Chapter 27 : Dingin dan Hangat

37 16 38
                                    


Saat berada di atap sekolah tadi, Olivia terlihat penasaran dengan alasan Niko yang memilih kembali ke masa lalu. Lantas Niko melemparkan pertanyaan tersebut kepada Jovian, hal itu membuat Jovian bingung dan terpaksa harus menjawab pertanyaan Olivia.

"Huu.. jadi seperti ini..."

"Seperti apa? Jangan di gantung!!!" tanya Olivia heran.

Jovian menghela nafas panjang. "Jadi, aku menyetujui permintaan Niko untuk kembali ke masa lalu. Aku tidak tau apakah itu akan berhasil, tapi aku merasa memiliki ambil bagian dalam kematian Kouko"

"Begitu ya? Baiklah, aku akan berada di belakangmu. Niko"

"Ehm.. terima kasih" Niko tersenyum lebar ke arah Olivia, ia menghapus sisa-sisa air matanya.

Jovian merangkul pundak Niko. "Sudahlah, jangan menangis lagi. Ayo sekarang tersenyum.."

Niko mulai tersenyum kecil. "Terkadang kau ini sangat menjijikan.."

***

Beberapa saat kemudian. Niko, Jovian dan Olivia melihat isi ramalan di buku tersebut. hal itu membuat Mira penasaran dengan rutinitas mereka bertiga, ia menghampirinya dan melihat mereka sedang membahas ramalan di buku ramalan saat itu.

"14 September, kamar mandi" kalimat di buku ramalan.

"Wahh.. kamar mandi.." Jovian tersenyum ke arah Niko.

"Hentikan! aku benci tatapan cabulmu itu.. ya walaupun sekarang aku merindukannya. hehe"

Mata Olivia terbuka lebar, ia berfikir hal aneh kepada mereka berdua. "Heh.. kalian normal kan?"

"Tentu saja! Jika tidak mana mungkin aku terus mencari celah untuk melihat CD-mu"

"Kurang ajar!!!" wajah Olivia memerah, tangannya langsung menampar pipi Jovian.

Mereka bertiga mendadak terdiam, menyadari jika Mira sedang melihat mereka bertiga. Canda tawa yang mereka bawa di ruang klub sangat berbeda, semuanya terjadi secara natural tanpa adanya paksaan.

Jovian melirik Ryan yang duduk di pojok ruangan, ia dengan fokus membaca novel yang ia setiap saat ia bawa. Berbeda dengan Mira yang mudah mulai berbaur dengan mereka, Jovian berusaha mengajak Mira untuk memantau ramalan itu bersama mereka.

"Serius? Boleh?"

"Ehm.. tentu saja benar kan Niko.." Jovian mengangguk, ia menoleh ke arah Niko yang senyumannya membatu di sana.

Niko menoleh. "Tentu saja, lagi pula kita selalu kekurangan tenaga bukan?"

"Itu benar, kami selalu kekurangan buruh gratis.."

"Baiklah, aku akan ikut bersama kalian.

Mereka berempat berdiri dan hendak keluar untuk mengawasi ramalan itu, Mira berjalan ke arah Ryan. Ia meminta izin untuk ikut bersama mereka, Ryan hanya berdiam diri dan fokus pada novelnya. Sudah jelas ia tak peduli dengan hal itu.

Mereka keluar dari pintu klub, menuju satu-satunya kamar mandi murid di lantai 3. Suasana di sana terlihat sangat hangat di tengah-tengah cuaca dingin yang melanda, berbeda dengan lantai 5 yang senantiasa sepi dari murid.

"Jadi di mana kamar mandinya?" tanya Niko.

"Ha? Kau tidak pernah ke kamar mandi, kau yakin?"

Niko menoleh ke arah Jovian dengan tatapan kosongnya. "Tentu, lagi pula aku selalu buang air di kamar mandi sebelah perpustakaan.."

"Ah.. iya aku lupa, kau dulu penunggu perpustakaan.."

"Aku tidak suka nada bicaramu itu.."

Olivia merangkul mereka berdua, wajahnya sangat ceria. "Sudahlah.. lagi pula misi ini sangat spesial, kita bertiga akan kembali mencegah ramalan seperti dulu"

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang