CHAPTER 7

73.3K 3.5K 35
                                    

"VIONA!" Panggil seseorang dari seberang sana.

Sang empu yang dipanggil pun menengok kearahnya.

Seseorang berbadan tegap, tinggi, memakai kemeja berwarna krem berjalan menghampirinya.

"Hallo, mister!" Sapa Liam kepada orang yang memanggil nama Viona tadi. Dia adalah Shaka Mahatja, guru matematikanya Liam.

"Hai, Liam!" Sapanya balik.

"Kenapa, aka?" Jangan heran jika Viona memanggilnya dengan sebutan seperti teman.

Shaka adalah temannya semasa kecil ralat sahabat dekatnya. Namun, mereka terpaksa berpisah karena Viona yang harus pindah tempat tinggal setelah ibunya meninggal. Itu semua keputusan ayahnya.

Hingga akhirnya, mereka dipertemukan kembali disekolah ini. Mereka berdua sempat menangis haru ketika bertemu pasalnya, setelah Viona pindah dia berdua lost contact.

"Udah sarapan?" Tanya Shaka yang dibalas gelengan kepala oleh Viona. "Belum."

Lionel mengerutkan dahinya. "Loh, kamu belum sarapan?" Tanya Lionel yang mengira Viona sudah sarapan.

"Belum, kak, tadi ga sempet."

"Ini siapa, Vi?" Tanyanya kepada Viona. Maklum saja, Shaka baru mengajar di sekolah ini sekitar 1 bulan yang lalu, ia belum kenal banyak dengan para wali murid. Apalagi Lionel yang jarang sekali mengantar Liam ke sekolah tapi, orang-orang disini banyak yang mengenalnya.

"Itu, papahnya Liam. Majikannya aku!" Sahutnya memperkenalkan Lionel.

Shaka mengangguk-angguk. "Halo, papahnya Liam." Sapanya ramah yang tidak digubris oleh Lionel.

Entahlah, Lionel merasa tidak suka dengan Shaka, semenjak Shaka berbicara asik dengan Viona, ia merasa panas.

Shaka tersenyum kecut ia langsung mengalihkan pandangannya ke arah Viona. "Mau sarapan dikantin ga, Vi? Gw temenin ya!" Tawarnya.

Belum sempat Viona menjawab Lionel sudah terlebih dahulu menyelanya. "Gausah, Viona biar saya aja yang nemenin!" Ketusnya datar.

"Tadi kata papah, gabisa!" Pekik Liam yang sedari tadi diam.

"Kan kakak mau ke kantor!" Sambung Viona.

"Tadi Alfino telepon katanya pekerjaan udah beres." Alibinya berbohong.

"Kapan teleponnya?" Ucap Liam dan Viona bersamaan.

"Tadi," elaknya berusaha meyakinkan, "Liam, masuk gih. Papah mau anter kakak baik sarapan." Titahnya menggenggam tangan Viona dan membawanya pergi kearah kantin meninggalkan Liam dan Shaka.

Mereka berdua melongo menatap kepergian Lionel dan Viona. Bisa-bisanya Lionel meninggalkan liam sendiri didepan mobil, eh ga sendiri deh masih ada Shaka.

Shaka berusaha menahan rasa kesalnya. "Yaudah, Liam masu-" belum saja Shaka selesai berucap, Liam sudah tidak ada disampingnya.

Shaka menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ngga bapak, ngga anak, sama aja!"

"Sabar, Ka! Orang sabar disayang, Viona!" Ucapnya mengelus-elus dadanya sambil tersenyum kecut.

Shaka lanjut berjalan menuju ruang guru, jadwal dia mengajar sekitar jam 9 pagi. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk dia menyiapkan materi yang akan diterangkan.

*****

Lionel dan Viona menduduki meja nomor 15, suasana kantin tidak begitu ramai. Hanya diduduki oleh ibu-ibu yang mengantar anak-anaknya bersekolah dikarenakan ini sudah waktunya anak-anak untuk belajar.

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang