Anne terus saja menutup matanya sembari mencengkram rok gaunnya kuat. Rasa perih yang terasa pada lengannya sudah tidak bisa ia bohongi lagi. Saat ramuan Agerteria mengenai luka itu, rasa panas akan menjalar ke seluruh luka dengan merata. Bahkan, saat luka itu sudah diperban dengan sempurna, rasa perihnya tetap saja masih terasa.
"Aku sudah mengatakan padamu untuk beristirahat, Anne. Mengapa kau malah nekat berkelahi dengan para bandit di hutan, hah!?" tanya Jamie sedikit kesal.
Sedangkan Flo terlihat tak hentinya berjalan mondar-mandir didepan Jamie dan Anne. "Berhentilah mondar-mandir Flo. Kau membuat ku ingin mengikatmu di tiang saat ini juga. Bisa kah kau tenang sedikit?" tanya Jamie.
Flo lalu duduk di tepi kasur telat di samping Anne. "Aku hanya khawatir Pangeran Nolan akan kemari untuk menghukum kita, Anne."
Flo lalu duduk disamping Anne. "Bagaimana bisa kau berada di hutan? Dan bisa-bisanya kau bersama seorang pria? Anne, ceritakan semuanya sedetail-detailnya padaku."
Anne sedikit kebingungan harus memulai dari mana. "Pria itu-"
Ceklek ~
Semua pasang mata yang ada di ruangan itu langsung menoleh kearah pintu. Nolan terlihat memasuki ruangan dengan satu nampan makanan untuk Anne.
"Kalian berdua belum keluar juga?" tanya Nolan sembari menatap Flo dan Jamie.
Jamie tersenyum kikuk. "Barusan kami akan keluar, Pangeran." Jamie menyeret tangan Flo untuk segera pergi. "Kami permisi dulu, Pangeran."
"Aku bahkan belum berbincang dengan Anne dan -" Jamie terlihat membungkam mulut Flo sembari menutup pintu dengan perlahan.
Nolan lalu berjalan kearah Anne dan duduk didepan gadis itu. "Bibi Merida memberikan beberapa obat ini dan jangan lupa makan terlebih dahulu." Pria itu meletakkan beberapa bungkus obat di atas meja.
"Terimakasih."
Nolan lalu mengaduk-aduk bubur di depannya. "Ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi jika kau tidak ingin menjawabnya tidak jadi masalah."
Nolan meniup bubur di sendok dan mengarahkannya pada mulut Anne. "Makanlah. Aku hanya tidak ingin kau sakit."
Anne tersenyum kecil dan melahap bubur itu. Ia tidak menyangka bubur ini sangat enak. "Apa Bibi Merida yang memasaknya?"
Nolan menggelengkan kepalanya. "Aku yang memasaknya. Ibuku sering mengajak ku memasak bubur bersama saat ayahku sakit. Bagaimana rasanya, Apakah enak?
Anne mengangguk. "Sangat enak. Siapa sangka kau sangat pandai memasak." Anne kembali melahap bubur yang barusan Nolan suapkan ke mulut Anne.
Nolan hanya tersipu malu saat di puji Anne barusan. "Boleh aku bertanya sekarang?"
"Tentu saja."
Nolan sedikit membenarkan tempat duduknya. "Apa kau ingat dimana kau mengenal Simon?" tanya Nolan.
"Di halaman istana Calestia. Dia menyapaku seolah-olah mengenalku dan kami memutuskan untuk mengobrol di tempat lain dan ternyata ia malah membawaku ke tengah hutan," jawab Anne jujur.
"Apa yang membuat mu yakin kalau Simon sungguh bisa menjawab semua pertanyaan mu? Aku yakin kau tidak akan mungkin mau ikut dengannya kalau kau sama sekali tidak yakin dengan Simon," tanya Nolan. Pria itu kembali menyuapkan satu sendok bubur kearah Anne.
"Karena ia mengenal Alicia. Beberapa hari ini, setiap aku berusaha mengingat masa laluku. Nama Alicia Leona Wingston selalu ada di kepalaku. Setiap malam aku juga selalu bermimpi aneh," ujar Anne. Gadis itu masih enggan menatap kedua mata Nolan dan malah menatap ujung gaunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Ficción históricaMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...