Chapter 20 : Balon merah

52 20 52
                                    


31 Agustus, Niko dan Jovian terlihat sedang berbaring di taman. Melihat panitia yang sangat sibuk menyelsaikan tahap akhir fertival, wajah mereka tampak mengeluarkan keringat demi memberikan festival yang luar biasa di sekolah.

"Yup, sepertinya kita berhasil mencegah ramalan ini"

Niko memejamkan matanya. "Kau benar, tidak semua teka-teki harus diselsaikan dengan logikan. Melainkan dengan..."

"...Perasaan" Jovian tersenyum di sebelah Niko.

"Haha.., terima kasih"

"Sama-sama, senang bisa mengenalmu"

"Yup.. senang juga bisa mengenalmu.."

Jovian tersenyum lebar. "Aku harap ini tidak pernah berakhir"

"Ya.. kau benar, aku harap kita tidak pernah berpisah.."

Hari mulai panas, mereka berdua pun meneduh di bawah pohon. Kouko tampak sangat sibuk dikelasnya, ia membantu temannya yang akan menampilkan drama besok. Sorak kegembiaraan terdengar dari lapangan olah raga, seluruh panitia tampak gembira saat telah menyelsaikan sentuhan terakhir.

Seluruh kelas sedang sibuk mempersiapkan persembahannya masing-masing, gedung olah raga dialihfungsikan sebagai tempat latihan drama. Mereka berdua yang berbaring di bawah pohon benar-benar tidak mendapatkan bagian untuk membantu kelasnya, namun mereka akan menikmati hasil kerja keras yang kelasnya lakukan di festival.

Daun-daun berjatuhan menimpa mereka berdua, wajah Jovian tertimpa beberapa daun saat tertidur dengan pulas di sebelah Niko. Niko hanya bisa tertawa kecil melihat wajahnya tertimpa dedaunan yang jatuh, Niko pun mengawasi temannya itu sampai bangun.

"Aku harap ada daun yang masuk ke mulutmu.."

Mulut Jovian sedikit terbuka, ia mengingau hal-hal yang mengerikan. "Aku akan menebas beberapa dedemit.."

"Mimpi yang buruk, Tidak. Mimpi yang aneh" batin Niko.

Beberapa saat kemudian, Jovian terbangun dan langsung meregangkan tubuhnya. Ia melihat Niko yang duduk di sampingnya, Niko terus menjaganya sampai ia terbangun. Angin sedikit menghembus, membuat rambut Niko sedikit melambai-lambai.

Niko menoleh ke arah Jovian. "Kau sudah bangun?"

"Belum, aku masih tidur"

Niko tertawa lepas, ia berdiri dan berniat untuk segera pergi dari sana. "Aku mau pergi, kau ingin tetap disini?"

"Ah.. jelas tidak, kau ingin kemana?"

"Ntahlah, ke koridor mungkin"

Mereka berdua berpisah di sana, Jovian memiliki rencana lain pada hari itu. Niko berjalan menuju gedung sekolah, sedangakn Jovian menuju arah lapangan olah raga. Niko melihat kesibukan beberapa murid dari jendela kelas, benar-benar hari yang sangat sibuk di sekolah.

***

Saat duduk di koridor, ia meneguk minuman kaleng yang ia beli sebelumnya. Saat ini ia merasa merindukan Kouko yang tengah sibuk membantu di kelasnya. Niko sedikit menyandarkan tubuhnya, ia pun kaget melihat Kouko yang keluar dari kelas dan berjalan ke arahnya.

"Darling.."

"Honey? Apa pekerjaanmu sudah selesai?"

Kouko memiringkan kepalanya. "Hihi.. apa yang Darling katakan? Jelas-jelas aku masih menganggur dan belum punya pekerjaan"

"Yah.. tidak salah sih, tapi aku menanyakan bagaimana tugas di kelasmu? Apakah sudah selesai?"

"Oh.. yang itu, hihi.. maaf. Heum semuanya sudah selesai, hanya tinggal tahap pementasan dan jelas saja aku tidak terlibat di sana.."

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang