Chapter 3 : Pembicaraan Elit Global

70 29 118
                                    


Pada malam harinya, Niko sedang berbaring dikamarnya. Ia membuka buku ramalan tersebut, menerka-nerka kalimat apa yang akan muncul di halaman selanjutnya. ia harus lebih waspada lagi, ramalan buruk bisa datang kapan saja. Ocha masuk kekamarnya, menawarkan makan malam kepada kakaknya.

Niko bangkit dan duduk dikasurnya, ia berjalan keluar dari kamarnya. Tetesan air di wastafel sangat merdu, wajan masih mengeluarkan asap setelah beberapa saat didiamkan. Makanan tampak rapi dimeja, mereka berdua segera menyantapnya.

Malam itu cukup cerah, bulan menyinari kota tersebut. pembicaraan adik dan kakak sangat jarang terjadi kecuali dalam hal yang serius. Piring-piring tampak kosong dimeja makan, makanan sisa mengotori meja tersebut. Niko meneguk air putih, tampak lega setelah makan malam.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Niko heran.

Ocha meneguk air, segera menjawab pertanyaan kakaknya. "Seperti biasa, mungkin aku akan masuk ekskul"

"Ekskul?" Niko bingung, meletakkan gelasnya membuat momen tersebut menjadi serius.

"Ehm.. paduan suara" Ocha mengangguk, tampak sangat senang.

Niko tersenyum sinis karena suara Ocha sangat fals. "Haa.. kau yakin tidak akan mempermalukan dirimu?"

"Cuh.. meragukan sekali" Ocha membuang wajahnya, tampak kesal kepada kakaknya.

"Coba menyanyi.." Niko menatapnya serius, tatapan tersebut membuat Ocha tak nyaman.

Wajah Ocha sedikit memerah, terlihat sangat malu harus bernyanyi. "Ti..tidak.. tidak akan aku lakukan!"

"Haa sudah kuduga, lebih baik kau masuk ekskul memasak" Niko kembali meneguk air, ia membereskan meja dan meletakkan piring kotor di wastafel.

Ocha melirik kakaknya yang sedang mencuci, memikirkan kata-kata Niko barusan. memasak adalah keahliannya sedangkan menyanyi hanyalah hobi, Ocha tersenyum memeluk kakaknya dari belakang. Membuat gelas ditangan Niko hampir terjatuh, tertawa bersama saling menatap karena kecerobohan.

Keesokan harinya Niko tampak memasuki gedung sekolah, ia menaiki tangga dan bergegas masuk ke kelasnya. Saat berada di kelas, banyak murid yang bercerita tentang kejadian kemarin. mereka menduga-duga motif murid tersebut melakukan hal itu, putus cinta menjadi motif yang banyak masuk ditelinga Niko.

Setelah pelajaran usai, Niko bergegas pergi ke kantor untuk mengambil kunci perpustakaan. Saat menaiki tangga, ia tak sengaja berpapasan dengan Kouko yang mungkin akan pergi ke kantor sama sepertinya.

"Pag..i" Kouko menyapanya, tampak hangat namun tetap dingin.

Niko sedikit tersenyum, heran dengan sapaan Kouko. "..Siang"

"Maaf, aku pikir masih pagi" Kouko sedikit menundukan kepalanya, merasa malu.

"Tidak apa-apa, mau pergi bersama ke kantor?" tanya Niko senang.

Kouko berusaha tersenyum, mengangguk setuju "Ehm.. ayo"

"Ayo cepat, Bu Rita sudah menunggu" Niko berjalan ke kantor, Kouko mengikutinya dari belakang.

Niko meraih gagang pintu dan membukanya, Bu Rita tersenyum bahagia melihat mereka berjalan bersama. Tampak akrab namun belum bisa memastikannya, ia melihat mereka seperti melihat dua sisi dunia. Hangat dan dingin, Niko berjalan kearahnya meminta kunci perpustakaan.

"Aku lihat kalian sudah mulai akrab" Bu Rita mengeluarkan kunci perpustakaan dari lacinya.

Niko menghela nafas panjang, menjelaskan sesuatu. "Apa salahnya akrab sebagai rekan.."

Mirai (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang