Anne telah sampai di depan gerbang istana Calestia. Ia segera menuruni kudanya dan langsung berlari untuk menemui Max.
"Maaf Nona, orang asing di larang memasuki istana saat ini," ujar seorang prajurit yang terlihat sudah berjaga di depan pintu menuju aula istana.
"Panggil pangeran kemari," suruh Anne.
"Pangeran masih sibuk mengurus beberapa prajurit di belakang. Ia tidak punya waktu untuk..."
"OH AYOLAH!!! AKU YANG TIDAK PUNYA BANYAK WAKTU UNTUK MENUNGGU PANGERAN BODOH ITU!!!!" seru Anne kesal hingga membuat seluruh prajurit menoleh kearah Anne. Bahkan Paman Harris sampai terkejut mendengar seruan Anne barusan.
"Menyingkirlah sekarang dan biarkan aku masuk!!!!" seru Anne memaksa masuk kedalam istana namun dua prajurit itu malah menggeret Anne untuk menjauh dari pintu.
"Maaf Nona, lebih baik segera selamatkan diri anda sebelum kami mengurung mu di penjara bawa tanah," ujar salah satu prajurit.
Anne berdecak kesal. "Aku tidak punya banyak untuk..."
"Biarkan dia masuk," suruh Paman Harris sembari memberikan penghormatan pada Anne.
"Kau? Kalau tidak salah kau pria yang sewaktu ada di rumah tuan Wingston, 'kan?" tanya Anne penuh keyakinan.
Paman Harris mengangguk sembari tersenyum kecil. "Harris Edward Snowden, aku harap kau selalu mengingat namaku, Nona Alicia Leona Wingston."
Kedua prajurit di depan pintu refleks terkejut saat Harris menyebut nama lengkap gadis itu.
"Apa dia putri tuan Wingston?" tanya salah satu prajurit yang tadi menggeret Anne.
"Tentu saja. Dia putri tunggal keluarga Wingston. Sekarang menyingkir lah dan biarkan ia menemui pangeran," suruh Paman Harris sambil terus mengembangkan senyumnya.
Dua prajurit itu langsung menyingkir dan membuka pintu istana selebar mungkin. Walaupun mereka tak yakin jika ia sungguh Alicia karena kalau tidak salah putri tunggal Tuan Wingston telah meninggal beberapa Minggu lalu.
"Terimakasih banyak, Tuan Harris."
Harris tersenyum. "Panggil aku paman saja karena kau selalu memanggil begitu, Nona Alicia." Anne langsung mengangguk paham dan bergegas mencari Max di belakang istana. Ia harus bertemu dengan Max segera.
Namun langkah kaki Anne terhenti saat beberapa pelayan dan seorang tabib berjalan terburu-buru ke arah ruangan yang ada di belakang aula.
Apa mungkin Max ada disana?
Anne langsung saja mengikuti para pelayan itu dari belakang. Sepertinya suatu hal telah terjadi hingga mengakibatkan pelayan istana terlihat sangat sibuk.
"Segera bawakan air hangat dan beberapa lebar daun Agerteria kemari," suruh seorang pria tua yang terlihat sedikit panik.
Anne dapat melihat Max dan beberapa orang tengah berkumpul di dalam ruangan dengan raut wajah khawatir. Sepertinya suatu hal tengah terjadi pada Valeria dan kandungannya. Batin Anne.
"Max, berhentilah egois dan segera selamatkan calon istrimu, Nak," pinta Ratu Emilie pada Max tapi pria itu masih diam dan seperti enggan menanggapi perkataan Ratu Emilie.
"Ramuan ini untuk Alicia, ibu. Aku ingin mengembalikan ingatannya dengan ramuan ini. Berhentilah menyuruh ku menyelamatkan gadis licik itu," ujar Max ketus. Ia bahkan hanya menatap Valeria tajam seperti tak menyukai keberadaan gadis itu.
"Alicia belum tentu akan memberikan keturunan pada Calestia. Valeria mengandung putra mahkota yang nantinya akan..."
"Berhentilah membual ibu. Aku tidak peduli Alicia akan melahirkan penerus Calestia atau tidak karena yang terpenting adalah aku bisa menikah dengannya," ujar Max dengan perasaan kesal. Bahkan raja Easton sudah menggenggam tangannya kuat seperti berusaha menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF THRONES [REVISI] [TAMAT]
أدب تاريخيMaximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi padanya. Kekasihnya dinyatakan hilang sehari sebelum acara pertunangan mereka. Bernama lengkap Alic...