untuk mengingatnya.
"Selamat ulang tahun Honey.." Niko jongkok dan memberikan roti melon ke atas makam Kouko. "Honey.. aku tau ini sulit untukku, tapi tenang saja. Aku sudah sehat dan bisa mengendalikan tubuhku lagi .."
".. Aku harap kau masih hidup, aku terus menghayal keberadaanmu. Walau sebenarnya hal itu menyakitkan, tapi kau benar-benar telah membekas padaku.."
Niko mengeluarkan bunga mawar merah dari tasnya, ia memberikannya di atas makam Kouko. "Honey.. maaf aku selalu menangis di sini, mungkin tempat ini selalu membuatku membuang air mata" Niko mengelus nisan Kouko, ia juga menciumnya.
Udara mulai sejuk dan terjadi hujan ringan, hal itu Niko membuat menoleh ke atas dan merasakan tetesan air hujan sudah membasahi wajahnya. Ia menghela nafas panjang, ia sudah berjanji agar tidak sakit lagi. Niko bangkit dan bersiap untuk pulang sambil terus memandangi makam Kouko.
Niko meneteskan air mata, ia masih merasakan keberadaan Kouko di sisinya. Ini menjadi momen beratnya, belakangan ini air matanya sering tumpah. Ia sudah tidak bisa lagi menyembunyikannya pada orang-orang.
Hujan mulai deras, Niko bergegas pergi dari sana. Ia membalikkan tubuhnya, melihat makam Kouko yang diguyur hujan deras. Niko hanya bisa tersenyum dan melanjutkan perjalanan pulangnya.
"Selamat tinggal, Honey" batin Niko.
***
Pukul 20:12, hujan turun dengan deras mengguyur seluruh kota itu. Ocha sedang asik memasak di dapur, sedangkan Niko menunggunya di meja makan sambil membanting-banting sendok dan garpu.
Niko tersenyum melihat adiknya yang sedang memasak, satu-satunya orang yang bisa ia jaga sekarang. Ocha menoleh ke arah Niko yang tersenyum kepadanya, ia langsung memberikan tatapan sinis ke arah Niko.
"Heh ada apa? Kenapa kau tersenyum seperti itu? menjijikan!"
"Ocha, itu tidak sopan. Begitukah caramu memperlakukan kakakmu?"
"Nyenye.. sudah diam! Jangan banting-banting sendok!"
Beberapa saat kemudian, Ocha menyelsaikan masakannya. Ia langsung menyajikannya di meja makan, seketika meja makan penuh dengan hidangan yang Ocha buat. Niko langsung memakannya karena memang ia sudah sangat lapar.
Ocha menarik tangan Niko yang membuat Niko menoleh ke arah Ocha. Ocha tersenyum kecil, ia mendekatkan kursinya ke arah Niko. Niko terus memperhatikan adiknya itu, entah apa yang akan ia lakukan.
Ocha menundukkan tubuhnya ke arah Niko. "Kak, terima kasih untuk 14 tahun ini. Aku sangat berterima kasih karena kau sudah menjagaku"
"Hoi Ocha apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada, aku hanya berterima kasih. Kak, mohon bimbingannya"
"Angkat kepalamu, ini terlihat seperti orang yang akan segera tunangan.." batin Niko.
Niko memegang kedua bahu Ocha, ia melihat wajah tulus adiknya itu. "Ocha.. aku juga berterima kasih padamu, belakangan ini kau yang sering merawatku"
"Ehh.. dulu kakak yang merawatku bukan? Ini sebagai balasanku padamu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirai (Complete)
Science Fiction-ORIGINAL STORY- Sinopsis : Niko Dheiman, siswa SMA berusia 16 tahun pada 2019 ini secara tidak sengaja menemukan buku yang membawanya pada kejadian supranatural disekitarnya. Buku itu meramalkan sebuah peristiwa yang akan datang, dan menuntun dir...