CHAPTER 18

48K 2.5K 283
                                    

Sepanjang perjalanan mulut Rachel tidak henti-hentinya mengoceh, menanyakan inilah, itulah, apa saja ia bahas. Mulai dari yang penting sampai tidak penting. Sampai-sampai tenggorokan Lionel terasa kering, saking banyaknya ia berdehem, karena membalas pertanyaan cewek itu.

Kini mereka berdua sudah sampai didepan mansion megah milik Rachel. Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh.

"Lio, mampir dulu, yu!" Ajak Rachel setelah melepas seat beltnya.

"Gausah." Tolak Lionel cepat. Ia kembali menggerem untuk kedua kalinya karena tenggorokannya yang benar-benar terasa kering.

"Tuh! Haus kan? Masuk dulu, ya?" Ajaknya pantang menyerah. Kalau sampai Lionel tidak mau masuk, lenyap sudah rencananya.

"Ya??? Pleaseeee..." Pinta Rachel dengan kedua tangan yang disatukan didepan dada sembari mengerjapkan matanya berkali-kali. Pertanda memohon.

Bukannya gemas dengan ekspresi Rachel, Lionel malah ingin muntah rasanya. Kalau itu Viona mungkin ia malah kecanduan.

Menimang-nimang ajakan Rachel serta memikirkannya lumayan lama. Sampai akhirnya Lionel mengiyakan ajakan Rachel. Membuat orang itu kepalang kesenangan. Dia menerima ajakan Rachel, karena tenggorokannya yang terasa sangat amat amat kering. Tidak bisa ditahan lagi rasa hausnya.

Sesampainya didalam, Lionel langsung menempatkan dirinya di sofa ruang tamu, tidak ada orang lain kecuali dia dengan Rachel.
"Papih, kamu udah tidur?" Tanya Lionel seraya meminum satu gelas air putih yang disodorkan oleh Rachel sampai habis. Haus banget.

Melihat Lionel yang meminum air tersebut tanpa adanya kecurigaan, ia tersenyum kemenangan.

"Udah." Sahut Rachel sangat amat lembut. "Temenin nonton film dulu bentar, ya?" Pinta Rachel memelas.

"Gabisa, udah jam 12, cel! Saya harus pulang!" Tolak Lionel seraya beranjak dari duduknya, namun keburu ditahan oleh tangan Rachel.

"Please....." Pinta Rachel, membuat Lionel mau tidak mau harus menurutinya.

"Sebentar aja!"

"Yuppp!"

Hening, tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Rachel yang pura-pura fokus ke televisi dengan sesekali mencuri pandang ke arah Lionel, sedang menunggu reaksi yang diberikan oleh obat itu. Obat yang dimasukkan kedalam minuman Lionel. Bisa dibilang obat tidur.

Lionel tampak menguap sembari menutupi mulutnya menggunakan satu tangannya, membuat Rachel menoleh kearahnya. Sepertinya rencana berjalan sesuai keinginannya.

"Ngantuk?" Basa-basinya.

Berkali-kali Lionel berusaha membuka matanya agar tidak terlelap. Nihil, sekarang matanya sudah terpejam sempurna. Efek yang diberikan oleh obat itu sangat cepat bekerja.

Rachel tersenyum getir menatap Lionel.
"Sorry, Lio..." Ucapnya sembari mencuri ciuman singkat di bibir Lionel sebelum pergi memapah cowok itu menuju kamarnya.

Sementara diluar sana

"Kakak, kok belum pulang, ya?" Tanyanya pada diri sendiri yang tidak henti-hentinya menatap kearah pintu.

Sedari Lionel keluar untuk mengantar Rachel pulang, Viona setia menunggunya diruang tamu untuk menantinya pulang. Sudah 3 jam lamanya perempuan itu menunggu diruang tamu, namun Lionel tidak kunjung datang. Membuatnya sangat khawatir, tidak biasanya Lionel pulang hingga larut malam seperti ini.

Matanya yang sudah mulai memerah serta mulutnya yang tidak henti-hentinya menguap. Tidak bisa lagi ia tahan, Viona tertidur lelap diruang tamu.

*****

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang