CHAPTER 16

52.3K 3K 53
                                    

Hari Minggu kali ini diisi dengan kegiatan mereka bertiga yang sedang berenang dikolam renang miliknya sendiri. Ralat, hanya Lionel dan Liam saja yang berenang. Viona hanya berduduk sembari melihatnya dari pinggir kolam dengan dua tangan yang sudah sedia memegang handuk.

"KAKAK BAIK AYO IKUT!" Seru Liam gembira dari tengah kolam.

Viona menggeleng, "Kakak baik, gabisa renang." Sahut Viona dari pinggir kolam.

"Kan ada papah!" Timpal Liam.

Berenang menggunakan gaya bebas ialah gaya andalan Lionel saat berenang, dia cukup mahir dalam olahraga ini. Sepertinya, semua olahraga dia bisa melakukannya.

Menyibakkan rambutnya kebelakang dengan menaik turunkan jakunnya membuat wajah tampannya meningkat 100 persen.

So hot -batin Viona menganga

"Udah gede gabisa renang!" Ledek Lionel seraya menepi ke pinggir kolam.

Viona memasang wajah masamnya, "Idih gidi gibisi birining." Cibir Viona membuat wajah Lionel tampak geram.

"Ih! Papah! berenangnya udah?" Decak Liam melihat Lionel yang sudah naik ke atas kolam.

"Dingin, Liam." Sahut Lionel mengusap-usap tubuhnya kedinginan seraya berduduk di kursi panjang warna coklat pinggir kolam.

"Vio sini!" Panggil Lionel menaikkan tangannya, yang dipanggil menghampirinya. Sepertinya Viona sudah tahu maksud dari Lionel memanggilnya.

Viona berjalan menggunakan langkah kecilnya, takut-takut akan terpeleset seperti waktu itu.
Cowok itu menunduki kepalanya saat Viona sudah tiba didepannya. Viona mulai menggosokkan handuk kecilnya ke rambut Lionel yang basah.

"Ih papah alay banget!" Dengus Liam ikut menepi ke pinggir kolam, "Kan bisa gosok sendiri!" Cibir Liam cemburu.

"Omelin aja, Liam!" Timpal Viona.

"Suttt, anak kecil diam aja!" Ujar Lionel mengedipkan sebelah matanya.

"Liam juga mau! Gantian!" Seru Liam mendorong-dorong tubuh Lionel.

Viona malah asik menggosokkan rambut Lionel dan mengabaikan perkelahian itu, biar saja mereka berdua menyelesaikannya sendiri. Dia hanya menerima beres dan mengikutinya.

"Pahh! Gantian!" Omel Liam sambil berkacak pinggang.

"Bentar."

"Pahhhh! Liam mau digosokin rambutnya juga sama kakak baik!"

"Bentar."

"PAHHHHH!" Geram Liam karena Lionel yang tidak mau mengalah.

"Bentar."

Terpampang jelas senyuman manis wanita paruh baya tersebut dari seberang sana, yang sedari tadi menyaksikan aktivitas mereka bertiga dari kejauhan. Dia memutuskan untuk berjalan dan menghampiri mereka semua yang sedang berada di pinggir kolam.

Angin sepoi-sepoi mengiringi langkah kecilnya.
Tubuhnya yang berbalut dengan blazer berwarna hitam membuatnya tampak semakin muda diumurnya yang sudah berkepela 3.

"Hai." Sapa wanita paruh baya itu membuat Liam menganga. Lionel belum menyadari.

Tidak henti-hentinya Liam mengerjapkan matanya, seperti mimpi baginya. Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna wajah orang didepannya, "OMAAAAAA!" Pekik Liam seraya memeluk wanita paruh baya tersebut.

Deg....
Suara detak jantung Lionel seakan ingin berhenti, kala mendengar suara Liam memanggil orang itu dengan sebutan Oma. Dengan cepat ia mendongakkan kepalanya menatap orang yang lumayan berjarak darinya.

"MAMIHH!" Pekik Lionel menghampiri serta ikut memeluk wanita paruh baya itu. Menyalurkan rasa rindunya setelah 3 tahun lamanya tidak bertemu.

"Anak-anak mamih.." Lirih wanita paruh baya itu memejamkan matanya seraya mengusap-usap punggung Lionel dan Liam. Sama-sama menyalurkan rasa kerinduannya.

Elina Rosalina kerap disapa dengan panggilan mamih oca. Selaku orang tua sambung dari Lionel Zevallo Denandra dan nenek dari Liam Aaron Denandra. Hidup di negeri orang 2 tahun lamanya untuk mengobati penyakit langkanya.
Hingga akhirnya, tepat dihari ini ia dinyatakan sudah sembuh dari penyakit kanker hatinya. Usahanya untuk sembuh telah tercapai
kini sudah waktunya ia pulang ke negeri tempatnya tinggal.

Tanpa sadar sebuah tetes air mata jatuh membasahi pipi chubby nya. Melihat pemandangan didepannya membuatnya kembali teringat oleh Almh ibunya. Sekilas kenangan ia bersama ibu nya muncul kembali dibenaknya. Buru-buru Viona mengusapnya.

"Omaaaaaaa, Liam, kangen bangett sama Oma!" Manja Liam yang tidak mau melepaskan pelukannya.

Rosalina menyamakan tinggi badannya dengan Liam, "Oma juga kangen banget sama, Dede!"
Sahut Rosalina mengecup kening dan pipi Liam.
Liam mendapatkan sebutan 'dede' sejak dirinya baru lahir dan terbiasa sampai kini.

Lionel memicingkan matanya seraya melipat kedua tangannya didada. "Mamih ga kangen sama, mas?" Jealous Lionel mengalihkan pandangannya. 'mas' memang panggilan Lionel dari mamihnya sejak ia masih bayi sampai saat ini. Gemas sekali.

"Kenapa sih, mas? Daritadi mamih liat kok jealous mulu sama anaknya!" Tanya Rosalina seraya mengusap pundak lelaki yang jauh lebih tinggi darinya.

"Betul Oma! Daritadi papih gamau ngalah sama Dede!" Celetuk Liam cemberut.

"Jealous mulu?" Tanya Lionel kurang mengerti maksud mamihnya.

Terlihat anggukan kepala dari orang didepannya, "Hmm... Tadi, mamih liat mas sama Dede berebut buat minta digosokkin kepalanya!" Jawab Rosalina yang sedari tadi melihat mereka dari jendela ruang tamu. Jarak ruang tamu dengan kolam renang lumayan dekat.

Mendengar penuturan mamihnya membuat dirinya kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Jika dipikir-pikir, Lionel cukup malu dengan perbuatannya yang tadi, seperti anak kecil saja.

Rosalina melirik Viona yang sedari tadi hanya berdiam diri sambil menyaksikan mereka semua sembari tersenyum.

"Ini siapa, mas?" Tanya Rosalina tersenyum seraya menghampiri Viona, membuat Viona mati kutu. Lebih tepatnya gugup.

"Namanya kakak baik!"
"Viona, mih!"
Ucap Lionel dan Liam bersamaan.

"Nama kamu Viona, sayang?" Tanya Rosalina kepada Viona.

"I-iya, tante." Jawab Viona sangat gugup.

Jari jempol Rosalina terangkat, "Cantik." Puji Rosalina mengedipkan sebelah matanya. Mamih-mamih gaul memang. "Udah berapa lama pacaran sama Lio, sayang?" Celetuk Rosalina tidak tahu yang sebenarnya.

Pertanyaan Rosalina membuat Viona membelalakkan matanya, berbeda dengan Lionel yang menyunggingkan senyumnya.

"B-buk-"

"Calon, mih!" Potong Lionel cepat.

Rosalina mengangguk-anggukan kepalanya, pertanda paham. "Cepet-cepet deh!" Suruhnya.

Lionel berjalan mendekati Viona, "Bentar lagi, mih!" Goda Lionel tersenyum miring. Membuat Viona menyenggol lengannya.

"Ih, pada ngomongin apasih!" Pekik Liam tidak paham seraya berkacak pinggang.

"Udah-udah, ayo masuk! Mamih udah laper! Ayo, sayang!" Ajak Rosalina seraya menggandeng tangan Viona. Membuat Viona semakin gugup dibuatnya.

Wanita paruh baya itu pergi begitu saja bersama Viona, meninggalkan Lionel dan Liam yang diam ditempat dan saling bertatapan. Kita dilupain? Pikir keduanya. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menyusulnya dengan berlari.

"OMAAA TUNGGU!"

"Ck! Maen tinggal-tinggal, aja!"

*****
WE ARE BACK!
sapa yang kangen ma Lionel dan Viona qu?
sudah terobati rasa kangennya?
ramein di setiap paragrafnya ya!
jangan lupa vote and komen!
RAWRR

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang