38.

129 14 0
                                    

Anne tak hentinya bergumam kagum saat melihat begitu ramainya keadaan kota Calestia saat ini. Jam besar yang ada di tengah kota telah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan siapa sangka Calestia sangat ramai di jam-jam seperti ini. Sangat berbeda jauh dengan Kerajaan Tarrent.

Kereta kuda yang Anne tumpangi berhenti di area khusus kereta kuda. "Aku akan membeli beberapa peti buah dan kebutuhan lainnya agar Tuan Edgar tidak mencurigai kita. Kau jaga Nona Anne dengan baik, apa kau paham, Ken?"

Ken mengangguk paham. "Aku paham, Ayah." Paman Harry adalah Ayah Ken. Semenjak Ibunya menghilang secara misterius selama bekerja di istana, Harry terpaksa harus mengajak putranya itu untuk tinggal di istana dan siapa sangka ia bisa berteman akrab dengan Pangeran Nolan.

Ken lalu turun dari tempat duduk kusir dan membantu Anne membuka pintu kereta kuda. Ia menyambut tangan Anne agar turun dengan perlahan.

"Apakah Nyonya Emmy akan menemui disini, Nona?" tanya Harry pada Anne.

Anne dengan cepat mengangguk. "Aku menyuruh Nyonya Emmy menunggu disini. Jika ia tak kunjung datang aku akan mencari toko roti itu sendiri."

"Baiklah, aku akan pergi ke pasar terdekat dan tolong sampaikan salam ku pada kedua orang tua mu, Nona."

Anne mengangguk dan menatap kepergian Paman Harry. "Baiklah mari menunggu didekat air pancur yang penuh dengan anak-anak itu. Sepertinya menyenangkan menunggu sembari bermain bersama anak-anak itu.

Anak-anak itu terlihat sibuk membuat mahkota dari rangkaian bunga yang mereka ambil dari sekitar air pancur. Sepertinya Calestia sedang panen bunga dengan jumlah yang cukup banyak. Pasalnya Anne dapat melihat orang-orang berlalu lalang membawa peti berisikan bunga.

"Sangat harum," gumam Anne. Ia lalu duduk disamping seorang anak kecil yang sibuk membuat rangkaian bunga Daisy yang sangat cantik. Anne kembali teringat dengan mahkota bunga yang kemarin Nolan buatkan untuk Anne.

"Selamat pagi Nona cantik. Apa kau ingin membeli mahkota milikku? Mahkota ini pasti sangat cantik jika kau kenakan," ujar seorang gadis kecil yang terlihat sangat manis. Pipi merah dan tembam gadis itu membuat Anne sangat ingin mencubitnya.

"Berapa harganya? Aku akan membelinya jika harganya sepadan."

"Satu keping emas."

Anne terkejut. Rangkaian bunga itu memang tidak begitu bagus tapi bukankah harganya terlalu mahal untuk satu keping emas?

"Allen!! Apa kau ingin menjual mahkota bunga buatan ku!?" tanya seorang anak kecil yang seusia dengan gadis yang menawarkan Anne mahkota bunga itu seharga satu keping emas.

"Aku sungguh menginginkan bunga mawar itu. Harusnya kau tau aku sangat menyukai bunga mawar buka bunga Daisy." Gadis bernama Allen itu mengerucutkan bibirnya.

"Bunga mawar tidak bisa di rangkai menjadi mahkota, Allen!!" Anak lelaki itu merebut bunga mahkota itu dari tangan Allen dan pergi begitu saja.

"Vander!!" Seru Allen sembari mengejar Allen dari belakang.

Anne dan Ken hanya terkekeh. "Mereka sangat menggemaskan."

"Tentu saja. Anak-anak seperti mereka memang sangat menggemaskan. Apa kau menginginkan mahkota bunga seperti itu? Aku akan membelikan satu untuk mu," ujar Ken.

"Tidak perlu, aku sudah memiliki satu di kamarku. Seseorang membuat mahkota itu khusus untukku kemarin sore." Anne tersenyum kecil. Sebenarnya Anne malu jika menceritakan kejadian kemarin sore pada Ken.

Ken seperti hendak menggoda Anne. "Apa Pangeran Nolan yang membuatkannya untukmu? Ah, sungguh romantis. Asal kau tau, Pangeran keras kepala itu sangat tidak pernah bertindak seperti barusan pada gadis manapun dan ini kali pertama ia melakukannya padamu." Ken menatap kerumunan orang disekitar pasar. "Aku telah mengenal Nolan semenjak ia kecil. Ayahku mengajakku ke istana untuk bekerja sebagai pelayan. Tapi karena aku masih kecil, Bibi Merida menyuruhku berteman dengannya dan kami berlatih pedang bersama."

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang