Suara lembaran buku dibalik terdengar disebuah kamar berukuran lumayan besar yang terlihat sedikit suram karena pria yang sedari tadi asik membaca buku itu sengaja mematikan lampu kamarnya dan sekarang hanya ada sinar pencahayaan dari lampu baca miliknya.
Pria itu sudah pasti Nolan, pria yang tak suka dengan keramaian itu masih dengan setia duduk di samping kasur kamarnya sembari membaca buku seperti hari-hari biasanya. Sesekali matanya melirik ke arah Alicia yang terlihat belum menampakkan tanda tanda akan terbangun dari tidur panjangnya.
Gadis itu bernapas seperti manusia normal pada umumnya. hanya saja, mengapa ia tertidur seperti orang mati? Nolan menutup bukunya perlahan dan meletakkannya di atas meja.
Tak lupa ia melepaskan topeng hitam miliknya dan meletakkannya diatas meja dengan perlahan sembari menghembuskan napasnya kasar.
Tak ketinggalan ia juga melepaskan sarung tangan hitam yang sering ia gunakan dan menatap kedua telapak tangannya lekat.
Mengapa kutukan sialan itu harus Nolan terima? Kalau saja Maleficent tidak terlalu cepat mengambil keputusan untuk mengutuk kerajaan Tarrent termasuk Nolan. Pasti kerajaan ini akan baik baik saja dan Nolan akan hidup bahagia bersama keluarganya
Nolan berani bersumpah. Bukan Ayahnya yang berniat mencuri bunga keabadian dari kerajaan penyihir. Ia yakin ada dalang di balik aksi pencurian itu. Entah siapa dia, Nolan juga tidak tau.
Ia ingat bagaimana dengan mudahnya seluruh orang di istana di kutuk menjadi batu oleh Maleficent tepat di ulang tahun Nolan yang 8 tahun.
Pandangan mata Nolan lalu mengarah ke tangan Alicia yang terlihat sedikit bergerak. Kelopak mata gadis itu juga perlahan bergerak seperti sedang berusaha untuk terbangun dari tidurnya.
Nolan dengan cepat mengenakan topengnya kembali dan berniat memanggil Merida dan Ken. Namun, saat ia berdiri tangan Alicia sudah lebih dahulu menahan baju Nolan agar tidak pergi dari tempatnya.
Langkah kaki Nolan terhenti. "Apa kau baik baik saja? Apa kau sudah terbangun?" tanya Nolan pada Alicia.
Mata gadis itu terlihat sedikit menyipit seperti berusaha menyelaraskan dengan pencahayaan yang ada di ruangan itu.
"Aku akan memanggil tabib sebentar dan tetaplah tersadar sampai aku kembali."
Nolan lalu berjalan terburu meninggalkan kamarnya. Sejujurnya ia juga tak tega jika harus mengubur seorang gadis hidup hidup. Karena bagaimanapun juga gadis itu sama sekali tidak memiliki salah apapun dan ia hanyalah seorang gadis bodoh yang terbawa arus sungai.
"Apakah Nona Anne telah bangun? Oh, Astaga, aku sangat bersyukur kalau ia telah terbangun," sorak Merida dari luar kamar Nolan.
Seorang tabib juga terlihat berjalan terburu-buru bersama Nolan untuk memeriksa keadaan gadis itu.
Mata Alicia terlihat sudah terbuka sepenuhnya dan ia dapat melihat beberapa orang berkumpul di hadapannya.
"Nona, apa kau bisa mendengar suaraku?" Tanya tabib pada Alicia. Ia hanya mengangguk kecil dan masih mengedarkan pandangannya kearah sekelilingnya. Aneh, Alicia bahkan tak mengingat tempat ini. Ia bahkan terlihat seperti orang linglung yang tak mengerti apapun.
"Siapa namamu dan berasal dari mana kau?" tanya Nolan ketus.
Bugh~
"Tuan Nolan, bisakah anda sedikit bersabar hingga Nona Anne tersadar sepenuhnya," tegur Merida pada Nolan. Merida lalu duduk di samping Alicia dan mengelus puncak kepala gadis itu lembut.
"Sejak kapan gadis itu bernama Anne?" Bisik Nolan pada Ken.
"Sejak..... Tadi," jawab Ken singkat.
Nolan memutar bola matanya malas dan bersedekap di tiang tempat tidur sembari menatap Alicia lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Fiksi SejarahMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...