Kuda milik Max terlihat berjalan perlahan mengikut arah aliran sungai. Beberapa bunga mawar merah terlihat tersebar di sekitar pinggir tepian sungai, bahkan air sungai yang berwana biru bening terlihat dipenuhi oleh beberapa kelompok bunga mawar merah.
Max lalu menuruni kudanya dan berjalan mendekati air sungai. Dengan berbekal setangkai mawar putih, Max meletakkan mawar itu di tepi sungai.
"Tidakkah kau ingin kembali?" tanya Max pada aliran sungai didepannya.
Max terkekeh. "Aku tidak tau kau dimana? Aku juga tak tau kau masih hidup atau telah tiada." Max menarik napasnya panjang dan melepaskannya perlahan seperti sedang menenangkan perasaannya yang sudah kalut dan kacau balau beberapa hari belakangan ini.
"Aku selalu percaya kalau kau masih hidup dan orang baik tengah merawat mu hingga kita bertemu nanti, Sia."
Max memasukan tangannya kedalam air sungai yang terasa cukup dingin. "Air sungai sangat dingin. Apa kau tidak ingin pulang untuk minum coklat panas bersamaku?"
"Aku akan membuatkanmu api unggun dan kita akan minum coklat panas bersama di taman seperti waktu kecil dulu."
Max berusaha tersenyum. "Aku tidak sedang bersedih. Karena kau selalu melarang ku untuk menangis, 'kan? Jadi aku tidak akan menangis hari ini karena aku yakin kau masih hidup."
"Jika kita bertemu nanti. Tolong ingatlah aku walaupun hanya sekedar mengingat namaku. Tolong ingatlah aku, Alicia."
Max mengepalkan tangannya kuat. "Baiklah aku tidak ingin egois saat ini." Max menatap aliran air sungai sembari menahan tangisnya. "Jika nanti kita bertemu lagi. Apapun keputusan yang akan kau buat, aku akan terima dan berjanjilah untuk selalu bahagia."
"Siapapun pria yang berhasil menggantikan ku nanti. Aku harap kau akan selalu bahagia." Max memilih ikhlas kali ini. Ia sudah berhenti menyalahkan dirinya sendiri dan memilih untuk fokus pada keamanan Calestia.
Harris yang mendengar perkataan Max hanya tersenyum simpul. Pria itu tau kalau sekarang Max hanya bisa pasrah. Sudah berkali kali Max mengatakan padanya, kalau Alicia pasti selamat karena jasad gadis itu sama sekali belum di temukan dan kemungkinan Alicia masih hidup.
*****
Merida dan beberapa pelayan terlihat sangat sibuk menyaring air Alestia yang terdapat ribuan mawar. Bahkan beberapa kali Merida mengomel karena pekerjaan ini sungguh menyita waktu yang sangat banyak.
"Orang sinting mana yang membuang ribuan mawar ke dalam sungai!! Apa mereka tidak tau kalau kita sangat bergantung pada sungai Alestia!?" tanya Merida sembari membersihkan kelopak bunga mawar pada Air yang telah ia masukan di ember.
"Aku dengar dari rumor di pasar, kerajaan Celestia sedang berduka maka dari itu banyak bunga bertebaran di sungai. Tapi sayangnya aku tidak tau mereka berduka karena apa," sahut pelayan wanita lainnya.
"Tapi harusnya mereka tau kalau sungai Alestia adalah sumber air satu satunya yang kerajaan kita miliki. Berbeda dengan mereka yang masih memiliki aliran yang berasal dari sungai Estelle." Merida yang lelah lalu berhenti sejenak di bawah pohon sembari mengibaskan tangannya kearah leher karena panas hari ini sungguh menyengat.
"Bibi Merida," sapa Anne yang terlihat sudah berdiri dibelakang Merida.
"Oh Astaga, Nona. Sedang apa anda kemari? Harusnya anda beristirahat di kamar. Apa Nolan mengusir mu lagi?"
Anne menggelengkan kepala. "Aku hanya bosan di dalam kamar seharian. Aku juga sedang melatih kakiku untuk berjalan." Anne terlihat bersemangat sembari menatap kakinya yang sudah bisa berdiri dengan sangat lama. "Sepertinya aku sudah bisa berlari sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Fiksi SejarahMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...