Anne tak hentinya mengumpat semenjak sampai di hutan menuju gua Amethyst. Ia terpaksa harus memarkirkan kudanya jauh dari gua Amethyst agar ia tidak ketahuan beberapa penjaga yang terlihat sudah berpatroli di sekitar hutan.
"Akan sangat sulit untuk pergi menuju gua Amethyst jika para prajurit masih di sekitar sini," gumam Anne saat melihat lima prajurit sekaligus berlalu-lalang di sekitar Anne. Untung saja Anne bisa bersembunyi di dalam semak-semak.
Anne harus bergerak cepat karena sebentar lagi matahari akan terbenam dan sungguh waktu Anne tidaklah banyak sebelum bunga keabadian akan mekar.
Anne terus saja merangkak perlahan sembari waspada, akan tetapi siapa sangka pergerakannya terhenti tepat saat kedua mata Anne beradu pandang dengan Maximilian Sebastian Ronan. Pangeran bodoh yang tadi pagi bersembunyi di semak-semak.
"Apa kau menguntit..." mulut Anne dengan cepat di bungkam oleh Max. Kedua sejoli itu bahkan harus diam sejenak saat seorang prajurit barusan melintas.
Debaran jantung Anne sudah berdetak tak karuan, posisi Max yang berada di atas Anne membuatnya sedikit takutnya jika pria itu melakukan hal-hal aneh terhadap Anne.
"Diamlah sebentar sebelum prajurit itu memenggal kepala kita," bisik Max.
Saat para prajurit itu telah pergi. Max lalu bangkit dan membantu Anne untuk berdiri. "Sedang apa kau disini?" tanya Max.
Anne sedikit menjauh dari Max. "Kau sendiri sedang apa?"
"Pergi ke gua Amethyst."
Anne terkejut. "Apa kau ingin mencuri batu mulia disana? Ck, pria yang sangat licik," sindir Anne. Ia sudah tidak punya banyak waktu untuk berbincang dengan Max dan akan lebih baik Anne melanjutkan perjalanannya.
"Aku tidak licik dan lagipula aku tidak ingin mencuri batuan itu. Aku hanya akan melihatnya saja dan setelahnya aku akan pergi." Max mengikuti langkah kaki Anne yang ia sendiri tak tau gadis itu akan pergi kemana.
"Kau pembohong, Pangeran. Semua orang juga sudah tau jika Calestia memang berniat mengambil alih wilayah ini hanya karena batuan Amethyst yang sangat terkenal dengan harganya yang mahal," ujar Anne seperti sedang meremehkan perkataan Max barusan.
"Aku dan Ayahku sama sekali tidak berniat seperti itu. Semua itu adalah ide Raja Easton dari negeri Abras."
Langkah kaki Anne terhenti tepat di depan bibi gua Amethyst. "Jika kau sudah selesai melihat batuan itu, segeralah pergi." Anne melangkah masuk kedalam gua yang terlihat mulai gelap. Beberapa batuan Amethyst terlihat mulai bersinar membuat Max terpesona seketika.
Batuan berwarna ungu itu sangatlah cantik. Bahkan kilaunya berhasil membuat Max bergumam kagum.
"Ini kali pertama aku melihat batuan mulia secantik ini." Max lalu menoleh menatap Anne. "Kita sudah melihat batuan ini. Ayo segera pergi dari sini sebelum para prajurit menemukan kita."
"Tidak." Anne melanjutkan jalannya namun dengan cepat Max menahan pergelangan tangan Anne.
"Kau akan kemana!? Hari akan semakin gelap. Lebih baik kita pulang, aku akan mengantarkan -"
Anne menepis tangan Max kuat. "Tidak perlu. Pergilah," usir Anne ketus.
"Kau akan kemana?"
Anne memutar bola matanya malas. "Bukan urusanmu!! Akan lebih kau pergi dari sini dan tinggal aku sendiri. Urusan kita telah selesai, Pangeran."
Anne melanjutkan langkahnya memasuki gua itu tanpa perduli dengan Max yang tak hentinya melarang Anne untuk masuk. "Apa kau ingin mati di gua ini, Hah!? berhentilah menjadi keras kepala! Kau hanya akan membahayakan dirimu sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Historical FictionMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...