Maximilian Sebastian Ronan, putra mahkota kerajaan Calestia itu terlihat telah menaiki kudanya seperti siap berhadapan dengan Raja Edgar.
Di dampingi oleh beberapa prajurit tersisa, Max berusaha untuk tetap yakin jika ia bisa memenangkan perperangan kali ini sesuai rencananya.
Max masih menunggu kedatangan Raja Edgar dengan perasaan tak tenang. Belum lagi Anne tak kunjung terlihat batang hidungnya semenjak Max berada di hutan tadi.
"Nona Anne akan baik-baik saja. Sekarang fokuslah pada rencana kita," bisik Aaron yang ada di sebelahnya.
"Apa kau pikir aku bisa tenang begitu saja? Bagaimana kalau raja Edgar menangkapnya? Apa kau mau bertanggung jawab!?"
"Apa kau sedang meremehkan Nona Anne?" tanya Aaron terkekeh. "Dia bahkan pantas dipilih menjadi prajurit wanita tangguh karena keberaniannya."
"Nona Anne tidak selemah pikiranmu, Max. Kau hanya perlu percaya padanya."
Max tak menanggapi perkataan Aaron kali ini. Ia tak menganggap Anne lemah, hanya saja ia tak ingin kehilangan Anne lagi.
Max menyipitkan matanya saat ia melihat rombongan raja Edgar sebentar lagi akan sampai di perbatasan. Aaron menatap langit yang perlahan mulai mendung dan ia lalu menoleh kesekitar untuk memastikan jika para prajuritnya telah siap.
*****
Anne menuruni kudanya dan menatap gerbang belakang istana. "Sepertinya tidak ada yang menjaga istana ini."
Simon mengikat kudanya di pohon. "Jangan mudah terkecoh. Apa kau lupa kalau Raja Edgar memiliki sihir? Bisa saja ada makhluk berbahaya yang sedang menjaga istana ini."
Anne mengangguk paham. Ia dan Simon lalu mulai memasuki istana yang sama sekali tidak terkunci. Istana terdengar sangat sunyi dan Anne hanya mendengar suara angin berhembus menerpa daun-daun kering yang sepertinya sudah lama tak di sapu.
Tak ada yang aneh saat keduanya melangkah masuk istana. Tak ada satupun prajurit disana dan sepertinya akan sangat mudah mengambil bunga keabadian.
"Kemana perginya Nolan," gumam Anne saat melihat aula istana didepannya.
Simon menghela napasnya. "Bagaimana bisa kau memikirkan pria itu saat kita sendiri sedang dalam keadaan genting."
"Aku hanya penasaran saja. Apa mungkin ia ada di kamarnya? Sepertinya aku harus mengecek..."
Saat melangkah pergi tangan Anne di tahan oleh Simon. "Tetaplah disini karena kita tidak tau apa yang ada di atas sana."
Tiba-tiba bayangan hitam mulia muncul dan mengelilingi Simon dan Anne. Keduanya saling siaga hanya takut kejadian tak diinginkan terjadi. Apalagi Simon telah berjanji pada Valeria untuk menjamin keselamatan Anne.
"Tetaplah di belakangku," suruh Simon, pria itu sudah menyabut pedangi dan bersiaga.
Anne berdecak. "Aku tidak bisa berdiam seperti ini terus, aku akan menolong..."
Tring~
Simon dengan cepat menangkis pedang milik prajurit bayangan dengan sekuat tenaganya. "Mereka prajurit bayangan. Sangat mustahil bisa di bunuh dengan begitu mudahnya."
Simon kembali melayangkan pedangnya melawan dua orang prajurit bayangan didepannya.
Tring~
Tring~Anne yang tak ingin berdiam diri seperti pengecut langsung membantu Simon menghajar prajurit itu. Tapi sialnya Simon dan Anne tak bisa menghabisi kede prajurit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Fiksi SejarahMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...