Anne terlihat merebahkan tubuhnya diatas kasur yang terbuat dari jerami sembari sesekali mengeluh soal punggungnya yang terasa sangat pegal karena seharian ia hanya duduk di kereta kuda.
"Setidaknya aku bisa tertidur dengan nyaman malam ini," ujar Anne yang membuat Merida tersenyum kecil.
Jangan tanya kemana perginya Flo semenjak mereka sampai di desa Herbest, Gadis bernama Flo itu terlihat sudah tertidur nyenyak tepat di kasur jerami yang lumayan empuk disamping Anne.
Anne lalu membuka matanya melihat langit langit kamar yang ia tempati. Tiba-tiba Anne melihat kasur jerami yang ia jadikan kasur. Kasur ini sungguh nyaman dan katanya beberapa penduduk di desa Herbest bekerja sebagai pengrajin jerami dan salah satu hasil kerajinan tangan mereka adalah kasur ini.
"Bibi Merida, kau mengatakan padaku kalau desa Herbest sangat kekurangan pangan, tapi mereka bisa membuat kasur dari jerami. Dari mana mereka mendapatkan limbah jerami ini?" tanya Anne penasaran.
"Dari perbatasan Calestia. Beberapa masyarakat Calestia menanam gandum dan mereka membuang limbahnya begitu saja," ujar Merida seperti sedang menjelaskan pada Anne. "Daripada dibuang, beberapa warga Herbest memanfaatkannya untuk di buat kerajinan tangan dan setelahnya mereka akan menjualnya ke Calestia."
Anne hanya mengangguk paham. Saat hendak memejamkan matanya. Suara ketukan pintu membuat Anne dan Merida menoleh kearah pintu secara bersamaan.
"Biar aku saja yang membukanya." Merida berjalan membuka pintu perlahan. Nolan terlihat berdiri disana.
"Apa kau sedang mencari sesuatu, Pangeran?" tanya Merida penasaran.
"Apa Anne sudah tertidur?" tanya Nolan.
Merida menoleh dan melihat Anne memejamkan matanya rapat. Sebenarnya Anne belum tidur tapi ia sungguh sedang tidak ingin berbicara dengan Nolan saat ini. Sekarang bahkan hampir jam 1 pagi, untuk apa Nolan malah mencarinya. Apa pria itu ingin berdebat lagi?
"Sepertinya ia sudah tidur. Jika ada hal penting akan aku bangunkan."
Nolan mengintip sedikit dari balik pintu hanya untuk memastikan kalau Anne sungguh tidur dan tidak berbohong.
"Tidak perlu dibangunkan. Besok suruh saja ia menemui ku," ujar Nolan lalu pergi begitu saja.
Merida hanya tersenyum kecil. "Aku tau kau belum tertidur, Nona Anne."
"Aku sungguh mengantuk, Bibi Merida. Berdebat pagi buta begini dengan Nolan sungguh melelahkan," sahut Anne dari dalam selimutnya.
Merida hanya tersenyum dan ikut berbaring di kasurnya yang ada disamping Anne. "Apa kau tau, Anne. Mungkin saja Nolan sedang memerlukan teman untuk mengobrol saat ini. Ia sangat kesepian semenjak ia kecil."
Anne masih diam mendengarkan perkataan Merida. "Semenjak kecil, tidak ada satupun anak anak yang mau berteman dengan Nolan. Alasannya karena tanda di mata Nolan yang dianggap kutukan oleh beberapa orang. Maka dari itu ia selalu mengenakan topeng kemanapun ia pergi."
Merida mematikan lampu kamar. Keadaan kamar sungguh gelap dan hanya ada cahaya dari lampu di luar ruangan yang masih menyala.
"Bahkan seorang putri dari negeri seberang menolak lamaran Nolan mentah-mentah. Hingga membuat Nolan enggan memikirkan prihal pernikahan kembali dan ingin memilih fokus pada kerajaannya."
Merida terkekeh. "Aku sangat merasa bersalah sewaktu itu. Karena tidak seharusnya aku memaksa Nolan untuk melamar tuan putri dari negri sebrang."
"Tapi kau tau Anne. Beberapa rakyat Tarrent tidak menginginkan Nolan yang menjadi Raja selanjutnya karena pria itu penuh dengan kutukan. Bahkan, beberapa warga memilih pindah ke Calestia semenjak rumor kutukan mulai berhembus."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
أدب تاريخيMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...