"Bukankah langitnya begitu indah, Nona?" tanya Ken pada Anne yang sedari tadi masih bergumam menganggumi keindahan langit sore yang terlihat jingga merona.
Karena Nolan tidak memperbolehkannya untuk ikut menunggang kuda bersama, Anne memutuskan untuk ikut dengan Ken. Setidaknya pria ini lebih baik ketimbang Nolan.
"Sangat indah. Kau lihat beberapa burung disana terlihat terbang membentuk pola yang sangat cantik." Anne tersenyum melihat kawanan burung yang terbang pulang menuju sarang mereka.
Ken terkekeh. "Aku sangat senang melihat matahari terbenam saat aku sedang menjaga perbatasan. Langit terlihat sangat indah disana."
Anne menoleh menatap Ken. "Sungguh? Aku semakin tidak sabar melewati perbatasan."
"Sangat di sayangkan kita akan sampai perbatasan saat malam hari. Saat langit menggelap, kau akan langsung bergabung dengan Bibi Merida dan Flo."
Anne mengerucutkan bibirnya kesal. Ia lalu melirik Nolan yang masih saja diam seperti tidak begitu tertarik dengan pembicaraan Anne dan Ken.
Anne yang usil lalu melemparkan buah ceri hutan yang tadi ia kumpulkan untuk mengerjai Nolan.
Tuk~
Satu buah ceri hutan mendarat sempurna mengenai kepala Nolan. Tapi lihatlah, Nolan bahkan sama sekali hanya bergeming dan fokus menatap lurus ke depan.
Tuk~
Lemparan kedua juga tidak begitu mempan dan Anne langsung memberikan lemparan ke tiga, ke empat, ke lima hingga membuat Nolan menoleh dengan wajah datar andalannya.
"Minta maaflah padaku," suruh Anne.
"Tidak akan."
"Dasar keras kepala," sindir Anne. Ia kembali melontarkan buah ceri hutan ke arah Nolan.
"Nona Anne, jika kau masih saja mengganggu ku. Aku sungguh akan meninggalkan mu disini," ancam Nolan tidak main main.
"Ayolah. Aku hanya bercanda, apa kau tidak bisa di ajak bercanda? Kau terlalu tegang selama perjalanan, jangan terlalu tegang nanti kau akan cepat tua, Nolan," sindir Anne lagi.
"Aku tidak peduli."
Anne memutar bola matanya sembari kembali melihat beberapa ekor burung yang melintas dengan begitu indahnya.
Sorot mata Anne melihat sesuatu di atas langit jingga. Seekor elang yang lumayan besar terbang dengan begitu gagahnya diatas sana lalu tak berselang lama elang rajawali itu bertengger pada pohon yang hendak Anne lewati.
Hanya Anne yang terlihat begitu penasaran dengan elang rajawali itu. Elang itu menatap Anne terus menerus dan sejujurnya Anne seperti pernah melihat elang itu, tapi dimana?
"Apa ada yang mengganggu mu, Anne?" tanya Ken lalu mengikuti sorot Anne yang terlihat tak hentinya menatap sesuatu hingga membuat gadis itu terdiam.
"Elang itu sangat besar. Aku yakin ini kali pertama aku melihatnya, tapi entah mengapa aku seperti sering melihatnya." Anne masih begitu setia menatap elang rajawali itu bahkan kuda yang Anne tumpangi telah melewati pohon besar yang barusan di jadikan tempat bertengger elang itu.
"Mungkin hanya perasaanmu saja. Karena elang rajawali seperti itu sudah sangat jarang terlihat di negeri ini atau bisa dibilang beberapa spesies seperti mereka hampir punah," jelas Ken pada Anne. Tapi Anne masih menoleh kearah melihat elang rajawali itu.
"Tidak, Ken. Aku yakin pernah melihatnya bahkan sepertinya aku pernah menyentuhnya."
Nolan lalu memperhatikan elang rajawali yang begitu menarik perhatian Anne. "Hanya ada dua kemungkinan. Burung elang rajawali itu sungguh elang atau hewan jadi-jadian."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Fiksi SejarahMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...