47.

114 15 0
                                    

Max tak hentinya menatap tak suka pada seekor naga kecil yang sedari tadi berada di pangkuan Anne. Sedangkan burung hantu bernama Blair terlihat bertengger di batang pohon tepat di belakang mereka.

Tangan Anne terlihat tak hentinya mengelus naga kecil itu hingga tertidur. Percikan api kecil terlihat keluar dari mulut sang naga tapi untungnya sama sekali tidak menyakiti tangan Anne.

"Tinggalkan naga itu saat kita akan..."

"Tidak! Aku akan membawanya pulang," potong Anne dengan cepat.

"Apa kau gila!? Membawa naga itu pulang sama saja membawa malapetaka bagi Kerajaan Tarrent dan Calestia."

Anne masih tak peduli dan terus saja memperhatikan naga menggemaskan itu. "Aku tidak peduli."

Max hanya berdecak dan membalik ikan bakar yang barusan ia tangkap. "Kau sangat keras kepala, Nona Anne."

Setelah di rasa ikan bakar itu telah matang. Max lalu memberikannya pada Anne. "Makanlah, setelah itu langsung tidur."

"Kau hanya mendapatkan satu ikan?" tanya Anne tak percaya. Anne sangat yakin jika Max pergi sangat lama tadi.

"Ikan di sungai tidak banyak. Masih beruntung aku mendapatkan satu ini untukmu," jawab Max sembari menatap api unggun. Angin malam perlahan berhembus membuat Max semakin mendekatkan dirinya ke arah api unggun.

Anne lalu mendekat ke arah Max. "Aku tidak lapar. Kau saja yang makan," suruh Anne sembari memberikan ikan bakar itu pada Max.

"Berhentilah menjadi gadis keras kepala dan segeralah makan," suruh Max sekali lagi.

Anne lalu melahap sedikit ikan bakar itu sembari menatap api unggun di depannya.

"Apa kau yakin kita akan mendapatkan bunga keabadian itu?" tanya Anne yang sepertinya sudah hampir menyerah. Ia sungguh tak tau apa yang tengah terjadi di Tarrent saat ini. Bagaimana jika Nolan tidak terselamatkan?

"Tentu saja," jawab Max singkat.

Anne lalu menoleh menatap Max. "Apa kau tau caranya keluar dari sini?" Tanya Anne lagi. Pasalnya, Anne telah membaca seluruh buku tentang negeri seribu naga. Tapi tidak ada satupun yang membahas bagaimana cara keluar dari tempat ini.

"Aku telah membaca seluruh buku tapi tidak ada yang membicarakan bagaimana caranya keluar dari sini," ujar Anne sedikit lesu.

Max tersenyum kecil. "Sang naga yang akan membantu kita keluar dari sini. Kau tidak perlu khawatir."

"Apa kau yakin kita akan bisa menemukan naga itu?"

"Tentu saja."

Perasaan Anne sedikit lega saat ini. Perlahan angin kembali berhembus membuat Anne semakin mendekatkan dirinya pada api unggun.

"Apa kau menyukai Nolan?" tanya Max tiba-tiba.

Anne refleks menoleh terkejut dengan pertanyaan itu. Kalau tidak salah, Max pernah menayangkan perihal ini juga pada Anne.

"Memangnya kenapa?"

Max terkekeh. "Jika aku bertanya, maka jawablah bukan malah bertanya balik."

Anne tersenyum simpul. "Bagaimana jika aku jawab, iya. Apa kau cemburu?"

Kini giliran Max yang tersenyum simpul. "Tentu saja. Jauh sebelum kau dan Nolan bertemu. Aku telah berjanji akan menikah denganmu, Anne." Max menatap lekat kedua mata Anne. "Karena aku mencintaimu lebih dari apapun. Aku menyukaimu semenjak lama dan aku berulang kali akan mengajakmu menikah."

Anne masih diam menatap Max. Ia hanya bingung harus mengatakan apa. Bahkan jarak keduanya juga sangat dekat membuat pipi Anne sedikit merona.

"Apa tidak pernah terlintas di pikiranmu untuk mengembalikan ingatanmu?" tanya Max penasaran. Tangannya bahkan dengan lancang menyentuh pipi Anne.

WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang