Alicia terlihat tak hentinya menatap kagum pada air terjun yang ada didepannya. Sesekali ia memejamkan matanya membiarkan cipratan kecil dari air mengenai wajahnya.
"Jangan terlalu dekat dengan air terjun, Nona," tegur Emmy yang sedari tadi berusaha berjalan menghampiri Alicia yang masih saja keras kepala ingin mendekati air terjun.
Batu batu licin sungai membuat Emmy sedikit kesulitan menghampiri Alicia. Belum lagi derasnya arus membuat Emmy harus berpikir dua kali untuk menyebrangi sungai.
"Ayolah, Emmy, kita pergi ke hutan untuk mencari bunga keabadian yang ada di buku ini," ajak Alicia sembari membawa sebuah buku tua yang entah sejak kapan Alicia bawa.
Dengan susah payah, Emmy telah sampai menghampiri Alicia walaupun baju wanita itu telah basah karena aliran air. Alicia terlihat masih saja fokus melihat peta yang ada dalam buku itu.
"Nona, sebaiknya kita pulang saja."
Alicia yang keras kepala menggelengkan kepalanya. "Aku sangat ingin melihat bunga keabadian itu. Jadi, ayo kita berjalan sebentar untuk mengecek apa ada sesuatu di belakang air terjun itu." Alicia lalu berjalan dengan susah payah melewati air sungai yang lumayan deras.
"Air sungai sedang deras kali ini. Bagaimana kalau kita tunggu pangeran kembali saja Nona," cetus Emmy yang masih saja berjalan mengikuti Alicia.
"Aku ingin memberikan hadiah istimewa pada Max saat ia kembali nanti. Bunga keabadian ini akan jadi hadiah spesial dari ku."
Alicia dan Emmy tiba tiba saja menghentikan langkah kakinya saat sebuah panah melesat menggores lengan Alicia.
"Nona!!!" Teriak Emmy lalu menghampiri Alicia yang terlihat sudah terduduk di tengah sungai dengan lengan yang berdarah.
Alicia meringis kesakitan sembari memegang luka di lengannya. Tubuh gadis itu tiba tiba saja terasa lemas. "Nona!!! Bertahanlah sebentar lagi." Emmy berusaha menopang tubuh Alicia.
"A-aku baik-baik saja, tapi dadaku sangat sesak, Emmy." Tangan Alicia mencengkram erat tubuh Emmy sembari berusaha untuk berdiri dengan susah payah.
Sedangkan Valeria hanya tersenyum miring dari atas bukit sembari melihat keadaan Alicia. "Harusnya tepat di jantungnya dan bukan di lengannya, bodoh!!" ujar Valeria pada Simon.
"Aku sungguh tak tega jika harus memanahnya tepat di jantungnya. Biarkan saja racun itu menyebar dan dia akan mati secara perlahan," ucap Simon yang sedari tadi berseder di pohon Pinus.
"Apa dia akan mati sebentar lagi?"
"Tentu saja, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. mati karena racun atau tenggelam karena aliran sungai yang semakin kuat."
Valeria tersenyum puas sekarang. Ia bahkan bersorak kecil. "Aku akan mendapatkan Max sebentar lagi. Terimakasih banyak, Simon!!" Valeria memeluk Simon erat.
Tanpa mereka berdua sadari, seorang wanita dengan sayap hitam legamnya telah melihat kelakuan licik Simon dan Valeria dari kejauhan.
Maleficent menatap jijik Valeria. "Ternyata ada yang lebih buruk dari kaum penyihir seperti kita. Mereka berdua sangat menjijikkan," ujar Maleficent. Sedangkan asisten pribadinya bernama James hanya diam menatap Alicia.
"Bagaimana dengan gadis itu? Apa kau ingin membiarkannya mati?" tanya James.
Maleficent menggelengkan kepalanya. "Tentu tidak. Dia gadis yang baik dan aku rasa ia akan sangat cocok bersanding dengan Nolan." wajah Maleficent terlihat girang saat membahas Nolan.
Kabut hitam lalu mulai menyelimuti langit dan angin juga mulai berhembus membuat aliran sungai menjadi semakin deras. Alicia sudah tidak sanggup lagi berjalan menuju tepi sungai. Ia bahkan sudah berulang kali mengatakan pada Emmy untuk segera pergi meninggalkan sungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
Fiksi SejarahMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...