CHAPTER 3

78.7K 4.3K 47
                                    

Dari pukul 10 pagi hingga pukul 12 siang Liam belum selesai dengan olahraga berenangnya. Viona yang melihat Liam sangat jago dalam berenang pun tersenyum kagum. Apalah daya Viona yang sama sekali tidak bisa berenang.

"Liam, naik dulu, yuk! Udah 2 jam loh. Liam gamau makan?" Seru Viona dari pinggir kolam.

Liam berpikir sejenak. "Nanti aja, kakak baik! Liam, mau makan bareng, papah!"

"Yaudah deh," ujar Viona. "Liam, naik yuk! Nanti sakit loh kalo kelamaan berenang."

"Emm.... Yaudah deh!" Final Liam.

Viona langsung memakaikan Liam handuk. Kemudian mereka berjalan di pinggir kolam untuk menuju kamar Liam.

Baru 3 langkah Viona berjalan, ia tidak sengaja terpeleset hingga terjatuh ke dalam kolam.

BYURRRR

"Mph...Li..mph...am...to..mpphh." beo nya meminta tolong kepada Liam sambil mengangkat kedua tangan nya di atas.

Liam kaget. "Kakak baik!" Teriaknya. "Tolong!! Tolong!!" Ujar Liam meminta tolong.

Lionel yang baru pulang dan mendengar teriakan Liam meminta tolong, dengan cepat ia berlari ke arah kolam renang.

"Too....mphh...."

"Papah! Tolongin, kakak baik!" Ucapnya panik.

Tanpa basa basi Lionel melepas jas nya kemudian ia turun ke kolam untuk membantu Viona.

Lionel berhasil membawa Viona ke tepi kolam. Ia menepuk-nepuk pipi Viona agar terbangun. "Viona, bangun! Vio! Viona!" Sudah beberapa kali Lionel memanggil, namun, Viona tidak bangun-bangun.

Liam pun ikut menepuk-nepuk lengan Viona. "Kakak baik, bangun!"

"Vionaaa!!" Panggil Lionel namun Viona masih tidak terbangun.

Harus banget pake cara ini? ~batinnya bertanya kepada diri sendiri.

"Liam, tutup mata kamu!" Suruh Lionel.

"Emang kenapa, pah?" Tanya Liam bingung.

"Cepet, Liam." Suruh nya sekali lagi yang di angguki oleh Liam.

Lionel menarik nafasnya dalam-dalam, jujur ia sangat ragu melakukan hal ini. Namun, apa boleh buat? ini satu-satunya cara yang bisa ia lakukan.

HUHH... suara hembusan nafas ragunya.

Cantik juga.... ~batin Lionel

Tanpa basa basi, Lionel memberi nafas buatan untuk Viona. Dalam hitungan 3 detik Viona sadarkan diri.

"Uhukk...uhukk..." semburnya tepat di depan wajah Lionel.

"shitt..." umpat sang empu kemudian ia mengusap wajahnya yang terkena semburan air dari mulut Viona.

Mendengar suara tersebut Liam sontak membuka matanya. "Yeay!! Kakak baik, udah sadar!" Senangnya.

*****

Setelah sadarkan diri, Lionel menggendong Viona ala bridal style menuju ke ruang tamu yang diikuti Liam di belakang.

"Minum dulu, teh nya!" Suruh Lionel yang di angguki Viona.

Tidak ada percakapan lagi di antara keduanya hingga Viona memutuskan keheningan itu. "Liam, kemana, om?" Tanya Viona.

"Saya suruh mandi sama bi Inah."

Viona teringat sesuatu. "Tadi, kok aku ngerasa kaya ada kenyel-kenyel yang nemplok di bibir aku ya?" Tanyanya polos.

Lionel kebingungan. "Perasaan kamu doang!" Elaknya. "Saya mau ke ruang kerja dulu." Ucapnya untuk menghindari topik tersebut.

"Dasar,om,om, aneh!"

*****

Selesai menidurkan Liam, Viona bergegas untuk menuju ke kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam sudah waktunya ia untuk istirahat. Baru saja ia sampai di depan pintu kamarnya, tiba-tiba ponselnya bergetar.

'bos' nama yang tertera diponselnya.

"Halo? Kenapa, om?" tanya Viona.

"Keruang kerja saya, sekarang. Kepala saya pusing." Jawab Lionel di seberang sana.

Tuttt

Telepon dimatikan sepihak oleh Lionel.

"Kok aku punya no nya si." Heran Viona yang baru menyadari ada kontak Lionel di ponselnya.

Viona langsung bergegas menuju ruang kerja Lionel, ia mengurungkan niatnya untuk istirahat di kamarnya.

*****

Tok tok tok

"Masuk."

Pemandangan yang pertama Viona lihat ialah, Lionel yang sedang duduk di sofa sambil memijat kepalanya sendiri. "Duduk." Viona duduk di samping Lionel.

"Aku harus ngapain, om?" Bingungnya.

Lionel menatap Viona sendu. Sungguh hari ini ia sangat amat lelah dengan masalah pekerjaannya, harusnya yang mengerjakan semua ini ialah Alfino, tapi kan....

Tanpa basa-basi Lionel menidurkan kepalanya di paha Viona. Viona kaget, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. "E..ee.. om." Gugupnya.

Lionel menyilangkan tangannya di depan dada. "Kamu disini, temani saya," Perintahnya tanpa membuka kedua matanya.

"Kepala saya pusing! can i get a touch from you?" Ucapan yang membuat Viona mati kutu.

"Please." Rengeknya.

Viona tidak bisa menolak. Ia mengikuti apa yang Lionel katakan. Viona mengelus-elus kepala Lionel hingga sang empu yang di elus pun tertidur.

Mereka berdua tertidur di sofa dengan keadaan Lionel yang menggunakan paha Viona sebagai bantal kepalanya.

Pukul 5 pagi alarm ponsel Viona bergetar yang membuat dua orang itu terusik dari tidurnya. Viona mengelus-elus pipi Lionel berusaha untuk membangunkannya. "Om, bangun, ga kerja?"

Lionel menggeliat sembari mendengus. Pemandangan pertama yang ia lihat ketika bangun dari tidurnya ialah, Viona. "Cantik." Gumamnya tanpa sadar sembari tersenyum kecil.

Lagi-lagi Viona dibuat mati kutu olehnya. "Om, kaki saya pegel."

Lionel reflek bangun dari tidurannya. "Maaf."

"Gapapa."

"Jam berapa?" Tanya Lionel seraya mengusap-usap wajahnya.

"Jam 5."

Lionel mengangguk-angguk. "Yaudah, bangunin, Liam! Dia sekolah hari ini." Ucapnya yang dibalas anggukan oleh, Viona.

"Om, kerja ga hari ini?" Hanya dibalas deheman oleh Lionel. "Mau dikirimin makan siang ga?" Tawarnya.

"Boleh."

Viona membalas dengan mengacungkan jempolnya sembari tersenyum kemudian ia bergegas keluar ruangan.

"Siapin baju saya, saya mau pakai turtleneck!" Ujarnya sedikit berteriak.

"SIAPP, OM!" balas Viona berteriak di balik pintu.

Lionel tersenyum dibuat gemas oleh kelakuan Viona.

*****

Haii, tqu bwt yg uda baca
Btw minta votenya dong, boleh?
Tqu tqu tqu

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang