CHAPTER 17

50K 2.8K 112
                                    

Perempuan paruh baya itu tampak menyendokkan secentong nasi ke beberapa piring. Disusul dengan menyendokkan lauk.

"Vio, mau pake lauk apa, sayang?" Tanya Rosalina dengan ancang tangan yang sudah siap mengambil lauk.

Viona menggeleng cepat, "Ngga usah, Tante, Vio bisa ambil sendiri!" Tolak Viona tidak enak berusaha untuk mengambil sendok, namun dilarang oleh Rosalina. Dirinya bukan siapa-siapa disini.

"No! Mamih, ambilin!" Sargas Rosalina. "Sama ayam, ya? Sayur lodeh mau kan?" Tawar Rosalina sangat amat lembut.

Membuat Viona hanya bisa menganggukkan kepalanya pasrah. Jika diperlakukan seperti ini, ia jadi teringat dengan ibunya. Dia juga merasa tidak pantas diperlakukan seperti ini.

Wanita paruh baya itu memberi Viona satu piring yang sudah terisi dengan nasi dan lauk.
"Makasih, Tante!" Ucap Viona sedikit menundukkan kepalanya.

"Sama-sama, cantik!" Balas Rosalina. "Panggil mamih, aja! Jangan Tante!" Usul Rosalina yang merasa terlalu canggung jikalau Viona memanggilnya dengan panggilan 'tante'.

"Iya, tan—mih." Ucapnya terbata-bata. Belum terbiasa.

"Vio, lagi main disini?" Tanya Rosalina yang tidak tahu siapa Viona sebenernya.

"Vio, kerja disini, mih!" Sahut orang dari belakang.

"Hah? Kerja? Kerja apa?" Bingung Rosalina mengerutkan keningnya.

Lionel mendudukkan dirinya di kursi kosong samping Viona, ia baru selesai mandi setelah acara berenang tadi. "Jadi, babysitter Liam, mih!" Serunya seraya mengambil sepotong buah melon.

Jawabannya membuat Rosalina yang sedang makan menjadi tersedak, "Hah? Mas, kamu yang bener, aja!" Pekinya tak percaya sembari menyeruput minum yang diberi Viona.

"Emang salah?" Tanya Lionel bingung. Salahkah dirinya? Pikirnya.

"Salah lah! Viona terlalu cantik, mas, buat dijadiin babysitter!" Tolak Rosalina benar adanya.

Pipi Viona yang sedari tadi berwarna pink kini berganti menjadi merah merona. Sungguh salting sekali dirinya.

Mendengar hal itu, Lionel memandang Viona lekat-lekat yang dipandang hanya bisa menundukkan kepalanya. Sepertinya yang dibilang mamihnya ada benarnya juga.

Jangan salting, Vio! Jangan salting!—batin Viona
menggerutu

"Trus enaknya dijadiin apa, mih?" Goda Lionel santai sembari mengalihkan pandangannya lagi.

Rosalina tampak memicingkan matanya, "Pura-pura gatau, ya!" Tunjuk Rosalina menggunakan garpu, yang ditunjuk menampilkan senyum miringnya.

Mengundang tawaan tipis dari lelaki yang hanya menggunakan singlet itu.

Menyadari adanya warna di pipi chubby Viona, Lionel memutar kepalanya kesamping dan membisikkan sesuatu tepat ditelinga orang itu. "Pipi kamu pink banget, minta dicium?"

Membuat Viona memelototi Lionel, yang dipelototi malah senyam-senyum gajelas.
"E-e Liam, mana, kak?" Tanyanya mengalihkan topik.

Lionel malah memasang wajah usilnya, "Lagi kangen-kangenan sama, papih." Jawabnya.

"Loh, papih udah bangun?"

"Udah, mih! Tadi dibangunin sama Liam."

"Usil banget dah tuh anak!"

*****

Suara bel rumah sedari tadi terus-terusan berbunyi. Sudah dibilang sebentar, masih saja menekannya. Membuat Viona kesal sedikit.

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang