CHAPTER 11

63.8K 3.4K 61
                                    

"Udah enakan belum, perutnya?" Tanya Viona kepada Lionel setelah 5 menit memakai minyak telon.

"Masih mual." Jawab Lionel lesu sembari merebahkan dirinya kembali.

Terlihat jelas raut wajah cemas Viona. "Tuh kan! Panggil dokter aja, ya?" Bujuk Viona.

Lionel kembali menggeleng.

Viona merubah raut wajahnya menjadi kesal. "Ih kakak! Ngga disuntik kok! Paling diperiksa doang."

"Bohong, mamih saya juga sering bilang gitu! Tapi ujung-ujungnya disuntik juga!" Dengus Lionel yang sudah hafal jika pergi ke dokter sudah pasti akan disuntik.

"Kakak percaya deh sama aku, gabakalan disuntik kok!" Greget Viona seperti ibu yang sedang membujuk anaknya.

Lionel kembali menggeleng sambil mencebikkan bibirnya kebawah, layaknya seorang anak kecil.

Huwekkk....

Lionel bangun dari tidurnya, niatnya ingin mengeluarkan muntahnya namun, nihil.

"Tuh! Apa aku bilang?!" Sewot Viona menyilangkan kedua tangannya didepan dada. "Mau, ya?"

"Ngga disuntikkan?" Tanyanya memastikan lagi
sembari memegangi perutnya yang terasa sangat mual.

Viona tersenyum paksa. "Ngga k a k a k!" Sahutnya dengan menekan huruf disetiap katanya.

"Janji?" Pekiknya seraya menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji!" Balas Viona sambil menyatukan jari kelingkingnya.

"Aku panggil dokternya gimana, ya?" Bingung Viona.

Lionel tersenyum tipis. "Pake handphone saya, cari kontak dokter jimmy!" Viona mengikuti arahan Lionel.

Panggilan terhubung.

"Halo.." sapa orang diseberang sana.

"I-iya halo!" sahut Viona seperti orang kebingungan.

"Kakak, ini ngomongnya gimana!" Bisiknya kepada Lionel.

"Sini." Ujarnya meminta ponsel sembari terkekeh.

"Jim, bisa kerumah, ga?"

"Bisa."

"20 menit!"

"Oke!"

Tut....

Panggilan diputuskan sepihak oleh Lionel.

"Vio, takut..." Lirih Lionel.

Viona mengernyitkan dahinya. "Malu sama badan, kak!" Balas Viona.

Tubuh kekar, wajah sangar, takut sama jarum suntik.

Lionel menatap Viona dengan aura permusuhan.

TOKK TOKK

"Pak bos." Panggil seorang bodyguard dari seberang pintu.

"Buka, Vio!" Suruhnya yang dibalas anggukan oleh Viona.

Suara knop pintu terbuka terdengar. "Kenapa, pak?" Tanya Viona hanya menongolkan kepalanya saja.

"Ini ada undangan untuk, pak bos!" Sahutnya dengan menyodorkan undangan berwarna hitam bercampur kuning emas.

Viona menerima undangan tersebut. "Oke, makasih ya, pak!"

"Sama-sama." Suara knop pintu tertutup terdengar.

Viona langsung memberikan undangan tersebut kepada sang penerima. Lionel melihat dan membacanya, tertera jelas bahwa undangan itu ialah undangan Birthday Party dari partner bisnisnya.

MY BABY DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang