63.

132 14 0
                                    

Valeria terlihat keluar dari tenda sembari berjalan terburu-buru menemui penjaga.

"Apa para prajurit dan Pangeran telah pulang dari perbatasan?" tanya Valeria khawatir.

Prajurit itu menggelengkan kepalanya. "Belum, Nona."

Perasaan Valeria sungguh tak tenang sekarang. Mengapa Max dan pada prajurit belum juga kembali. Apalagi Simon juga belum terlihat batang hidungnya sedari tadi, apa pria itu berhasil membantu Anne?

"Kalau tau begini aku akan menyuruh prajurit lain untuk menemani Anne," gumam Valeria. Ia lalu melihat langit Calestia yang semakin menggelap. Bukan karena akan malam, tapi sepertinya salju akan turun kembali.

"Mengapa kau di luar, Valeria? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Ratu Emilie yang memberikan selimut.

"Mengapa pangeran dan prajurit lainnya belum juga sampai? Bukan hanya itu, aku juga mengkhawatirkan Anne dan Simon. Harusnya mereka telah sampai sebelum matahari tenggelam." Valeria menggigit bibirnya tak tenang.

"Bersabarlah sayang. Aku yakin Max akan pulang membawa kemenangan bagi Calestia." Ratu Emilie lalu menatap langit yang terlihat semakin tertutup kabut. Belum lagi dinginnya udara hari ini membuatnya harus mengenakan baju berlapis-lapis.

"Mari kita masuk kedalam tenda untuk menghangatkan badan. Wanita hamil tidak seharusnya terlalu lama berada di suhu luar yang dingin seperti ini." Ratu Emilie merangkul lengan Valeria untuk masuk kembali kedalam tenda.

Valeria memilih menurut kali ini. Setidaknya Anne harus pulang karena sejujurnya Valeria ingin meminta maaf padanya. Jika memang Valeria tidak bisa menjadi permaisuri hanya karena Max mencintai Anne. Maka Valeria rela menjadi selir dan tak dianggap oleh Max seumur hidupnya.

******

Nolan tersenyum miring saat ia melihat Max telah terbaring di tanah dengan beberapa luka di lengannya. Napasnya terdengar terengah-engah dan sesekali ia meringis kesakitan saat merasakan dadanya yang barusan terhantam pohon.

"Nolan hentikan!! Apa kau berniat membunuhnya?" tanya Anne tak menyangka. Tangan gadis itu sedari tadi di tahan oleh prajurit bayangan agar Anne tidak ikut campur dalam pertarungan kali ini.

Nolan terkekeh. Mata pria itu perlahan mulai berubah warna seiring dengan bayangan hitam yang semakin menebal mengelilinginya.

"Aku memang berniat membunuhnya, bukan hanya dia, tapi kau juga!!" Nolan lalu berjalan mendekati Anne namun Max dengan cepat melayangkan pedangnya hingga membuat goresan luka di lengan pria itu.

Nolan yang telah dirasuki jiwa Tuan Edgar lalu memegang pedang Max kuat hingga tangannya berdarah. "Apa kau merindukan ku, pangeran bodoh!!"

Nolan lalu menghempaskan tubuh Max hingga terbentuk batang pohon cukup kuat. "Aku sudah berulang kali mengatakan padamu, kau dan kalian semua tidak akan mungkin bisa mengalahkanku."

Nolan lalu menatap tajam Anne. "Berikan bunga itu padaku, Sekarang!!"

"Tidak akan!!!"

Nolan terkekeh. "Apa kau ingin bermain-main denganku!? Jangan berpikir kau bisa menjadi pahlawan disini. Kau hanya gadis bodoh..."

Bugh!!

Anne menendang tubuh Nolan sekuat tenaga yang ia bisa. Kemudian ia langsung memutar tangan prajurit bayangan dengan kuat hingga mereka tersungging di tanah. Untung saja Anne pernah belajar gerakan ini pada Jane .

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang