Chapter 21 : Sebuah janji

54 15 38
                                    


Pada malam itu, Niko terlihat sedikit gelisah di dalam tidurnya. Panas tubuhnya mendadak naik, ia sedikit meronta-ronta di balik selimutnya. Tubuhnya mengeluarkan banyak keringat, membuatnya merasa tak nyaman.

Ia menjadi sedikit tenang saat kain basah di letakan seseorang di atas keningnya, ia perlahan membuka matanya. Tampak senyuman manis Kouko berada di dekat wajahnya, ia segera duduk dan bingung kenapa Kouko berada di kamarnya selarut ini.

"Ho-Honey? Apa yang kau lakukan malam-malam di kamarku?"

Kouko tersenyum kecil dan sedikit mendorong bahu Niko. "Uhm.. sudahlah tidur lagi, nanti demammu bisa naik lagi.."

"Uh.. i-itu.. terima kasih.."

"Sama-sama. Darling, apa kau sudah minum obat?"

Niko menggaruk kepalanya. "Uh.. itu, sepertinya belum. Hehe.."

"Huu.. selalu saja. Baiklah tunggu di sini.." Kouko berdiri dan mengambil beberapa obat di kotak P3K.

Niko sangat bahagian, ini seperti sebuah mimpi indah. Ia dirawat oleh orang yang sangat ia sayangi, padahal saat ini sudah larut malam. Kouko kembali membawa obat penurun panas dan segelas air putih. Ia menyuruh Niko duduk dan segera meminum obat tersebut.

Niko menukar posisinya, ia pun duduk dan memegang segelas air putih. Kouko membuka obat tersebut dan segera menyerahkannya kepada Niko, Niko dengan sigap meminum obat tersebut. ia tampak sedikit legah setelah meminum obat itu, ia pun kembali merebahkan tubuhnya.

Kouko memegangi tangan Niko, tangan yang benar-benar besar untuknya. Ia merasakan panas saat memegang tangannya dan panas tubuhnya juga belum turun. Kouko menyandarkan kepalanya di tangan Niko, hal itu membuat Niko heran. Niko juga bisa mencium aroma sampo yang Kouko pakai.

"Da-darling.."

"Kou.. maksudku Honey. Ada apa?"

Wajah Kouko sedikit memerah. "Darling.. kau harus tetap hidup dan menikmati sisa umurmu.."

"Ha? Tu-Tunggu.. apa yang kau katakan?"

"Tidak ada, aku mencintaimu.." Kouko menggelengkan kepalanya.

"Aku juga mencintaimu.." Niko mencium kening Kouko.

"Darling.. ternyata kau nakal juga.."

Wajah Niko memerah dan mulai panik. "Ah.. itu.. itu.. anu.. itu terjadi dengan sendirinya. Sungguh"

Mereka berdua saling bertatapan untuk waktu yang lumayan lama, tampak kedua wajah mereka tidak bisa menahan tawa. Kouko mengarahkan tangan Niko ke pipinya, Niko dengan lembut mengelus pipi Kouko. Kouko sedikit mengelus rambut Niko dengan lebut sampai ia tertidur.

Niko tersenyum kecil melihat apa yang Kouko lakukan padanya, ia merasa tidak akan bisa tidur jika Kouko terus berada di sini. Kouko yang dulunya pernah ia benci, berubah menjadi seseorang yang sangat ia sayangi. Dia yang dulunya dingin berubah sangat hangat dan hampir mendekati panas.

Ia telah benar-benar kembali ke versi sebelumnya, versi yang penah Bu Rita ceritakan kepadanya. Mencintainya adalah pilihan, sedangkan bersamanya adalah kemauan. Kouko memejamkan matanya, ia juga sedikit menggesekkan tangan Niko di pipinya.

"Darling.. aku takut.."

"Honey? Kau tidak apa-apa?"

Kouko mencium tangan Niko dengan lembut. "Aku takut jika kita terpisah.."

"Tidak, kita tidak akan berpisah. Aku janji.. aku janji.."

"Janji?"

Niko sedikit mencubit pipi Niko. "Aku janji.."

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang